Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sixpack dan macho
Alea berdiri tepat di samping Arthur yang sedang terbaring ditempat tidur.
"Aku tidak mengerti kenapa nyonya Chamela begitu membencimu, sampai-sampai dia menyuruh orang untuk membunuhmu," batin Alea, menatap nanar Arthur yang tampak tertidur pulas.
Alea mendekati Arthur dan duduk ditepi ranjang menghadap kearahnya. Namun dia sedikit terkejut saat Arthur tiba-tiba membuka mata. Refleks Alea langsung bangkit dari duduknya. "Ma-maaf, Tuan. Aku_" Alea menggantung ucapannya ketika Arthur memotongnya.
"Tolong ambilkan aku minum. Aku haus," pinta Arthur.
Alea memutar balik tubuh, lalu mengambil gelas yang telah berisi air putih dan menyodorkannya kepada Arthur.
"Terima kasih," ucap Arthur setelah Alea membantunya untuk minum.
Alea kembali menaruh gelas itu diatas laci. Dia tidak sadar kalau ternyata Arthur sedang memperhatikannya.
"Kau siapa? Apa kau adikku juga?" tanya Arthur.
"Aku..." Alea menggantung ucapannya ketika terdengar seseorang membuka pintu kamar itu.
Ceklek!
Ternyata itu adalah suster yang ditugaskan dari rumah sakit untuk menjaga kondisi perkembangan Arthur.
***
Satu minggu kemudian. Keadaan Arthur mulai berangsur membaik, sehingga peralatan alat medis yang dipakainya pun sudah bisa dilepas dan dikembalikan kerumah sakit. Arthur juga sudah pindah ke kamar lamanya.
Chris dan Calista datang untuk menjenguk keadaan Arthur. Bukannya baru sekarang Chris dan Calista ingin menjenguk Arthur. Hanya saja nyonya Samantha baru mengijinkan mereka untuk bertemu dengan putranya. Padahal Calista sudah sempat memohon agar Samantha mengijinkannya untuk bertemu Arthur, tapi Samantha tetap tidak mengijinkan.
Walaupun baru bertemu dengan Chris, tapi Arthur sudah tampak terlihat akrab dengan sahabatnya itu. Samantha juga sudah menjelaskan siapa Chris dan siapa Calista. Hanya saja Arthur masih bersikap dingin kepada Calista, berbeda dengan sikapnya terhadap Chris.
Melihat sikap Arthur yang berubah terhadap dirinya, entah kenapa Alea merasakan ada sesuatu yang hilang. Seketika dia merindukan sosok Arthur yang dulu, yang begitu perhatian dan peduli kepadanya. Tanpa sadar, air mata Alea pun jatuh membasahi pipinya ketika Arthur sudah tidak memperdulikannya.
"Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam," gumam Chris. "Calista, sebaiknya kita pulang sekarang."
"Tapi Chris..."
"Ini sudah malam. Kondisi Arthur belum pulih sepenuhnya, dan dia harus banyak-banyak beristirahat." Chris berusaha memberikan pengertian kepada sahabat wanitanya. Dia tahu kalau Calista masih merindukan Arthur. "Aku tunggu di mobil, ya." Chris pun pergi lebih dulu. Dia sengaja memberikan celah kepada mereka berdua untuk bicara dari hati-kehati.
"Arthur, apa tidak sedikitpun kau menyisakan kenangan yang tertinggal di memory ingatanmu tentangku?" tanya Calista menatap sayu.
Arthur menggelengkan kepalanya. "Maafkan aku."
Calista memeluk erat tubuh Arthur, dia tidak sadar dengan luka tembakan yang ada diperut Arthur, sehingga membuat Arthur memekik kesakitan karena luka diperutnya yang belum kering.
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja." Calista terlihat panik.
"Tidak apa-apa. Sebaiknya kau cepat pulang, karena Chris sudah menunggumu," pinta Arthur tersenyum yang dibuat-buat.
"Aku masih merindukanmu, Arthur." Calista kembali memeluk Arthur tanpa merapatkan tubuhnya, karena takut akan mengenai luka jahitan diperut Arthur, bekas peluru yang bersarang ditubuhnya.
Calista menjingkat kan kakinya dan hendak menyambar bibir Arthur namun dengan cepat Arthur mengalihkan pandangan sehingga ciuman Calista mendarat di pipinya. Calista menghela nafas panjang lalu membuangnya secara kasar ketika mendapatkan penolakan dari Arthur. Namun dia juga dapat memahami keadaan Arthur yang sama sekali tidak ingat apa-apa tentang dirinya. Dan mungkin itu salah satu alasan mengapa Arthur menolak ciumannya.
"Tolong ingat baik-baik kata-kataku ini, Arthur. Aku mencintaimu dan kau juga mencintaiku. Kita berdua saling membutuhkan satu sama lain. Kau sangat berarti untukku, dan aku juga sangat berarti bagimu," pungkas Calista sebelum pergi.
"Kalau dia memang benar-benar pacarku, mengapa aku tidak merasakan apapun ketika dia memelukku," batin Arthur menatap kepergian Calista.
***
"Tuan muda, ini sarapannya. Silahkan dinikmati mumpung masih hangat."
"Laura, kau bawa saja makanannya kebawah. Aku merasa sudah jauh lebih baik, dan aku ingin makan bersama keluargaku."
"Baik, Tuan."
*
"Arthur, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Carlos saat Arthur menghampiri meja makan.
"Sudah jauh lebih baik, Ayah," jawabnya.
"Kak Arthur, biar aku ambilkan nasinya untuk kakak," ucap Rachel.
"Terima kasih." Semenjak hilang ingatan, Arthur bersikap lebih baik terhadap Rachel. Karena dia merasa kalau perhatian Rachel terhadapnya itu tulus. Arthur juga mau menerima Rachel sebagai adiknya.
Alea memperhatikan sikap Rachel kepada Arthur. Mereka bahkan sudah terlihat sangat begitu akrab, layaknya adik dan kakak yang terlahir dari rahim yang sama. Saat Arthur menoleh kearah Alea, seketika Alea pun tampak salah tingkah, karena malu ketahuan kalau dia sedang memperhatikan Arthur.
"Istri muda ayah yang satu ini begitu pendiam," batin Arthur, menatap dalam kearah wajah Alea. Alea tahu kalau Arthur sedang menatapnya, namun dia lebih memilih untuk berpura-pura tidak mempedulikannya.
Selesai sarapan Arthur kembali masuk kedalam kamarnya. Sementara Carlos sudah berangkat kekantor didampingi Stevani dan Chamela untuk membantu mengurus perusahaan. Semenjak Arthur sakit, Carlos merasa kewalahan mengurus beberapa perusahaan yang telah didirikannya dibeberapa wilayah. Chamela Carlos tugaskan untuk menghandle Bratajaya Two Corp. Sedangkan Stevani dia tugaskan untuk menghandle Bratajaya Three Corp. Sementara dia sendiri menghandle Bratajaya Corp. yang tak lain adalah perusahaan terbesar dan ternama di kota itu. Yang nantinya akan dia berikan kepada Arthur, sebagai penerus pertama Bratajaya Corp.
Dia sengaja tidak menurut sertakan Samantha di perusahaannya. Karena dia tahu kalau Samantha memiliki riwayat penyakit lambung. Dia tidak ingin membuat Samantha sibuk dengan pekerjaannya, sehingga Samantha telat makan. karena itu akan beresiko pada kesehatannya.
Alea berdiri didepan pintu kamarnya. Entah kenapa perasaannya mengatakan kalau dia ingin melihat keadaan Arthur. "Selama ini tuan Arthur selalu melindungi ku," batin Alea menoleh kearah pintu kamar Arthur yang sedikit terbuka. Alea pun memberanikan diri untuk mendekati kamar itu dan perlahan mengintipnya. "Tuan Arthur sepertinya kesulitan untuk mengganti perban diperutnya." Alea pun mengetuk pintu kamar Arthur dan berinisiatif untuk membantunya.
"Ada apa?" tanya Arthur, namun tanpa menoleh kepada Alea. Dia tampak kesulitan karena harus memegangi kaosnya keatas agar tidak menghalangi luka diperutnya. Alea yang geram melihatnya, dengan cepat dia merebut perban itu dari tangan Arthur.
"Biar aku saja yang menggantikannya," ucap Alea. Dia pun menoleh kearah perut Arthur dan meminta Arthur agar memegangi kaosnya keatas dengan benar.
Glek. Alea menelan saliva nya berkali-kali ketika melihat dengan jelas bentuk tubuh Arthur yang terlihat sixpack dan macho. Waktu itu Arthur memang pernah melepaskan seluruh pakaiannya dihadapan Alea pada saat Arthur menodainya. Namun Alea tak sedikitpun tertarik untuk melihatnya, dia lebih memilih untuk membuang pandangannya kearah lain.