Agen Harper: Operasi Mexico
...***...
Setelah menyelesaikan misi yang melelahkan, Zoe akhirnya mendapatkan libur panjang yang dinantikan. Bersama ibunya, dia memutuskan untuk menghabiskan waktu di sebuah pantai yang indah untuk menghilangkan stres dan melepas rasa lelah.
Saat mereka berdua menikmati pemandangan laut yang biru dan hangatnya sinar matahari, tiba-tiba telepon Zoe berdering. Dia melirik layar ponsel dan langsung merasa kesal saat melihat nomor mentornya, Johan Jensen, muncul di layar.
"Apakah tidak ada masa libur yang tenang?"
Zoe bergumam dengan perasaan tidak sabar. Dia yakin Johan akan memberinya pekerjaan baru secara tiba-tiba, menghancurkan rencana liburannya yang sudah dinantikan sejak lama.
"Bu, aku pergi mengangkat telepon sebentar."
"Iya, sayang, angkatlah. Mungkin itu penting."
Zoe mengangguk dan melangkah pergi, menyembunyikan rahasia besar dari ibunya yang polos dan percaya. Dia adalah agen elit rahasia, bukan pegawai sipil seperti yang dia klaim untuk melindungi ibunya dari kekhawatiran.
Ketika panggilan masuk, Zoe mengangkatnya dengan hati berdebar. Suara Johan terdengar serius dan memerintah. "Zoe, datanglah kemari. Ada sesuatu yang sangat penting dan tidak bisa ditunda."
"Aku sedang berlibur, Johan." Zoe memohon, berusaha menghindari tugas berbahaya. "Bisa ditunda sampai besok? Aku tidak mungkin meninggalkan ibuku sendirian."
"Tidak ada waktu untuk menunda, Zoe." Johan memaksa, suaranya tidak bisa ditawar. "Ini sangat penting dan membutuhkan keahlianmu. Datanglah sekarang!"
Zoe merasa kesal dan terjebak. Namun, dia tidak bisa menolak perintah mentornya yang telah membentuknya menjadi agen elit.
"Baiklah, aku datang sekarang." Zoe jawab dengan rasa enggan, mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan berikutnya.
Setelah menutup telepon, dia kembali pada ibunya dan mengatakan dia harus pulang lebih cepat karena ada pekerjaan yang mendadak.
"Baiklah, sayang. Pergilah. Ibu akan menyusul besok."
Zoe bergegas berganti pakaian, kemudian meninggalkan pulau dengan tekad kuat. Dia terburu-buru menemui Johan, ingin mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Rasa penasaran dan kekhawatiran memburu hatinya. Apa yang akan dia temukan?
*
*
*
Sesampainya di kantor pusat, dia langsung masuk ke ruangan Johan. Di sana terdapat satu pria yang duduk di kursi yang sama. Zoe yang baru datang di sambut dengan lambaian tangan.
"Johan, apa yang terjadi?"
Dia tidak bergabung untuk duduk dan menikmati teh hangat, namun berdiri dan menunggu jawaban. Di lihat dari ekspresi Johan dan satu pria asing di sampingnya, Zoe sudah dapat menyimpulkan bahwa dia harus bekerja di hari libur.
"Zoe, aku ingin kau menemukan sebuah buku"
"Apa?" Zoe merengut bingung. Misi kali ini terdengar begitu konyol. Hanya sebuah buku? Agen elit mana yang di panggil hanya untuk mengambil sebuah buku.
Sebelum menjelaskan lebih jauh, Johan melirik ke arah pria asing di sampingnya seolah meminta pria itu untuk meneruskan. Dia mengangguk dan menatap Zoe dengan tatapan tajam dan serius.
"Zoe Harper, buku ini sangat sulit di temukan dan bisa saja berupa File. Dan yang lebih penting, buku ini di sembunyikan dari Dunia."
Zoe semakin di buat bingung. Dia tidak membuat tanggapan dan menunggu pria itu menjelaskan sampai ke akar.
"Aku ingin kau pergi ke Meksiko dan dapatkan buku itu. Buku Scriptum Mortis yang kini berada di tangan Alex Von Bergen."
Zoe membola sempurna. Sebuah amarah yang tiba-tiba meluap mencapai tenggorokan membuat tubuhnya panas. Bagaimana bisa dua pria itu mengirim dia ke Meksiko hanya untuk sekedar mencari sebuah buku misterius?
"Aku tidak mau. Apa kau tidak melihat, aku ini seorang perempuan! Kau benar-benar akan mengirimku ke negara asing dan berbahaya itu? Di sana banyak kartel."
Johan mulai memijat dahinya. Dia sudah mengira bahwa Zoe akan langsung menolak usulan itu. Namun, dia memiliki banyak cara untuk membuat Zoe menerima perintahnya.
"Zoe, buku itu sangat berbahaya. Jika Scriptum Mortis di biarkan berada di tangan Axel Von Bergen, maka itu akan sangat berbahaya bagi kita."
"Lalu kenapa harus aku? Kau bisa mengirim Jones atau Kyle."
"Zoe.." Johan beranjak dari sofa dan berjalan mendekat ke arah Zoe. Gadis malang itu mulai mengepalkan tangannya karena dia yakin, Johan akan mengeluarkan kata-kata andalannya untuk membuat dia setuju dengan apapun.
"Kau adalah Agen andalan kami. Kau sangat luar biasa dan paling bisa di andalkan. Kau cerdas, kuat dan tidak mudah di kalahkan. Aku percayakan misi ini padamu karena aku tahu kau bisa melakukannya."
Yah, hati seorang perempuan memang mudah di luluhkan. Zoe semakin mengepalkan tangannya, namun dia memikirkan hal yang sama, tentang betapa dia sangat cerdas, kuat dan tidak mudah di kalahkan. Jika Jones atau Kyle yang di kirim ke Meksiko, dia takut mereka akan mati karena di manipulasi. Mereka kuat namun tidak cukup pintar.
"Baiklah, aku akan melakukannya. Tapi, kau harus pastikan tidak terjadi apapun pada ibuku saat aku tidak ada."
Zoe menelan kekhwatirannya dan memutuskan untuk mengambil resiko. Dia akan pergi ke Meksiko, menghadapi Bahaya dan misteri untuk mendapatkan Scriptum Mortis.
"Tapi, Zoe.. Kau harus menyamar sebagai Morgan Ryder."
Zoe kembali di buat terkejut, setelah mendengar ucapan Johan. Dia memasang telinga dengan benar dan berseru, "Apa kau bilang? katakan sekali lagi." Suaranya terdengar tidak percaya, meminta Johan mengulangi kalimatnya.
"Kau harus menyamar sebagai Morgan Ryder."
Johan berakhir mengulangi kalimat yang sama. Setelah mendengar kalimat itu dua kali, Zoe semakin di buat terkejut dan tidak mengerti. Sebenarnya rencana gila apa yang ada di kepala mentornya itu.
"Bukankah itu terlalu berlebihan? Bagaimana bisa aku menyamar sebagai seorang pria?"
"Itu urusan kami. Kau hanya perlu bersiap untuk pergi ke Meksiko."
Zoe tidak membuat tanggapan. Dia hanya menghela nafas panjang, lalu menambahkan. "Baiklah, kapan aku harus pergi?"
"Besok." Jawab Johan singkat. "Aku akan menyiapkan semuanya, kau hanya perlu membawa barang bawaanmu."
Zoe kembali membisu. Dirasa semua pembicaraan sudah selesai, Zoe berbalik dan melangkah menuju pintu dengan langkah cepat. Namun, suara Johan menghentikannya.
"Tunggu, Zoe."
Dengan enggan, Zoe kembali menoleh dan mata mereka bertemu sekali lagi. Matahari dari arah jendela menyoroti wajahnya yang kesal. "Apa lagi sekarang?"
Johan mendekat, wajahnya tampak sangat serius. "Axelrod River, dia pemimpin kartel terkuat di sepanjang jalan Meksiko. Berhati-hatilah, Zoe."
Zoe mengangkat alis, rasa penasaran mengalahkan kekesalannya. "Lalu, apa hubungannya denganku? Aku hanya harus mengambil sebuah buku, kan?"
Johan mengangguk pelan, matanya menatap ke bawah. Dia memijat dahinya perlahan, seolah mencari kata-kata yang tepat. Setelah beberapa detik terdiam, dia berbicara dengan suara rendah.
"Axelrod River... Dia anak ketiga dari Axel Von Bergen."
Mendengar ungkapan tersebut, Zoe tampak sangat terkejut. Matanya melebar, mulutnya terbuka. Dia mendekat ke arah Johan dengan suara yang bergetar.
"Bos, apa maksudmu? Alih-alih menjalankan misi, sepertinya kau ingin membunuhku, kan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Lusie
menarik aku mampir thor
2025-02-05
0