Seorang gadis cantik lulusan pesantren menikah dengan pemuda tampan yang sederhana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Takut Suntik
Yasmin langsung mengulurkan tanganya berniat ingin menyalami Vano. Seperti wanita lain, ketika ingin pergi selalu mencium tangan suaminya.
Vano pun mengulurkan tanganya kemudian Yasmin langsung meraihnya mencium punggung dan telapan tangan Vano, sebagai bakti seorang istri.
" Assalamu'alaikum. " ucap Yasmin berjalan keluar.
Vano terdiam begitu melihat bagaimana cara Yasmin mencium tanganya. Hatinya seakan bergejolak bahagia, sambil tersenyum senang.
" Waalaikumu'ssalam. " jawab Vano menatap punggung Yasmin hingga hilang di balik pintu.
Malam menjelang, selesai makan malam. Semuanya langsung masuk kekamar masing masing. Yasmin menuju ruang ganti, hendak mengganti pakaianya dengan yang lebih santai sedikit. Agar ia nyaman tidur dengan menggunakan cadar.
Malam ini adalah malam pertama mereka di rumah orang tua Vano. Yasmin keluar setelah selesai mengganti pakaianya, ia berjalan mengambil satu bantal untuk tidur di sofa depan TV kamar mereka.
" Mau kemana. " tanya Vano yang melihatnya.
"Sa--saya mau tidur di sofa. " jawab Yasmin.
" Siapa yang mengizinkan kamu untuk tidur di sana." tanya Vano menghampirinya.
Yasmin hanya diam tidak menjawab.
" Saya tidak mengizinkanmu untuk tidur di sofa, tidur dengan saya di tempat tidur. " ucap Vano sambil mengambil bantal dari tangan Yasmin.
" Ayo." ajak Vano sambil menarik tangan Yasmin untuk naik keatas ranjang.
" Tidak usah takut, saya tidak akan menyentuhmu. " ucap Vano meyakinkanya.
Mendengar itu, Yasmin pun memberanikan diri untuk naik keatas ranjang. Walaupun sudah beberapa kali mereka tidur dalam satu ranjang, tetap saja ia masih merasa takut.
Vano duduk di sebalah, sambil memangku lebtopnya, karena ada beberapa pekerjaan yang harus ia periksa. Sementara Yasmin sudah berbaring sambil
membelakanginya.
"Yasmin... " panggil Vano.
Namun Yasmin tidak menjawab malah semakin menggeser tubuhnya kepinggiran ranjang.
" Saya tau kamu belum tidur." ucap Vano.
" A--ada apa. " tanya Yasmin yang masih membelakanginya.
" Besok bisa temenin saya kerumah sakit. " tanya Vano.
" Iya." jawab Yasmin yang langsung setuju.
" Saya mau buka perban tangan, sekalian cari beberapa barang. " ucap Vano memberi tau.
" Iya. " jawab Yasmin lagi dengan singkat.
Beberapa menit kemudian, Vano sudah selesai memeriksa pekerjaanya.
Pria itu menutup lebtopnya, kemudian menaruhnya di nakas samping tempat tidur. Vano turun sebentar mengambil remot AC dan lampu yang berada di atas meja kerjanya. Kemudian naik kembali langsung mematikan lampu utama dan menurunkan suhu ruangan.
" Segini cukup.? " tanya Vano.
" Cu--kup apa. " tanya Yasmin yang tidak faham.
" Suhu ruanganya. " jawab Vano.
" Iya. " jawab Yasmin.
Vano meletakan kedua remot itu di atas lebtonya, kemudian berbaring dan langsung memeluk Yasmin dari belakang.
"Tidurlah, selamat malam. " bisik Vano pelan.
Namun Yasmin hanya diam saja, tidak menjawab.
" Jawab dong. " ucap Vano.
" Iya se--selamat malam. " jawab Yasmin pelan.
Vano langsung tersenyum, kemudian mengeratkan pelukanya mendekap Yasmin dari belakang.
Pukul satu dini hari, Yasmin masih saja tidak bisa tidur karena di peluk seperti itu. Sementara Vano sudah terdengar hembusan nafas tenangnya, karena sudah terlelap. Tiba tiba perutnya mulai merasa nyeri, karena datang bulan .
" Ssshhh..." gumam Yasmin pelan sambil menekan pelan perutnya bagian bawah.
Vano langsung terbangun mendengarnya, karena insting seorang dokter.
" Kenapa, ada yang sakit. " tanya Vano bangun.
" Perut saya mulai nyeri. " jawab Yasmin.
" Sebentar saya ambilkan air hangat dulu." ucap Vano turun dari ranjang keluar kamar.
la mengambil salah satu hot pack di dalam
lemari penyimpanan dapur. Kemudian mengisinya dengan air hangat. Tiba tiba mamanya datang karena ingin mengambil segelas air minum.
"Loh Vano kamu ngapain malam malam gini di dapur. " tanya mamanya penasaran.
" Perut Aisyah nyeri mah, Vano lagi nyiapin hot pack untuknya biar bisa di letakan di perut.” Ucap Vano.
" Waahhh... mama nggak nyangka kamu ternyata perhatian juga. " ucap mamanya terharu.
" Ya masa Vano diam aja mah, liat orang kesakitan, dokter macam apa Vano kalau tidak perduli. " jawab Vano kemudian berlalu kembali kekamarnya, meninggalkan sang mama.
Mamanya langsug tersenyum mendengarnya, karena perlahan lahan putranya itu sudah mulai perhatian pada Yasmin.
Sesampainya di kamar, di lihatnya Yasmin sudah duduk sambil memegang perutnya.
" Letakan di perutmu. " ucap Vano memberikan hot pack itu.
Kemudian ia mengambil kotak kecil yang berisi berbagai jenis obat, dan juga ranselnya.Vano mengambil sebuah alat suntik dan obat cair.
"Mas mau ngapain. " tanya Yasmin yang terlihat panik.
"Suntik kamu, biar nyerinya cepat hilang." jawab Vano sambil memasukkan obat cair itu kedalam suntikan.
" Saya nggak mau. " jawab Yasmin yang langsung ingin turun dari tanjang.
" Mau kemana. " tanya Vano yang langsung menahan tanganya.
" Saya nggak mau di suntik, perut saya juga udah mulai enakan. " jawab Yasmin sambil mencoba merepaskan tanganya.
" Loh kok tiba tiba udah nggak sakit." tanya Vano heran.
" Iya, mungkin karena hot pack ini. " jawab Yasmin berbohong.
Namun Vano tau, jika Yasmin sedang mencoba untuk lari karena takut.
"Tidak usah bohong, saya tau perutmu masih sakit. " ucap Vano yang terus menahan tanganya.
" Kamu takut dengan jarum suntik. " tanya Vano menebak.
" Pokoknya saya nggak mau di suntik, mas lepasin tangan saya. " jawab Yasmin yang terus mencoba untuk lepas dari pegangan Vano.
Vano langsung tersenyum mendengarnya.
" Rupanya gadis kecil ini takut dengan jarum suntik." batin Vano.
" Mas lepas. " ucap Yasmin, karena Vano semakin memegangnya dengan erat.
Tiba tiba Vano menariknya, hingga tubuh Yasmin jatuh di pangkuan Vano.
Vano mengeratkan pelukanya di pinggang Yasmin, agar gadis itu tidak lepas.
" Jujur sama saya, kamu takut dengan jarum suntik kan. " tanya Vano lagi.
Namun Yasmin tidak menjawabnya, matanya hanya fokus menatap jarum suntik yang berada di dalam kotak obat itu. Ia terus membayangkan jika benda tajam itu, mulai masuk kedalam kulitnya menembus daging, seakan akan ingin membunuhnya.
" Hey, kok diam aja. " ucap Vano sambil membuyarkan lamunan Yasmin.
" Mas lepasin. " jawab Yasmin sambil merapatkan kedua tanganya memohon.
Seketika Vano tertawa melihatnya, tingkah Yasmin sangatlah lucu memohon seperti itu.
" Nggak sakit kok di suntik, cuma seperti di gigit semut aja, percaya sama saya. " ucap Vano meyakinkanya agar tidak takut.
" Saya nggak mau, lebih baik minum obat aja. " jawab Yasmin.
" Obat untuk anti nyerinya udah nggak ada, adanya cuma yang di suntik. " jawab Vano memperlihatkan semua jenis obat.
" Saya nggak mau." jawab Yasmin yang seketika berdiri lepas dari pelukan Vano.
Gadis itu berlari keluar kamar menuju lantai bawah.
Vano langsung mengejarnya kelantai bawah, di lihatnya Yasmin sedang duduk di ruang tengah memegang hot pack di perutnya. la ikut duduk di samping Yasmin memperhatikanya.
" Kalian belum tidur. " tanya papanya yang keluar kamar karena merasa haus.
" Tau nih pah, Yasmin nggak mau tidur di kamar katanya. " jawab Vano berbohong.
memberi kejutan untuk sang istri
lanjut thor ceritanya
lanjut thor ceritanya
di tunggu up nya
kalau orang lain jangan harap...
pas mateng ikannya
Vano yg di suruh mkn...