Ternyata Suamiku Menikah Lagi Dengan Masa Lalunya

   Di Sebuah Rumah Sakit, Laki laki tampan yang merupakan seorang Dokter Spesialis Bedah yang bernama Zavier Al Fattaah sedang kelemahan karena sudah melakukan Operasi 5 pasien. Lalu dia pun bersandar di kursi kerjanya.

   Tiba tiba Ponsel Zavier berdering.

" Hallo Assalamualaikum.." Sapa Zavier.

" Walaikumsalam, gimana kamu sehat Nak ?" Tanya Ibu Zavier yang bernama Heni.

" Alhamdulillah saya baik bu."

" Syukurlah, kapan kamu bawa calon istri ke rumah ?"

" Ya ampun Bu, Nanti lagi saja, sekarang Zavier lagi fokus sama kerjaan dulu, suatu saat nanti kalau sudah waktu nya Zavier bawa ke rumah."

" Ya kamu fokus boleh, tapi jangan lupa buat mencari calon istri, Apalagi umur kamu sudah 31 tahun."

" Iya iya Ibu siap. nanti kalau sudah ada yang cocok Zavier kenalin ke Ibu yah, semuanya butuh waktu bu, Zavier juga kan ga sembarang memilih takut kaya dulu lagi. cukup sekali saja Zavier mengalami itu, yaudah sekarang Zavier sedang istirahat dulu."

" Yasudah kamu jangan terlalu kecapean juga." Nasehat Heni.

Setelah Zavier menutup panggilan nya. Dia langsung berpikir ingin mencari calon istri, namun saat ini kesibukannya sangat padat sehingga Zavier sulit untuk menemui perempuan. Dulu Zavier mempunyai seorang kekasih, namun karena perempuan nya selingkuh akhir nya Zavir memutuskan hubungan nya dengan perempuan itu dan sampai sekarang Zavier masih sendiri.

*************

Pagi di kediaman rumah Radit, Arini sedang memasak nasi goreng di dapur untuk sarapan. Di belakang ada Mahira yang sedang menyeduh susu Hamil, dan Radit pun belum terlihat keluar dari kamar.

" Wih nyonya baru, berani banget lagi masak di dapur tanpa izin tuan rumah nya." Sindir Mahira sambil duduk dan meminum susu.

Arini yang sudah selesai memasak pun langsung menoleh.

" Emang nya kenapa, Aku juga kan istri nya Mas Radit. Jadi wajar dong kalau aku juga memakai fasilitas rumah ini."Jawab Arini tak mau kalah.

" Iya sih kamu memang istri nya, Tapi ini Rumah Saya, bukan rumah kamu jadi kamu jangan semena mena di rumah ini! Ucap Mahira dengan suara tegas.

" Heh Arini ingat ya, seharusnya kamu pergi dari rumah ini, karena saya tidak mau kamu di sini. asal kamu tau ya, ini rumah bukan beli uang nya Radit tapi uang hasil kerja keras aku."

" Mas Radit aja gak protes ko aku tinggal di sini."

" Iya memang Radit gak protes sama kamu, tapi aku yang protes nya sebagai tuan Rumah dan pemilik rumah ini, jadi kalau saya tidak suka ya langsung usir, saya aja gak pake pembantu, apalagi ini orang asing kaya kamu, ya aku males lah kamu tinggak di sini."

" Ya aku sih mau pergi dari sini setelah Mas Radit membelikan aku Rumah Baru."

" Hah, Rumah, jangan mimpi deh. kamu itu cuman istri siri nya jadi gak berhak buat nuntut ini itu."

" Ya meskipun aku cuman istri siri nya, Mas Radit juga pasti masih punya perasaan sama aku, Apalagi kita habis melakukan hubungan suami istri dengan panas, pasti dia juga semakin sayang sama aku."

Mendengar Hal itu Mahira yang sedang meminum susu pun tersedak.

Uhukkkk Uhukkkk

" Tuh kan kamu juga kaget ya." Ejek Arini.

" Heh perempuan gak tau diri, berani berani nya kamu goda Mas Radit." Teriak Mahira lalu berdiri dan langsung menjambak rambut Arini.

" Dengarkan baik baik ya Arini, kalau kamu berani macam macan di rumah ini rasakan akibat nya." sambil terus menjambak Rambut Arini semakin kencang.

" Akkhhh sakittt banget." Teriak Arini.

" Rasain kamu."

" Mahira apa apaan kamu." Teriak Radit.

" Lepasin Arini, kamu kenapa sih Mahira."Ucap Radit sambil melerai jambakan Mahira.

" Oohh kamu bela dia ya Mas."

" Bukan gitu Mahira. Tapi kamu nya yang melakukan ini sama Arini." Jelas Radit.

" Aku melakukan ini juga karena ada penyebab nya Mas, Kamu tega khianatin pernikahan kita. gimana aku gak berubah. Memang nya ada seorang wanita yang mau di madu, gaada Mas gaada."Teriak Mahira.

" Seharus nya kamu ngebelain aku bukan wanita ini, dia itu cuman mau morotin kamu doang. sesungguhnya nya istri yang tulus itu adalah istri pertama." Tunjuk Mahira dengan penuh emosi.

" Ingat Mas aku ini sedang Hamil, anak kamu. jangan jangan kamu sudah di cuci ya otak nya supaya kamu gak inget sama anak ini ya." Teriak Mahira.

" Kalau kamu ngebela terus wanita ini, sama saja kamu ngga menganggap anak dalam perut ini."

" Mahira tenang dulu. Arini engga seperti yang kamu pikir." sergah Radit

" Ngga kamu gak sayang lagi sama aku. dari pada anak ini nanti menderita lebih baik aku gugurin ajaa. percuma dia hidup tapi Ayah nya tidak sayang sama dia." Teriak Mahira lalu melemparkan piring dengan kencang dan

Pranggg...

" Mahira.." Tegur Radit.

Mahira pun langsung pergi begitu saja lalu menaiki tangga untuk mengambil tas, lalu dia kembali ke bawah untuk pergi bekerja.

" Mahira dengerin aku dulu." Cegah Radit.

" Aku gak mau denger omong kosong kamu itu, ternyata kamu memilih dia di banding aku sama anak kita. Aku cukup tau ternyata hatimu gampang berpaling." Ucap Mahira dengan senyum sinis.

" Jika kamu tidak mau menceraikan aku, lihat apa yang akan nanti aku lakukan." Senyum smirk Mahira perlihat kan. lalu pergi keluar Rumah.

" Mahiraa tunggu..." Teriak Radit.

" Mas sudah jangan di kejar, biarin aja kenapa sih." kesal Arini.

" Arini kamu jangan kaya gini dong. Mahira itu istri aku dia sedang Hamil."

" Iya aku tau Mas, biarin aja dulu."

" Kenapa sih kamu harus bilang gitu sama Mahira, ingat ya kamu itu hanya istri siri. tolong hargai Mahira sebagai tuan rumah di sini."

" Emang nya kenapa Mas, lagian istri kamu itu ngusir aku dari rumah ini. jadi nya aku bilang gitu."

" Ya jangan bilang gitu juga dong Rin, kamu harus jaga perasaan Mahira, selama ini dia juga sudah menerima pernikahan kita."

" Ya tapi aku bakal pergi kalau kamu emang beliin aku Rumah Mas."

" Gak segampang itu Arini, lebih baik kamu tinggal di kontrakan lagi deh, disini kamu jadi bikin aku sama Mahira ribut terus. Sekarang aku ingin fokus sama Mahira." Ucap Radit dengan tegas.

" Aku gak mau tinggal di kontrakan lagi itu Mas, kamu enak enak kan sama Mahira tinggal di rumah yang bagus dan nyaman, Sedangkan aku. jangan egois dong Mas." Ucap Arini tak mau kalah.

" Andai kita tidak bertemu lagi di Bandung, mungkin aku dan Mahira tidak akan seperti ini."

" Oh jadi kamu nyalahin aku gitu ?, asal kamu tau Mas ini sudah takdir nya kita begini."