Tentang kisah seorang gadis belia yang tiba-tiba hadir di keluarga Chandra. Gadis yang terluka pada masa kecilnya, hingga membuatnya trauma berkepanjangan. Sebagai seorang kakak Chaandra selalu berusaha untuk melindungi adiknya. Selalu siap sedia mendekap tubuh ringkih adiknya yang setiap kali dihantui kelamnya masa lalu .
Benih-benih cinta mulai muncul tanpa disengaja.
Akankah Chandra kelak menikahi adiknya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chinchillasaurus27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyanyi
Gaby hari ini mendung banget. Wajahnya murung.
Gaby semalem mimpi buruk lagi. Gue menyesal kenapa kemarin gak baikan dulu kalo abis berantem sama Gaby, dia jadinya gini kan kebawa ke mimpi. Gue gak tau ini berhubungan apa enggak. Setahu gue kalo suasana hatinya lagi gak enak maka bakalan gak tidur nyenyak, mimpi buruk kayak Gaby ini.
Gue udah coba hibur dia, tapi dia cuma ketawa sebentar terus murung lagi. Gue gak mau dia kepikiran terus soal mimpinya itu.
"Kamu yakin mau sekolah?" tanya gue pada Gaby yang lagi menyantap sarapannya.
Gue lihat kearah dia. Tampangnya lagi gak baik-baik aja. Matanya benar-benar sembab karena nangis semaleman. Warna bibirnya hari ini juga agak pucet gak kayak biasanya.
Gue coba sentuh dahi dia pakek punggung tangan.
"Aku gak papa Kak." Gaby langsung memindahkan tangan gue. Dia lalu berdiri dan menggendong tasnya ke punggung.
"Ayo Sean udah dateng." ucapnya kemudian berjalan ke arah depan duluan.
Sekarang gue udah sampai dikantor. Gue hari ini kerja bro, udah sembuh.
"Selamat datang kembali Pak Chandra." sapa Bu Joy yang lagi menghampiri gue. Eh ternyata dia juga baru aja dateng.
"Terimakasih." Gue membalas senyumannya, lalu kita berdua berjalan beriringan menuju ruangan kita.
Diperjalanan kita ngobrol banyak. Bu Joy ngasih tahu ke gue tentang apa aja yang terjadi selama gue gak masuk. Gue berterimakasih ke dia yang udah handle semua kerjaan selama gue sakit.
Ditengah-tengah pekerjaan gue tiba-tiba gue kepikiran sama Gaby. Dia gimana ya, udah ceria lagi apa belom. Gue coba chat aja deh.
...Gaby...
^^^By, lagi istirahat ya?^^^
Belum
^^^Oh... Belajar yg pinter ya^^^
Iya
^^^Nanti sore gw jemput ya^^^
^^^Tungguin^^^
Iya
Gaby membalas chat gue singkat-singkat banget. Ini menandakan suasana hatinya masih belum baik. Ah gue jadi khawatir.
Glubuggg
Gue tiba-tiba mendengar suara benda jatuh. Gue heran lalu mencari ke sumber suara. Di sini gak ada, lalu gue coba masuk ke ruang penyimpanan berkas.
"Astaghfirullah Bu Joy!" Gue berlari menghampiri Bu Joy yang udah tergeletak di lantai. Dia kayaknya baru aja jatuh dari tangga yang biasa buat ambil berkas di rak.
"Bu Joy gak papa?"
Pertanyaan macam apa ini, jelas apa-apa dong Bu Joy nya, orang dia sekarang meringis kesakitan sambil megangin kaki kirinya.
"Ayok saya bantu berdiri." Gue membantunya berdiri.
Bu Joy masih lemes, kakinya gak bisa buat jalan. Langsung aja gue gendong tubuhnya, lalu menurunkannya ke sofa yang ada diruangan gue.
"Mana yang sakit?" Gue mulai panik karena Bu Joy mendadak nangis.
Gue takut kalo kakinya patah. Gue bingung harus ngapain sekarang, gue gak bisa menenangkan Bu Joy yang nangis dengan suara memilukan ini.
Gue langsung ambil ponsel gue diatas meja. Gue telfon Pak Samuel supaya segera kesini.
Pak Samuel akhirnya tiba diruangan gue. Dia melihat keadaannya Bu Joy. Dia juga bingung harus melakukan apa. Dia kemudian berpikir sebentar.
"Panggil Pak Dio uruh cepet kesini, dia bisa ngurut!" suruh pak Samuel pada gue, langsung aja gue telfon si Dio.
Tak lama Dio akhirnya juga dateng ke ruangan gue. Pak Samuel langsung menyuruh Dio untuk mengurut kaki Bu Joy. Dio pun mengangguk, lalu dia menghampiri Bu Joy yang masih nangis di atas sofa.
"Biar saya lihat dulu." ucap Dio mencoba meminta ijin pada Bu Joy. Dio lalu memegang kaki kirinya Bu Joy yang sedang sakit. Tapi tiba-tiba Bu Joy menendang tubuh Dio hingga dia jatuh tersungkur.
"Sakittttt!!!" teriak Bu Joy.
"Gak akan sakit Bu Joy. Biar Pak Dio urut sebentar." bujuk Pak Samuel.
Bu Joy menggeleng, dia nggak mau diurut. Dia malah nangis tambah kenceng karena dia takut sakit. Kita bertiga udah coba membujuk sekuat tenaga. Tapi sayangnya tetep gak berhasil.
Kita takut kalo kita tidak segera dilakukan pertolongan pertama, malah kakinya akan parah.
Gue menghela napas panjang. Gue coba mendekati Bu Joy perlahan.
Gue duduk didekatnya. "Bu Joy ini gak akan sakit. Bu Joy percaya deh sama saya." ucap gue sembari menatap kedua matanya.
Dia sedikit tenang, tangisannya mulai berhenti sekarang.
"Diurut bentar ya. Saya temenin." ucap gue kemudian menggenggam erat tangannya.
Bu Joy kemudian mengangguk. Gue langsung memanggil Dio untuk mendekat lagi. Dio agak trauma, dia takut kena tendang lagi.
Dio memulai mengurut kaki Bu Joy.
Sesekali Bu Joy meremas tangan gue, menyalurkan rasa sakitnya ke gue. Gue cuma diem, membiarkannya sampai proses pengurutan selesai.
Dio akhirnya selesai mengurut.
"Ini kakinya terkilir. Tapi udah saya lurusin uratnya. Kalo bisa jangan dipakek jalan terus, diistirahatkan aja dulu ya Bu." ucap Dio, ngasih tahu ke Bu Joy.
"Terimakasih ya Pak. Maaf tadi bapak saya tendang."
"Iya gak papa."
Dio kemudian pamit kembali ke ruangannya. Sekarang tinggal gue, Bu Joy sama Pak Samuel di ruangan ini. Pak Samuel kemudian memanggil gue. Dia mengajak gue untuk berdiskusi sebentar.
Karena kondisi Bu Joy yang gak memungkinkan buat bekerja jadi Pak Samuel nyuruh gue buat mengantarnya pulang aja. Sekalian biar dia istirahatnya di rumahnya sendiri.
Berhubung rumah Bu Joy sangat juauhhh jadi Pak Samuel menyarankan gue buat langsung pulang aja. Katanya kasihan kalo gue harus balik lagi ke kantor, sayang tenaganya.
Ya oke, gue nurut. Malah alhamdulillah banget bisa langsung jemput Gaby kan.
...***...
Gue menunggu Gaby yang belum kelihatan batang hidungnya. Gue nunggunya di luar, di dalem mobil bosen. Gue nyender di pintu mobil sambil ngelihatin anak-anak SMA berhamburan keluar gerbang, siapa tau ada yang bening. Eh sadar Chan, lo udah punya Silvy!.
Tiba-tiba gue lihat seseorang dari kejauhan. Kok kayak kenal ya?
Eh itu bukannya mantan gue si Mawar. Dia ternyata sekolah disini.
Gue langsung masuk ke dalam mobil, mengamati Mawar yang berjalan bersama temen-temennya melewati mobil gue.
Untung saja dia gak tahu kalo ini mobil gue. Karena mobil ini masih lumayan baru, waktu pacaran sama dia gue belum punya mobil, masih naik sekuter.
Gue pacaran sama Mawar itu sebelum sama Silvy. Itu berarti gue masih kelas 1 SMA waktu pacaran sama dia, dan Mawar masih SD. Wkwkwk ternyata gue pernah pacaran sama anak SD. Kenapa bisa kenal dia? Soalnya dulu kalo gak salah kita pernah satu tempat les vokal. Douluuuu banget pokoknya.
Mawar gak berubah ya, dia masih cantik dan sekarang udah gede malahan. Gue inget banget dulu putusnya gara-gara dia mau ulangan kenaikan kelas. Dia disuruh fokus belajar sama mamanya.
Hmm... Sedih sih mana gue masih pacaran 2 bulan sama dia.
"Apa dia masih inget gue ya?" tanya gue dalam hati.
Mawar sama temen-temennya kini memasuki sebuah mobil, lalu pergi meninggalkan kawasan sekolah. Sepertinya dia pulang ke rumahnya.
"Ini Gaby kemana sih? Apa masih dihukum sama gurunya?" Gue mulai bingung.
Gue telfon beberapa kali juga gak diangkat. Apa gue masuk ke sekolahnya aja ya buat nyariin? Tapi apa boleh?
Gue lepas jas yang dari tadi menempel ditubuh gue, lalu gue taruh di kursi belakang. Gue keluar dari mobil. Melangkahkan kaki menuju gerbang sekolah Gaby. Gue lihat dari balik gerbang, udah sepi tinggal satu dua orang anak aja yang keluar.
"Eh nak sini!" panggil gue pada anak yang baru aja keluar dari gerbang. Anak itu kemudian menghampiri gue.
"Ada apa ya?" tanya anak itu. Anak itu kemudian natap gue dari atas sampai bawah. Dia menatap gue dengan tatapan 'kok kayak kenal ya?'
Dia terlihat berpikir sebentar, lalu wajahnya mendadak terkejut. Gue cuma menatap heran ke arah dia.
Nih anak kenapa sih?
"Kakaknya Gaby ya?" tanya dia.
Lohh..
"Iyaa. Lo kok ta—"
"Halo kakaknya Gaby, nama saya Refran. Saya temennya Gaby. Saya yang kemarin latihan senam di rumah Gaby." ucap dia cepat sambil membungkukkan badannya.
Oo ternyata ini salah satu anak yang kemarin gue sangka geng motor. Gue coba tanyain aja mungkin dia tahu keberadaan Gaby sekarang.
"Emmm Gaby nya masih didalem ya?"
"Gaby?" tanya anak itu setengah berpikir.
Gue cuma ngangguk-ngangguk menunggu jawaban yang tak kunjung keluar dari mulutnya.
Duh bocah ini lemot njir.
"Saya gak tau Kak. Kayaknya sih masih dikelas tadi."
"Oh oke makasih ya." Gue menepuk-nepuk pundak bocah ini.
Bocah ini kemudian mengangguk lalu melangkahkan kakinya kembali.
Gue coba telfon Gaby lagi, tetep aja gak dijawab.
Tiba-tiba ada motor klx berhenti dihadapan gue.
"Loh Gaby!"
Iya bener itu Deby sama anak klx. Deby kemudian turun dari klx dan melepas helmnya.
"Kok lo udah jemput?"
"Lo mau bareng dia ya? Kan gue udah bilang mau jemput tadi."
"Hehe sorry, kirain lo bakalan lama datengnya. Makanya gue bareng Jeje lagi." ucap Gaby sambil nyengir.
Kok agak kesel ya gue.
"Ponsel lo kemana sih, ditelfonin berkali-kali gak lo angkat?"
"Lowbat boss." ucap dia lalu melangkahkan kakinya menuju mobil.
Gue langsung menyusul dibelakangnya.
Di mobil Gaby ngobrol banyak sama gue. Dia juga nyetel lagu-lagu semangat. Kelihatannya mood dia udah bagus deh. Alhamdulilah.
"Eh langsung ke mall yuk. Silvy lagi live music disana." ajak gue.
"Oh ya. Aku udah lama gak denger Kak Silvy nyanyi. Ayok ayok ayok cepet!" Gaby mengguncang-guncangkan pundak gue. Ya jelas nyetir gue keganggu lah.
"Aduh Gaby jangan gitu. Ntar kecelakaan."
Gaby lalu berhenti melakukannya.
Gue kemudian lihat dia lagi senyam-senyum sendiri disebelah gue.
"Lo kenapa sih?" tanya gue heran.
Gaby menggeleng cepat.
Hmmm... gue mencium bau-bau keisengan nih. Awas aja lo By!
Kita sekarang udah sampai mall. Kita langsung menuju ke tempat dimana Silvy live music.
Gue lihat belum mulai sih tapi udah penuh banget yang nonton.
Gue menyelinap ke kerumunan orang-orang, karena kasihan kalo belakang-belakang Gaby gak kelihatan. Dia kan pendek. Masa iya gue harus gendong dia terus taruh di tengkuk gue?
Gak lah ntar kayak nonton konser Slank jadinya.
Gaby terus tarik pergelangan gue buat terus maju ke depan panggung.
"Jangan depan-depan ah. Ntar Silvy nya malu." cegah gue.
Gaby gak denger soalnya suara gue kalah sama keramaian. Si Gaby tetep narik gue hingga akhirnya sampailah kita depan panggung pas. Kita berdua bisa lihat Silvy beserta band nya dengan sangat jelas dari sini.
"Kak Silvy!!!!" Gaby melambaikan tangannya ke arah Silvy yang lagi diatas panggung. Silvy kemudian melihat kita, dia tersenyum ke arah kita.
"Kak Chandra mau nyanyi nih!!" teriak Gaby. Langsung aja gue bungkam mulutnya pakek tangan gue.
Kurang ajar banget nih anak. Bikin gue malu. Gue melotot ke arah Gaby, nyuruh dia diem atau gue bakalan marah.
Silvy cuma ketawa dari atas panggung. Dia yang lagi memegang mic itu kemudian melirik ke arah gue.
"Tes tes. Lagu ini saya persembahkan untuk pacar saya.
Eh...
Gue langsung mematung. Mata gue membulat sempurna. Mulut gue menganga tanpa disuruh. Gue kaget sama apa yang dia katakan barusan.
"Naik naik naik!!!" teriak Gaby yang sekarang diikuti oleh semua penonton.
Wtf???!!!
"Naik naik naik!!!" Kini semua orang teriak heboh karena provokasi Gaby.
Gue malu banget anjir. Gue mencoba tuli, gue gak peduliin teriakan orang-orang. Pokoknya gue gak mau naik ke atas panggung.
Hingga tiba-tiba ada beberapa orang yang dorong gue. Gue menoleh ke belakang. Sialan ternyata yang dorong gue anak-anak tongkrongan. Kenapa dia ada disini juga sih njir??
Tubuh gue gak bisa menahan lagi. Tubuh gue terdorong ke depan. Wajah gue langsung aja tersorot lighting.
Silau banget men.
Orang-orang pada udah lihat wajah gue. Mau gak mau gue harus naik ke atas panggung. Gue dengan pasrah melangkahkan kaki gue ke atas panggung.
Jantung gue rasanya mau copot. Gue gemeteran hebat.
Silvy langsung mendekati gue, dia menyambut gue. Dia lalu memegang tangan gue dan mengajak gue supaya ke tengah.
Gue gak berani melihat ke arah penonton, rame banget woy. Malu ini maluu!!!
Silvy mulai bernyanyi. Dia membawakan lagunya Andmesh Cinta Luar Biasa. Dan gue ngapain ada di atas sini. Cuma berdiri kaku gak ngapa-ngapain, rasanya gue pengen ngerobek wajah gue karena malu. Gue pengen ganti kulit aja Ya Allah.
"Ayo nyanyi sama-sama!!!" seru Silvy sambil mengarahkan micnya ke arah penonton.
Sontak penonton pada nyanyi semua, termasuk Gaby sama anak-anak. Bisa-bisanya mereka asik-asik nyanyi sedangkan gue menderita di atas sini. Sumpah gue pengen ngelempar mereka pakek sepatu gue.
"Terimalah lagu ini dari orang biasa. Tapi cintaku padamu luar biasa."
"Aku tak punya bunga, aku tak punya harta. Yang kupunya hanyalah hati yang setia tulus padamu..."
Silvy akhirnya telah menyelesaikan lagunya. Buru-buru gue melangkahkan kaki cepat turun dari panggung. Tapi tiba-tiba...
"LAGI LAGI LAGI!!!!"
Sialan, itu teriakannya Gaby.
Tuh anak kompor banget elah.
"IKUT NYANYI WOYYY!!!" teriak Bimo. Fuck, kenapa dia ikut-ikutan kompor jugak???!
Gue gak peduli gue tetep melangkahkan kaki gue buat meninggalkan panggung. Tapi Silvy tiba-tiba pegang pergelangan tangan gue.
"Mau kemana? Sekali lagi sesuai request penonton." Silvy bicaranya pakek mic sontak para penonton pada memekik, "Yeayyy!!!"
Sumpah gue doain yang bilang yeay nanti malem mencret.
Silvy lalu menarik gue buat ke tengah lagi. Gue lihat ke arah Gaby, dia ngakak banget lihat gue kayak gini.
"Puas lo!" batin gue.
"Mau lagu apa?" tanya Silvy pada penonton.
"MANUSIA BIASA!!!"
Suara siapa lagi, Gaby lah. Penonton kemudian ikut-ikutan.
"DUET DONG!!!" teriak Sean dari bawah.
Duet pala lo kotak Se.
Duh ini anak-anak pada mau bikin gue mati dalam kondisi malu kali ya.
"DUET!!!"
"DUET!!!"
"DUET!!!"
"DUET!!!"
Penonton kini tak henti-hentinya teriak nyuruh gue duet sama Silvy. Tolong dong siapa aja kirim bom apa hujan meteor gitu ke mall ini. Gue gak sanggup buat duet. Arrrggghhh!!!!
Silvy kemudian memberikan mic ke gue. Gue menggeleng, gue gak mau nyanyi. Gue gak bisa. Gue malu. Tapi Silvy tetep memaksa, dia sekarang meletakkan mic di genggaman gue.
Iringan music tiba-tiba dimainkan. Silvy ngasih tau gue buat bagian-bagian mana yang harus gue nyanyikan.
"Gak gak Sil, gue gak bisa..."
"Pasti bisa yang..."
Hingga tibalah intro udah habis.
"Masih kuingat selalu
Saat kau berjanji padaku
Takkan pernah ada cinta yang lainnya
Terasa begitu indah." Silvy nyanyi dengan lancar.
Bangsat giliran gue nih!Bismilahirahmanirrahim!!
"Tapi semua berbeda
Saat kau kenali dirinya
Sadarkah dirimu diriku terluka
Saat kau sebut namanya."
Prok prok prokkk....
Suara tepuk tangan penonton. Oh oke suara gue 'not bad'.
Tibalah waktu gue sama Silvy nyanyiin reff nya.
"Aku memang manusia biasa
Yang tak sempurna dan kadang salah
Namun dihatiku hanya satu
Cinta untukmu luar biasa."
Penonton pada tepuk tangan seneng. Gue lihat Gaby loncat-loncat. Anak-anak tongkrongan pada siul-siulan.
"Oke sekali lagi!" seru Silvy.
"Aku memang manusia biasa
Yang tak sempurna dan kadang salah
Namun dihatiku hanya satu
Cinta untukmu luarbiasa",
Akhirnya lagunya selesai. Gue langsung memberikan mic gue pada Silvy lalu lari turun dari panggung.
Gaby langsung peluk gue, dia ketawa puas lihat muka gue yang udah berubah pucet gini.
Anak-anak bangsat dibelakang gue pada nepuk-nepuk punggung gue.
"Gue bangga sama lo Chan." kata Bimo. Sialan gue pengen cakar muka dia.
"Gitu dong kayak yang gue ajarin kemarin." ucap Cio yang sekarang ngelus-ngelus kepala gue.
"Bagus loh gak fales." ucap Sean.
Sialan ya kalian. Tunggu aja pembalasan gue.
~to be continue...