Kisah Cinta antara seorang duda beranak satu dengan gadis cantik yang ternyata adalah adik dari asistennya sendiri.
Semuanya berawal ketika Ghea bertemu dengan bocah tampan bernama Gathan. Dilanjutkan dengan pertemuan Ghea dengan Gavin, yang ternyata adalah ayah dari Gathan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BatagorAci, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 7
"Lu tumben-tumbenan anteng kek gini, kenapa lu, kesambet?" Tanya Satya bergidik ngeri dengan perubahan sikap adiknya yang mendadak jadi kalem dan lembut.
"Huftt....Gua berisik lu kagak terima, gua udah kalem-kalemin masih aja protes. Mau lu apaan sih hah!" Decak Ghea pada abangnya.
Kini Ghea sudah sampai di kantor Gavin, dan kini mereka tengah makan siang bersama di sofa panjang yang terdapat didalam ruangan Gavin. Ghea duduk sambil memangku Gathan, dan disampingnya ada abangnya dan di paling ujung ada Gavin.
"Ya heran aja gitu, perubahan lu yang dadakan kek tahu bulat bikin gua terkejot tau nggak." Balas Satya.
"Lu nya aja yang lebay." Balas Ghea.
Sedangkan Gavin hanya menjadi pendengar pendebatan saudara kakak beradik itu. Sesekali tertawa kecil dengan perdebatan keduanya.
"Mommyh mommyh." Panggil Gathan sambil menarik ujung lengan kemeja Ghea.
"Iya sayang, kenapa? Gathan mau mau apa, bilang sama mommy." Satya bergidik ngeri melihat adiknya yang begitu kalem, sifatnya mendadak seperti keibuan.
Sebenarnya tadi Gavin melarang Gathan untuk tidak memanggil Ghea dengan panggilan 'mommy' karna takutnya Ghea tidak nyaman dengan panggilan yang Gathan sematkan itu. Namun ternyata dugaannya salah, Ghea dengan senang hati menerima jika Gathan memanggilnya dengan panggilan 'mommy'
"Athan mahu cucu pisang." Ucap Gathan sambil menunjuk satu kardus susu kotak rasa pisang dibawah meja.
"Susu pisang ya, bentar-bentar mom ambilin. Sama uncle dulu, oke." Ghea menyerahkan Gathan pada pangkuan Satya. Kemudian Ghea menarik kardus dibawah meja yang berisi susu kotak rasa pisang. Mengambil salah satu dan memberikannya pada Gathan.
"Minum yang banyak biar cepet besar dan cepet tinggi. Anak cowok harus kuat ya." Ucap Ghea sembari membantu Gathan meminum susu pisangnya.
"Iyah mom." Balas Gathan. Bocah lima tahun itu sangat senang karna bisa bertemu dengan Ghea.
Suasana mendadak hening karna Gathan yang sedari tadi mengoceh tengah duduk diam sambil meminum susu pisang.
"Abang sama bapak emang nggak ada kerjaan ya? Kok malah pada nyantai disini?" tanya Ghea pada kedua pria yang tengah duduk di dekatnya.
"Astaga gua lupa kalo tugas gua udah numpuk kek dosa, gara-gara lu nih, Ghe." Dumel Satya.
"Kok gua? emang gua ngapain dah?" tanya Ghea bingung.
"Sikap lu barusan berubah seratus delapan puluh derajat, masih nggak ngeh gua nya." Jelas Satya.
"Dibilangin itu elu nya aja yang lebay akut!" bantah Ghea.
"Bapak juga sibuk merhatiin saya kayak si bang sat?" Tanya Ghea dengan tujuan bercanda.
"Iya." Jawaban Gavin langsung membuat Satya dan Ghea menoleh padanya.
"Eh maksud saya bukan begitu, aduh gimana ya. Eum kerjaan saya masih banyak, saya kembali ke meja dulu. Gathan kamu jangan nakal-nakal sama mommy-,,,,, maksud daddy kak Ghea ya."
"Aishh kenapa salah manggil sih, ayolah jangan gugup!" Guman Gavin.
Gavin semakin salah tingkah karna ikutan memanggil Ghea dengan panggilan Mommy. Pria itu segera melangkahkan kakinya ke meja kerjanya yang tak jauh dari sofa tempatnya duduk tadi.
"Yes dad." Balas Gathan.
"Hehe daddy nya Gathan malu-malu, lucu deh kayak Gathan kalo ngambek xixixi." Guman Ghea terkikik geli dengan sikap Gavin.
"Sikat pokoknya." Ucap Satya pada adiknya.
"Gass lah pokoknya." Balas Ghea menimpali.
"Kalo gitu saya balik ke ruang saya dulu bos, permisi kalo ada apa-apa tinggal hubungin saya aja." Pamit Satya.
"Iya silahkan, makasih Sat." Balas Gavin.
Sepeninggalan Satya yang kembali ke ruangannya, kini tinggal Ghea, Gathan, dan Gavin yang ada didalam ruangan Gavin.
Ghea memutuskan untuk menemani Gathan bermain, karna memang dirinya juga tengah tidak sibuk hari ini. Sedangkan Gavin kembali menyibukkan diri pada tumpukan berkas dimejanya, dan sesekali melirik Gathan yang asik bercanda dengan Ghea. Melihat hal itu, Gavin tersenyum tipis. Karna sudah lama ia tak melihat keceriaan Gathan saat bermain.
Bukan seberapa mahal mainan yang akan Gathan mainkan, tapi dengan siapa Gathan akan bermain.
*****
Waktu terus berputar dan kini sudah menjelang sore hari. Gathan pun tengah terlelap diatas pangkuan Ghea, menjadikan paha gadis itu sebagai bantalannya.
Ghea juga sama hal nya sudah terlelap, namun sambil sambil duduk, mungkin karna terlalu bersemangat bermain membuat mereka kelelahan. Keduanya terlelap diatas sofa dengan beberapa mainan dan beberapa makanan ringan berserakan disekitar nya.
Sedangkan pemilik ruangan itu masih sibuk bekerja dengan berkasnya di meja. Ia membiarkan Ghea dan Gathan tidur dulu, Gavin tahu pasti mereka capek usai keasyikan main.
Gavin yang merasa haus bangkit dan menghampiri kulkas mini di sudut ruangannya untuk mengambil minuman dingin.
Setelah mendapat yang ia inginkan, Gavin kembali dan mendudukan tubuhnya di sofa tepat disamping Ghea yang tengah memangku Gathan.
Gavin menyadarkan tubuhnya sambil melonggarkan dasi yang mengikat di lehernya. Gavin juga manusia, bisa merasakan penat seperti manusia lainnya.
Kemudian Gavin reflek menoleh ke arah Ghea. Gadis itu terlelap dengan cantik. Tak ada suara bising dan tidur dengan mulut tertutup rapat. Bisa dipastikan gadis ini jarang ileran saat tidur.
"Udah cantik, baik, mana mau lah sama aku yang statusnya duda anak satu." Guman Gavin sambil menatap kosong plafon ruangannya.
"Siapa bilang saya nggak mau sama bapak, saya mau kok."
"Astagfirullah, sejak kapan kamu bangun? perasaan tadi masih tidur." pekik Gavin terkejut karna Ghea membalas ucapannya barusan, ia mengira jika gadis itu masih dibawah alam mimpi.
"Sejak bapak ambil minuman di kulkas, terus duduk disini sambil perhatiin saya hihihi." jawab Ghea diakhiri dengan kekehan kecil.
Gavin malu semalu malunya, rasanya ia ingin pergi ke belahan dunia yang terpencil agar tidak ada yang bisa melihat ekspresi malunya ini.
"Gimana nih pak? saya mau loh." Ucap Ghea sambil menaik turunkan alisnya karna iseng ingin menggoda boss dari abangnya ini. Wajah Gavin yang bersemu membuat Ghea gemas untuk menggodanya dulu.
"Aishhh udah lah Ghea saya cuma bercanda, kamu jangan ambil hati, oke." Elak Gavin menutupi rasa gugupnya pada gadis yang berhasil menggodanya.
Gavin hendak bangkit, namun tangannya ditahan Ghea. Pria itu menghentikan langkahnya dan menoleh kepada Ghea dengan ekspresi seolah bertanya, kenapa?
"Tapi kalo saya serius gimana?" Ucap Ghea benar-benar serius.
"S s-serius buat apa Ghea." Tanya Gavin kikuk menanggapi ucapan Ghea barusan.
"Serius suka sama bapak lah, sama siapa lagi." Jawab Ghea dengan tenang. Gavin menatap dalam Ghea, menelisik kejujuran dimata gadis cantik itu.
"Saya ini seorang duda Ghea, kamu pasti udah tau mungkin itu dari abang kamu. Saya yakin dengan kamu yang berparas cantik dan dilengkapi dengan kepribadian baik, pasti menjadi incaran banyak anak muda yang lebih baik dan tampan dari saya." Ucap Gavin membuang nafasnya kasar.
"Justru itu, karna saya tau kalo bapak duda saya suka sama bapak. Nggak elite kan kalo saya malah suka sama laki-laki yang masih jadi suami orang? mending duda nggak ada yang punya." Jelas Ghea lagi. Gavin terlihat diam mencerna ucapan Ghea barusan.