Alpha CEO hebat yang tak tersentuh setelah patah hati dia tak pernah melihat wanita lagi, namun seorang gadis titipan dari adik dan wanita yang pernah dia cintai mampu mengalihkan perasaannya, lalu bisakah mereka bahagia? Akankah rumah tangganya itu berdiri dengan kuat tanpa goncangan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati yang bimbang
Al Jovano benar-benar marah dengan perasaan yang masih Alpha simpan untuk istri tercintanya, Al Jovano tak pernah mau menemui Alpha maupun menginginkan Alpha menemui Ame ataupun dirinya jika statusnya belum menikah.
Sementara Omanya terus mendesak untuk menikah dengan gadis pilihannya, hari ini adalah batas waktunya.
"Arghhhhh, Shhhh, Allll, Ckkkk nenek tua itu selalu meneror ku, mengapa cuma aku seorang yang menderita." Kesal Alpha mengebrak mejanya frustasi.
Panggilan masuk dari sang oma untuk dirinya, Alpha mengangkat dengan pelan dan ragu-ragu. "Haloo." Ucap Alpha.
"Hayyy, bocah dimana kau??? Jangan lupa datang nanti malam. Calonmu akan datang bersama keluarganya!!" Teriak oma dari seberang membuat Alpha langsung menutup telfonnya.
Alpha ingin bangkit dari duduknya hingga sekretarisnya datang membawa berkas-berkas yang harus ditandatanganinya. Alpha menatap Sekertaris barunya yang belum lama itu dengan wajah kesal, karena pakaiannya nyaris terbuka bagian atasnya hingga membuta mual perutnya.
"Hay??? Kau mau bekerja apa mau jual tubuh!!!"
"Keluar!!! Ganti bajumu jika tak ingin ku pecat!!!"
Alpha berucap sambil membaca berkas-berkas di hadapannya itu kemudian memegangi kepalanya. Sekertaris tadi mengumpat dalam hati bagaimana bisa pria dingin itu berkata begitu jelas.
"Shhhtttt bagaimana aku bisa melihat wanita lain selain kalian sementara di luar wanita begitu menjijikkan." Gumam Alpha lalu menandatangani berkas-berkas.
***
Malam hari.
Mobil Alpha berhenti di depan rumahnya dimana Shafa dan Kenzie tinggal merawat rumahnya.
Alpha masuk kedalam tanpa mengetuk pintunya, lalu berjalan mencari keberadaan Shafa dan Kenzie, rupanya mereka sedang bertadarus bersama di teras belakang.
Alpha bersandar di baik dinding teras itu menyelami suara merdu yang tengah bersenandung dengan ayat-ayat Alquran itu, merasa hatinya lebih tenang dari sebelumnya yang begitu khawatir.
Alpha sudah memutuskan tidak akan datang ke acara makan malam Oma dan calon pilihannya itu, Alpha ingin makan malam di sini bersama dua anak yatim yang sedang bertadarus itu.
Suara indah itu terdiam, memberikan tanda jika mereka sudah usai, Alpha bangkit dari posisinya lalu duduk di kursi ruang makan, membuka tudung makan yang ternyata hanya ada tempe dan tahu goreng dengan sambal dan timun di potong.
"Astagaa, kalian makan ini???" Gumam Alpha tak percaya, apakah dirinya juga akan makan makanan seperti ini batin dirinya.
Shafa duduk di hadapannya masih hanya memakai mukena putih. "Kak maaf aku pikir kakak tak kesini, stok bahan semuanya habis dan aku tak sempat belanja." Kata Shafa.
"Ckkk, kalian makan begini setiap hari??" Tanya Alpha heran.
"Ini nikmat, kami biasa makan begini, enak di makan selagi hangat, apalagi lauk rasa syukur." Jawab Shafa tersenyum.
"Kami biasa makan ini saat masih hangat ini nikmat sekali, jika kakak mau, tapi jika tak mau bisa saya pesankan makanan." Kata Kenzie juga yang baru datang.
"Tak apa kita makan, selama itu tidak beracun." Alpha pun mengambil dan memaksanya.
"Tidak buruk." Kata Alpha sambil tersenyum kecil, ah kita seperti keluarga kecil yang sederhana, namun ternyata begini juga nyaman.
"Bagaimana kuliahmu?? bagaimana kalau kau jadi sekertarisku, dan kau ambil kuliah di akhir pekan saja. " Kata Alpha berkata pada Shafa.
"Alhamdulillah baik, Apakah bisa aku bahkan belum lulus kuliah, rasanya Kak alpha terlalu baik pada kami." Jawab Shafa.
"Anggap saja aku butuh bantuanmu. Apakah kau tak ingin membantuku?" Tanya Alpha, "Aku berharap semakin kita sering bertemu perasaanku pada Zea akan semakin hilang.
"Aku benar-benar ingin melepas perasaan ini, aku rasa nyamanku bersamamu lambat laun bisa mengalihkannya. " Batin Alpha.
"Aku berharap bisa membantu kak Alpha." Jawab Shafa sambil tersenyum manis, membuat Alpha lega.
"Bagus, Esok akan ada asisten rumah tangga di sini, Kau dan Kenzie bisa fokus belajar dan bekerja yang lain." Ucap Alpha yang di angguki oleh Shafa dan Kenzie.
***
Whoah, Kamu seperti wanita." Batin Alpha saat Shafa masuk ke mobilnya untuk berangkat kerja bersama tampilan yang berbeda dari sebelumnya, karena Shafa memakai baju resmi saat bekerja menjadi sekertaris barunya.
"Ehm, pakai sabuknya." Kata Alpha mengingatkan Shafa yang sering lupa memakai sabuk pengaman.
Shafa tersenyum lalu memakai sabuk pengaman di tubuhnya. Mobil pun melaju perlahan keluar dari halaman menuju gedung perusahaan Alpha.
"Cil, kau nanti harus ikut kemana pun aku pergi, dan jangan terlalu ramah pada siapapun." Kata Alpha karena patner bisnisnya tak semuanya bersikap baik dan tulus, Aby tak ingin Shafa menjadi sasaran empuk bagi mereka.
"Dan, kurangi lebar senyummu itu!" Kata Alpha masih menasehati, bukan karena senyumnya jelek, namun justru terlalu manis dan cantik, Alpha tak ingin senyum indah itu di nikmati banyak orang.
"Kenapa Kak??" Tanya Shafa heran, mengapa senyum saja harus di ukur pikirnya.
"Senyumanmu kalau lebar begitu jelek di lihat, jangan bikin partnerku sakit mata!" Bohong Alpha tak menoleh sama sekali.
"Ckkk, gitu banget sih." Gerutu Shafa namun perasaan teman-teman selalu bilang senyumannya manis, cantik pikir Shafa.
"Coba lihat apa iya sih jelek??? " Shafa tersenyum manis dan mendekat pada Alpha agar menoleh dan melihat senyumnya.
Alpha menoleh jujur itu manis sekali, bahkan dadanya mulai berdetak lebih keras saat duduk dekat seperti ini dengan pemandangan senyum indah di sisinya.
"Ckkk, Jangan kayak gitu nanti aku diabetes." Batin Alpha lalu fokus menyetir mobilnya.
"Gimana kak??" Tanya Shafa tak mau nyerah.
"Jangan deket begitu kalau senyum, jangan buat orang tergoda dan ingin menciummu. Kau nampak jadi penggoda." Kata Alpha yang langsung membuat Shafa mundur dan memerah di tempatnya.
"Ckkk, astaghfirullah mulutnya kaya rem blong kalau bicara, masa senyum gini aja kaya penggoda sih." Gerutu Shafa lirih namun mampu di dengar oleh Alpha dengan senyum di tahan.
Ah, seandainya bisa merasakan sedikit manisnya dua bibir merah yang tersenyum manis tadi pikir Alpha tanpa menoleh hanya melirik sebentar.
"Kak gajiku besarkan nanti?? Masa sekertaris sama tukang masak gak ada bedanya?" Tanya Shafa pada Alpha, Kerja bareng kak Alpha setiap hari bakal nguras energi juga emosi soalnya batin Shafa.
"Yang pasti lebih besar dari gajimu menjadi tukang masak." Jawab Alpha menoleh.
"Kenapa??? belum apa-apa udah tanya besar gaji." Tanya Alpha di lanjut omelan.
"Biar cepet kaya lah." Jawab Shafa yang di jawab gelak tawa Alpha, jujur sekali jawaban gadis berjilbab di sisinya itu.
"Di kasih gampang gak mau sih." Sahut Alpha.
"Apa emangnya??" Shafa menoleh penasaran.
"Jadi istriku." Jawab Alpha tak bosan melamar gadis yang selalu menolaknya itu.
"Ckkk, Kak Alpha selalu buat aku takut." Sahut Shafa menghela nafas.
"Takut?? takut apa???" Tanya Alpha berhenti di lampu merah menatap Shafa yang nampak menghela nafas berat.
"Sejujurnya, Aku mulai goyah kak dengan tawaranmu, namun aku takut jatuh cinta pada Kak Alpha saat sudah menikah dan di hati Kak Alpha masih ada nama orang lain." Jujur Shafa tersenyum kecut.
Alpha terdiam tak mampu menjawab karena dia belum yakin dengan perasaannya, tapi jika boleh jujur Alpha nyaman dekat begini, selalu ada ketertarikan pada wajah gadis berjilbab di sampingnya, namun entah apa itu layak di sebut cinta sementara kiblat tentang perempuannya selalu bersumber pada Mama dan Zea.
***
Ikhlaskan dukungan kalian ya kak😁
Aq blm tav vaf nih 🤭