Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dengan syarat, kalian angkat kaki dari rumah ini!!
Wiliam kembali ke apartemennya dengan pikiran berkecamuk, jika di telaah lebih dalam sepertinya semua itu bukan hanya kebetulan, melihat isi ponsel wanita tadi dengan foto foto yang berada di galeri memang agak mustahil jika apa yang ada di pikirannya sama. tapi gadis itu masuk ke apartemen Alena dengan segala bentuk tingkah laku menyerupai Alena apa tidak membuat akal cerdasnya bingung? tidak mau ambil pusing, Wiliam berencana akan menyelidiki hal ini secepatnya. Untuk malam ini Wiliam tidak kembali ke rumah sakit seperti hari hari sebelumnya, niatnya besok saja dia kesana.
.
.
Pagi harinya Alena terbangun agak kesiangan, hari ini Alena tidak akan pergi ke sekolah, terlalu malas untuk gadis itu pergi. Jika dulu Alena tidak akan pernah absen pergi ke sekolah karena mengincar Wiliam, untuk kali ini dia sangat malas.
"hmmmm laper banget.." gumannya sembari mengusap perut. Alena turun dari ranjang, melangkahkan kakinya menuju dapur apartemen.
"haissss lupa aku kalau disini sudah tidak ada makanan, mending pulang aja dehhh" Alena mengambil kunci motornya, keluar dari apartemen. Dia melajukan motor kesayangannya balik ke rumah.
.
.
"Nadira belum pulang mas?" tanya Melisa pada sang suami yang tengah duduk di sofa ruang tamu menanti kedatangan Nadira yang entah pergi kemana sejak semalam.wajah Deddy Arlo masih menyimpan emosi yang sangat besar, bakarnya mobil mewah yang dia beli kemarin dengan harga fantastis kembali menguncangnya. Kehilangan dua miliar lebih tentu saja sangat besar untuk ukuran pengusaha yang tidak terlalu kaya sepertinya.
"belum!" jawabnya dengan nada datar, masalahnya dengan Nadira tapi kemarahannya seolah merembet ke semua penghuni rumah. Sella saja sejak tadi tidak berani mendekati sang Deddy karena jika di pikir lagi semua itu berawal dari dia yang menginginkan mobil Nadira.
"mommy, Sella pamit ke sekolah dulu ya" cicitnya dengan sangat pelan berpamitan pada mommynya, Melisa hanya mengangguk, tidak juga mengantar Sella ke depan seperti biasanya. wanita paruh baya itu terus mengumpat dalam hati.
"makan dulu sayang, sebentar lagi Nadira pasti pulang kok,, kau juga perlu tenaga untuk memarahinya nanti kan?" dengan lembut Melisa berujar, tidak ingin menambah kekacauan hati suaminya.
Deddy Arlo menurut, dia memang butuh tenaga untuk memarahi Nadira setelah ini,berjalan ke arah meja makan,keduanya berpapasan dengan Alena yang berjalan santai ke dalam rumah. Tidak takut sama sekali, Alena tetap dengan stelan awalnya yaitu angkuh dan tenang.
"pulang juga kamu!!!" suara bas Deddy Arlo masuk begitu saja ke indra pendengaran Alena, nada suara yang di penuhi emosi di dalamnya, dari belakang mommy Melisa tersenyum tipis nyaris tak terlihat bahkan Alena sendiri tidak menyadarinya.
Plak
Plak
plak
tangan besar Deddy Arlo secara beruntun menghadiahi pipi mulus Alena dengan tamparan yang sangat kuat. Wajah Alena memerah dengan bekas jejak tangan yang tergambar jelas, sakit! Sangat sakit yang Alena rasakan.gadis cantik itu menahan diri untuk tidak mengeluarkan air mata, untuk saat ini dia tidak boleh cengeng.
"kenapa??" tanya Alena masih sanggup menampilkan wajah datarnya. Hal itu menimbulkan pertanyaan di benak mommy Melisa yang menyaksikan pertikaian keduanya.
"kamu masih bertanya setelah apa yang kamu lakukan semalam hah!!! Amnesia kamu??" dengan dada naik turun Deddy Arlo berujar sembari melayangkan tatapan murkanya pada Alena.
"ckkkkk perkara mobil itu lagi?? Kirim nomor rekeningmu nanti tuan, aku akan membayarnya!! Tapi dengan syarat hari ini juga kalian angkat kaki dari rumahku!" tegas Alena tidak kalah sinis, dia merogoh ponsel yang ada di saku jaketnya, mencari kontak opa Abigail disana.
"apa yang kamu lakukan?" tanya Deddy Arlo lagi lagi dengan darah yang memuncak di ubun ubun, Alena memicingkan matanya sejenak, lalu kembali melihat ponselnya.
"masih nanya, apa anda sudah amnesia?" ujar Alena seolah mengulang kembali kalimat Deddy Arlo tadi. "anda tidak terima dengan mobil yang aku bakar kan? Jadi sekarang aku minta opa mengirim uang untuk mengganti rugi, bukankah itu yang anda harapkan sejak tadi tuan??" sambungnya lagi sebelum menjawab sapaan dari kakeknya di seberang sana.
'iya sayang' lembut sekali, Alena sengaja memperbesar volume ponselnya. ada sedikit rasa tertegun dalam hati Deddy Arlo tapi segera dia tepis, kemarahannya mendominasi . Sementara mommy Melisa menatap iri ke arahnya, kenapa pria tua itu tidak terpengaruh sama sekali dengan hasutan keluarganya.
"opa aku dalam masalah, aku membutuhkan uang dua setengah miliar sekarang, bisakah opa kirimkan padaku?" tanya Alena tidak kalah lembut plus manja.dia melirik sekilas ke arah deddynya.
'Hmmm tentu saja sayang, Dira mau di kirim sekarang uangnya?' tidak banyak tanya untuk apa tujuan Nadira meminta uang sebanyak itu padanya, opa Abigail langsung menyetujuinya begitu saja. Alena tersenyum manis,emang hanya kakek tua itu yang mengerti dirinya.
"kirim sekarang opa, terima kasih banyak ya, sayang opa banyak banyak muach"
'sama sama sayang, bersenang senanglah. tetap jaga kesehatan ya disana, tidak boleh terlalu sering bermotoran ya,, opa tutup telponnya,byeee Dira" setelah itu sambungan teleponnya di matikan, tak lama setelahnya ponsel Alena bergetar tanda notif transferan masuk dalam rekeningnya. Alena tersenyum tipis, sangat manis.
"berikan nomor rekening anda!" pintanya pada Deddy Arlo yang kini sudah tidak bergeming. Tidak segera mendapat tanggapan dari pria itu, Alena beralih menatap mommy tirinya.
"kamu, kamu bisa memberikan nomor rekeningmu?" tanya Alena dan di jawab anggukan oleh mommy Melisa, memang kapan lagi, sudah terbiasa juga dia mengambil alih uang yang harusnya untuk Nadira selama ini. Bedanya adalah kali ini Nadira sendiri yang meminta nomor rekeningnya sedangkan dulu wanita paruh baya itu melakukannya secara diam diam. mommy Melisa bahkan tidak ingat dengan kalimat Alena tadi.
Sebelum membacanya,kedua wanita itu dikejutkan dengan bentakan Deddy Arlo.
"Melisa cukup!!" ujarnya dengan lantang, mommy Melisa ketakutan sementara Alena hanya tersenyum miring.
"kenapa?? " tanya mommy Melisa dengan raut bingung yang tergambar jelas di wajahnya, harusnya ini yang terbaik untuk mengganti kerugian mobil itu tapi kenapa dia merasa suaminya berubah pikiran.
"kamu mau minggat dari rumah ini?? Aku tidak masalah dengan itu, tapi kita minggat hari ini juga akan susah mendapat rumah baru Melisa!!" jelas Deddy Arlo berusaha meredakan emosinya, hendak memarahi Alena kembali tapi rasanya mustahil, yang ada dia akan selalu di bungkami oleh fakta yang gadis kecil itu keluarkan.
"sayang, tidak mungkin Nadira se tega itu,iyakan Dira?" tanya mommy Melisa dengan senyum lembut, dia sangat tahu Nadira yang tidak pernah tega dengan ayahnya, namun senyum mommy Melisa luntur kala mendengar kalimat Alena.
"kata siapa?? aku malah menginginkan hal itu.kalian minggat hari ini maka itu lebih baik. lagi pula aku juga sudah terbiasa tinggal sendiri di temanin para pelayan, kalian boleh angkat kaki sekarang!!"
"tidak,, Nadira jangan mengatakan itu. Maafkan Deddy sayang, Deddy mohon jangan usir Deddy dulu. Deddy harus mencari rumah terlebih dahulu sayang. Soal uang ganti ruginya Nadira tidak perlu kirim kepada Deddy,itu hak Nadira mau membakar mobilnya kemarin..." sangat lembut kalimatnya hingga Alena tidak bisa lagi untuk tidak tersenyum kecut. Dia membiarkan kedua orang itu disana, langkah kaki Alena berlalu ke kamarnya.
"cihhhhh bisa saja mulut manisnya bicara, kalau tidak ingin bermain main dengan emosi mereka aku sudah pasti mendepaknya dari lama, tapi sekarang aku menikmati ketidakberdayaan mereka disini, memang pintar kamu Alena" gumannya sembari memuji dirinya sendiri. Alena juga sengaja membiarkan mereka disini, setidaknya Alena bisa bermain main dengan mereka apalagi Sella kususnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...