Jasmine D'Orland, seorang duchess yang terkenal dengan karakter jahat, dituduh berselingkuh dan dihukum mati di tempat pemenggalan di depan raja, ratu, putra mahkota, bangsawan, dan rakyat Kerajaan Velmord.
Suaminya, Louise, yang sangat membencinya, memenggal kepala Jasmine dengan pedang tajamnya.
Sebelum kematiannya, Jasmine mengutuk mereka yang menyakitinya. Keluarganya yang terlambat hanya bisa menangisi kematiannya, sementara sebagian bersorak lega.
Namun, enam bulan sebelum kematian itu, Jasmine terlahir kembali, diberi kesempatan kedua untuk mengubah nasibnya yang tragis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertarungan Yang Mengejutkan
Di luar kereta, kedua pengawal berkuda telah bersiap dengan pedang mereka. Salah satu dari mereka, Oliver, berbicara keras,“Yang Mulia, tetaplah di dalam kereta. Kami akan menangani mereka. Tugas kami adalah melindungi Anda.”
Namun Jasmine membantah perintah itu dengan nada tajam. “Jangan meremehkanku. Aku tidak pernah bergantung sepenuhnya pada orang lain untuk melindungiku. Dan aku tidak akan bersembunyi seperti pengecut. Aku adalah Jasmine D’Orland, dan aku tidak takut pada siapapun. Kalian belum tau aku sebenarnya.”
Jasmine turun dari kereta dengan anggun, tetapi langkahnya mantap dan penuh percaya diri. Belati berlapis di tangannya memantulkan sinar, menambah aura keberanian yang terpancar dari dirinya.
"Kau, masuklah kedalam kereta. Temani Anne di dalam," perintahnya kepada sang kusir, Markus.
"Ba.. Baik, Duchess." Jawab nya dan segera pergi ke dalam kereta.
Oliver dan James mencoba membujuknya lagi, tetapi Jasmine tidak bergeming.
Dengan langkah mantap, ia mendekati para bandit yang berdiri menghadang jalan. Salah satu dari mereka, seorang pria besar dengan bekas luka di wajahnya, menyeringai saat melihat Jasmine.
Pemimpin bandit tertawa keras. “Seorang wanita kaya berani melawan kami? Kau hanya akan mempermalukan dirimu sendiri.”
“Nona bangsawan rupanya pemberani,” katanya dengan nada mengejek. “Sayang sekali keberanianmu itu tidak akan menyelamatkanmu.”
Jasmine tersenyum dingin. “Beraninya kau mengatakan itu sebelum mencobanya? Jika kau berpikir aku hanya wanita lemah yang hidup dalam kemewahan, kau akan menyesali perkataanmu.”
Bandit itu tertawa mengejek. “Kalau begitu, buktikan lah, Lady!”
Jasmine hanya tersenyum tipis, memutar belatinya di tangan dengan keahlian yang mengejutkan. “Kau salah memilih lawan,” jawabnya dingin. “Keturunan D’Orland tidak pernah tunduk pada ancaman seperti kalian.”
Bandit itu tertawa keras, tetapi tawanya terhenti ketika Jasmine bergerak dengan cepat, menebas lengan salah satu pria yang mendekatinya. Gerakannya cekatan dan penuh percaya diri, jelas menunjukkan bahwa ia telah dilatih dengan baik.
James dan Oliver, dua pengawal yang mendampingi Jasmine, tampak terkejut dengan kemampuan Duchess Jasmine. Namun mereka segera sadar dan mulai bertarung dengan para bandit lainnya.
Pertempuran pun dimulai. Kedua pengawal Jasmine menyerang para bandit dengan gerakan cepat dan terlatih. Jasmine, meski hanya bersenjatakan belati, berhasil melawan satu demi satu bandit yang menyerangnya.
Ia melompat dengan gesit, menghindari serangan bandit pertama, lalu menusukkan belatinya ke lengan bandit tersebut. Bandit itu menjerit kesakitan, tetapi Jasmine tidak menunjukkan belas kasihan. Dengan gerakan cepat, ia melumpuhkan bandit itu sepenuhnya.
Pertarungan berlangsung sengit. Jasmine melawan dengan keberanian yang luar biasa, meskipun jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan para bandit.
Lianne, yang berada di dalam kereta, hanya bisa menggenggam tasnya erat-erat, berdoa agar mereka semua selamat.
Markus yang di dalam menemani Lianne mengatakan jika semua akan baik-baik saja, mencoba menenangkan Lianne gang sedang gelisah.
Lianne menganggukan kepalanya. Lianne, yang tetap berada di dalam kereta, Dengan keberaniannya, kemudian mengintip. Ia memandang dengan cemas, tetapi juga kagum pada keberanian majikannya. “Yang Mulia benar-benar luar biasa,” gumam Lianne pada dirinya sendiri.
Sementara itu, Oliver berteriak kepada Jasmine, “Yang Mulia, hati-hati di belakang Anda!”
Jasmine menoleh dengan cepat, menghindari pedang yang hampir mengenai tubuhnya. Ia membalas dengan menendang perut bandit itu, membuatnya jatuh ke tanah.
Pertarungan berlangsung sengit, tetapi dengan kemampuan bertarung Jasmine dan para pengawalnya, kelompok bandit mulai kewalahan. Satu per satu dari mereka tumbang.
Saat Jasmine berhasil melumpuhkan salah satu bandit, ia melihat seorang pengawal menahan seorang pria yang tampaknya terluka tetapi masih hidup.
"Sepertinya mereka bukan bandit biasa, melihat pertarungan mereka. Apakah mereka pembunuh bayaran?" tanya Jasmine kepada dua pengawalnya.
Oliver dan James kaget, lalu baru menyadarinya. "Sepertinya benar, Duchess," ucap James dengan tegas.
Jasmine segera mendekati pria itu, pandangannya tajam seperti elang. “Katakan siapa yang mengirim kalian,” ujarnya tegas sambil mengarahkan belatinya ke leher pria itu.
Pria itu tidak menjawab, hanya menatap Jasmine dengan mata penuh kebencian. Melihat itu, Jasmine mengerutkan kening, lalu memberi perintah kepada kedua pengawalnya. “Periksa tubuh mereka. Lihat apakah ada sesuatu yang mencurigakan.”
Pengawal itu segera mematuhi perintahnya, memeriksa kantong dan pakaian para bandit yang telah tumbang. Oliver kembali dengan membawa sebuah surat yang terlihat lusuh. “Yang Mulia, kami menemukan ini di salah satu dari mereka.”
Jasmine mengambil surat itu dan membukanya. Saat membaca isinya, rahangnya mengeras. Surat itu berisi instruksi untuk membunuhnya, lengkap dengan detail perjalanan yang hanya diketahui oleh orang-orang di dalam kediaman Duke Louise. Lebih mengejutkan lagi, surat itu ditandatangani oleh seorang pengawal bernama Roland, yang merupakan rekomendasi langsung dari Cecilia.
Matanya menyipit, ekspresinya berubah menjadi lebih dingin. “Seperti dugaanku. Mereka bukan bandit biasa. Mereka adalah pembunuh bayaran, dan dalang di balik semua ini adalah salah satu pengikut wanita licik itu.”
“Roland...” gumam Jasmine dengan nada dingin. “Jadi ini ulahnya. Aku seharusnya tahu bahwa Cecilia tidak akan diam saja.” ucap nya dalam hati.
James mendekat, suaranya terdengar khawatir. “Yang Mulia, ini bukan bandit biasa. Mereka adalah pembunuh bayaran. Sepertinya mereka dikirim untuk memastikan Anda tidak pernah sampai ke kediaman keluarga D’Orland.”
"Ya mereka memang bukan bandit biasa, mereka merupakan pembunuh bayaran dan dalang di balik semua ini adalah Roland. Pengawal di kediaman Duke Louise Clair.” ucap Jasmine.
Kedua pengawalnya sangat terkejut, Oliver dan James tidak menyangka jika pengawal dari kediaman Duke akan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh sang Duchess, apa tujuannya?.
Lianne yang mendengar itu tampak terkejut. “Roland? Bukankah dia adalah salah satu pengawal yang direkomendasikan oleh Lady Cecilia Thorne, Duchess?” ucap Lianne ya g baru turun dari kereta kuda bersama Markus, sang kusir.
Mendengar ucapan dari Pelayan Lianne, ketiga pria itu tampak terkejut. Apakah ada konspirasi di dalamnya.
Melihat keterkejutan mereka bertiga, akhirnya Jasmine menjelaskan, "Kalian kenapa terkejut, semua kejadian di kediaman Duke Clair adalah atas hasutan dan perbuatan dari pengawal dan pelayan yang dibawa oleh Cecilia, kekasih tercinta Duke kalian." ucapnya enteng.
Mereka bahkan lebih kaget lagi, "Bukankah lady Cecilia itu lembut, penuh kasih, dan baik hati?" tanya Oliver dengan penasaran.
"Kalian buta? Dia itu wanita licik dan manipulatif. Semua hukuman Duke Louise kepada Duchess itu berasal dari aduan pelayan dan pengawal dari wanita yang kalian bilang baik hati itu," ucap Lianne dengan emosi.
"Kenapa Duchess diam saja selama ini?" tanya Markus sang kusir.
"Mungkin..... Waktu itu aku sedang buta, karena mencintai orang brengsek seperti tuan kalian," ucap nya tanpa filter membuat ketiga pria itu membelalak kaget.
"Sudahlah, tak perlu di fikirkan. Kalian bertiga jangan sampai rahasia dari ucapanku barusan jangan sampai di dengar oleh orang lain. Aku akan membuat kejutan untuk seluruh kediaman Duke Clair. Dan kalian bertiga akan tau seberapa licik dan manipulatifnya wanita simpanan Duke kalian jika saatnya tiba." perintah Jasmine.
"Baik, Duchess," ucap ketiga nya serempak.
Jasmine mengangguk, menggenggam surat itu erat.
“Oliver, kau bawa semua pembunuh bayaran itu yang masih hidup itu ke pengadilan kerajaan. Pastikan mereka tetap hidup sampai pengadilan, jangan lupa di ikat agar tidak kabur dalam perjalanan. Dan beritahu petugas disana untuk ketempat ini untuk membawa pembunuh bayaran yang mati ke pengadilan. Serta serahkan menyerahkan surat ini sebagai bukti. Cecilia dan sekutunya harus bertanggung jawab atas ini.”
Oliver itu membungkuk. “Dimengerti, Yang Mulia.”
"Setelah urusanmu telah selesai, kau bisa menyusul kami ke kediaman D'Orland," perintah Jasmine.
"Baik, Duchess. Saya mengerti, siap laksanakan." jawab Oliver dengan percaya diri.
Setelah memastikan semua beres, Jasmine memerintahkan agar perjalanan dilanjutkan. Kecuali Oliver yang mengurus para pembunuh bayaran itu.