Zoe Harper, seorang agen rahasia elit dari Norwegia, menerima misi rahasia dari mentornya, Johan Jensen, untuk mencuri "Scriptum Mortis", sebuah buku rahasia yang berisi informasi tentang operasi kartel terbesar di Meksiko. Buku tersebut berada di tangan Axel von Bergen, seorang pengusaha kaya dan berpengaruh.
Namun, misi ini diwarnai dengan kehadiran Axelrod River (Maverick), pemimpin kartel berbahaya yang menguasai jalanan Meksiko. Axelrod River dikenal sebagai pria yang kejam, cerdas dan memiliki jaringan yang luas. Mentor Zoe memperingatkan bahwa Axelrod River adalah musuh yang tidak terduga dan harus diwaspadai.
Dengan kecerdasan, keberanian dan kemampuan analisis yang tajam, Zoe harus menghadapi Axelrod River dan mengungkap kebenaran tentang buku tersebut. Sementara itu, dia juga harus menghadapi konflik internal tentang motifnya sendiri dan moralitas misinya.
Apakah Zoe berhasil menyelesaikan misinya dan mengungkap kebenaran tentang "Scriptum Mortis"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu kehormatan
...***...
Zoe keluar dari pesta dan kembali ke apartemennya. Dia segera menghubungi Johan, dan pria itu langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Johan, aku gagal dalam percobaan pertama," kata Zoe singkat.
"Apakah ada masalah?" Johan bertanya dengan nada khawatir.
"Aku menemukan buku La Oscuridad di kediaman Axel Von Bergen, tapi Scriptum Mortis tidak ada. Kirimkan Jones atau Kyle kemari. Kami perlu strategi baru," Zoe menjelaskan dengan cepat.
Johan mendengarkan Zoe dengan penuh perhatian, matanya bersinar penasaran. "Perlihatkan buku itu padaku," katanya dengan nada antusias.
Zoe mengangguk dan menggeser buku itu di atas meja, memperlihatkan sampul hitamnya yang sederhana dan elegan. Tulisan putih pada sampulnya kontras dan menambah kesan misterius.
"Unik sekali," Johan mendekatkan wajahnya pada layar, dan memindai buku tersebut. "Tidak ada gambar, dan sampulnya sudah mengelupas di beberapa sudut. Sepertinya buku antik?"
Zoe mengangguk. "Aku juga berpikir begitu. Tapi ada sesuatu yang aneh. Buku ini tersembunyi dengan baik di kediaman Axel Von Bergen."
Johan menajamkan pandangannya. "Mungkin buku ini memiliki nilai historis atau signifikansi tertentu. Aku akan mencari informasi lebih lanjut."
"Lalu, aku butuh rekan secepatnya, Johan. Keluarga Bergen sangat berbahaya, terutama Axelrod River. Dia terlihat ceria, tapi menyembunyikan kejahatan di dalam."
Johan mendengarkan dengan tenang. Dia hanya tersenyum seolah itu memang hal biasa dan tidak mengejutkan sama sekali. "Memang, pemimpin kartel seperti Axelrod River selalu memiliki dua wajah. Aku akan segera mengirim Jones atau Kyle untuk membantumu."
"Baik, aku tutup teleponnya."
"Jaga dirimu, Zoe."
*
*
*
Setelah beberapa hari berdiam diri di rumah, Zoe mendadak menerima undangan untuk merayakan ulang tahun anak pertama Axel Von Bergen. Dia terkejut. Ternyata penyamarannya sebagai Morgan masih belum terbongkar.
Axel Von Bergen sendiri yang mengundangnya untuk kembali ke kediamannya. Zoe merasa curiga, apakah ini sebuah perangkap atau kesempatan baru?
Zoe memandang undangan itu sebagai kesempatan emas. Dia memutuskan untuk hadir di pesta ulang tahun malam ini, bertekad untuk menggali lebih dalam tentang kepribadian sebenarnya Axel Von Bergen dan rahasia Scriptum Mortis yang masih menjadi misinya kali ini.
*
*
Malam hari tiba, Zoe bersiap-siap dengan sempurna. Dia memasang perangkat komunikasi kecil di telinganya dan memakai lensa pintar canggih yang dilengkapi teknologi pengenalan wajah untuk mengidentifikasi tamu-tamu penting di pesta ekslusif Axel Von Bergen.
Namun, kali ini Zoe memutuskan untuk pergi bersama Kyle, rekan kerjanya yang saat ini dalam perjalanan menuju Meksiko. Rencana mereka sudah matang, dan semua persiapan telah selesai. Kini, Zoe hanya menunggu kedatangan Kyle untuk melanjutkan misi bersama.
Saat Zoe sedang santai menunggu kedatangan Kyle, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Johan muncul di layar, membuatnya penasaran. Tanpa pikir panjang, Zoe langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Ada apa?"
"Zoe, ada kabar buruk," Johan menjawab serius. "Kyle mengalami kecelakaan saat tiba di Meksiko. Dia tidak bisa membantumu malam ini. Kau harus pergi sendiri dan periksa kondisinya besok."
"Apa? Bagaimana bisa? Di mana dia sekarang?" Zoe kembali bertanya dengan nada khawatir.
"Tenang, Zoe. Kyle saat ini dirawat di Rumah Sakit Angeles, Meksiko. Kondisinya stabil, tapi perlu pengawasan lebih lanjut," Johan menjelaskan.
"Baiklah, aku akan menemuinya setelah aku selesai dengan Scriptum Mortis. Aku akan pergi sekarang."
Zoe menutup panggilan dan melanjutkan perjalanannya menuju kediaman Bergen, namun pikirannya terus terganggu oleh kekhawatiran tentang Kyle. Apakah dia mengalami nasib yang sama seperti Zoe saat pertama kali tiba di Meksiko? Apakah beberapa pria bersenjata telah menangkapnya?
*
*
*
Sesampainya di kediaman mewah Axel Von Bergen, Zoe dipersilakan masuk oleh pelayan yang ramah. Namun, saat menginjakkan kaki di aula yang megah, dia hanya menemukan beberapa pengusaha berpengaruh yang sedang berbincang dengan angguk-anggukan. Pesta ulang tahun putra Bergen ini terasa lebih sepi dari yang dia bayangkan.
Zoe mengencangkan jasnya dan melangkah percaya diri menuju Bergen, yang sedang berbicara dengan seorang tamu. "Tuan Bergen, selamat atas ulang tahun putra Anda," kata Zoe dengan senyum diplomatik.
Bergen menoleh, matanya terkejut. "Morgan?! Wah, ternyata benar kau ada di Meksiko? Aku tidak menyangka kau akan datang. Kau tidak menemuiku saat pertunangan Rosa. Aku tidak tahu kau sudah tiba," katanya dengan nada heran.
Zoe tersenyum dingin, mencoba menyembunyikan identitas aslinya. "Ya, itu salahku karena tidak menemuimu, Tuan Bergen. Aku ingin memastikan putra Anda merayakan ulang tahunnya dengan bahagia."
"Haha, terimakasih, Morgan. Kau harus menikmati pestanya."
Bergen menepuk pundak Zoe dengan senyum, lalu berpaling dan bergabung dengan pengusaha lain, melanjutkan percakapan yang telah terhenti.
Saat sibuk menelisik identitas para tamu dengan lensanya, Maverick tiba-tiba mendekat dengan langkah santai dan menyodorkan sebuah gelas anggur merah yang elegan. Senyum ramahnya memancar, menambah kesan hangat di tengah kerumunan pengusaha elit.
"Maverick? Kau di undang juga?"
Maverick mengangguk, "Iya, ini memang tidak terduga. Siapa sangka pria biasa sepertiku bisa di undang di pesta tuan Bergen?" Dia mulai meneguk anggur merahnya dengan santai. Zoe tersenyum, lalu dengan gerakan yang santai, meraih gelas anggur itu dan meneguknya bersama, menciptakan keakraban yang spontan.
"Ngomong-ngomong, aku tidak melihat pemilik pesta. Dimana yang berulang tahun?" Zoe bertanya dengan nada penasaran.
Maverick meliriknya dari samping, lalu tersenyum. "Kau tidak tahu? Yang berulang tahun adalah seorang pria berusia 40 tahun. Lihat di sana," Dia menunjuk ke arah depan, menarik perhatian Zoe pada sosok elegan di tengah kerumunan: Raider Von Bergen, anak pertama Axel Von Bergen, yang berulang tahun hari ini.
Zoe terkejut, wajahnya memperlihatkan ekspresi tak terduga. Dia berusaha menyembunyikan keterkejutan dan berpura-pura tenang, memikirkan betapa berbeda bayangannya tentang anak pertama Axel Von Bergen.
Maverick kembali melirik Zoe dari samping, senyum misterius menghiasi wajahnya. Dia mendekat, berbisik dengan nada rendah, "Dan apa kau tidak tahu, semua orang sudah menyadari bahwa kau bukan Morgan?"
Zoe menoleh dengan cepat, mata terbelalak tidak percaya. Wajahnya memucat, suaranya bergetar. "Apa maksudmu? Tentu saja aku Morgan!" katanya dengan nada terkejut dan sedikit defensif. "Mengapa kau berpikir seperti itu?"
Maverick tersenyum sinis, mata berkilauan dengan keangkuhan. "Karena Morgan sudah mati di tangan Axelrod River."
Mendengar kata-kata itu, Zoe menoleh ke sekeliling, menyadari dirinya menjadi pusat perhatian. Mata tamu-tamu pesta terpaku kepadanya, tajam dan menakutkan, seolah ingin mencabik-cabiknya. Zoe gemetar, beringsut mundur, tapi mereka terus mendekat, mempersempit ruang di sekitarnya. Semua ini terasa seperti mimpi buruk yang mengerikan.
Di tengah-tengah itu, Raider Von Bergen melangkah mendekati Zoe dengan mata yang mengintimidasi, membuat bulu kuduknya berdiri. Suaranya berbisik, namun penuh ancaman, mengirimkan aura dingin yang menyusup ke tulang belakangnya.
"Kau tahu, pesta ini tidak untuk ulang tahunku, tapi untuk mengakhiri nyawa 'Morgan' kedua," katanya dengan senyum mengerikan. "Dan kau, adalah tamu kehormatan yang terakhir."