Warning!!
Bacaan Area dewasa 21+ , bijaklah dalam memilih bacaan...
Kirana adalah seorang mahasiswa akhir, dia membutuhkan biaya untuk mengerjakan skripsinya. Seorang teman memberinya sebuah pekerjaan sebagai guru les privat dari anak seorang konglomerat.
Kirana pikir anak yang akan di les privat adalah anak usia sekolah dasar, tapi ternyata anak usia tiga tahun. Dan lebih kagetnya lagi, ayah dari anak yang dia les privat adalah seorang duda tampan dan seksi.
Bagaimana Kirana menghadapi anak dan ayah itu? Apakah dia akan terjerat oleh pesona sang duda?
Yuk kita pantau terus perjalanan cinta Kirana dan sang duda..😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
04. Salah Lihat
Hari ketiga ujian di terima tidaknya Kirana menjadi guru privat Missel pun akhirnya datang. Sangat cepat sekali hari berlalu, membuat Kirana gelisah. dia takut ini adalah hari terakhirnya menjadi guru privat Missel.
Pagi ini Kirana sedang menyetrika bajunya untuk pergi ke rumah Bryan. Dia harus mempersiapkan juga berkas ijasah untuk melamar pekerjaan di tempat lain.
Selesai menyetrika, Kirana pun menyiapkan berkas lamaran untuk di kirim ke sebuah perusahaan kontraktor. Dia melamar sebagai cleaning servis pun tidak apa, hanya dua bulan saja. Dan nanti dia akan keluar setelah dua bulan dan menyelesaikan skripsinya.
Setelah skripsinya di terima, dia langsung sidang. Setelah sidang Kirana akan pulang kampung, karena ayah dan ibunya menyuruhnya segera pulang.
Jam sepuluh tiga puluh Kirana sudah siap berangkat, dia hanya berpakaian kaos panjang dan juga memakai memakai rok. Dia rencanya akan langsung mencari pekerjaan setelah nanti di putuskan tidak di terima jadi guru privat Missel.
"Huh, orang kaya selalu bebas menentukan siapa yang lebih nyaman untuk anaknya. Padahal kemarin aku lihat Missel tidak banyak protes dengan apa yang aku lakukan padanya. Semoga saja Missel menerimaku kali ini." gumam Kirana.
dia naik angkot setelah menyetopnga, hanya beberapa menit saja dia sampai di rumah Bryan. Itu jika tidak terjebak macet, tapi jika macet memang cukup lama. Dan dia sudah memperkirakannya setengah jam sebelum jam sebelas datang ke rumah Bryan.
Dan benar saja, sebelum jam sebelas mobil sudah berhenti di depan perempatan jalan. Setelah 8membayar Kiarana langsung jalan kaki menuju rumah Missel. Hanya beberapa melewati rumah yang sama mewahnya di sana.
Memang rumah Bryan termasuk kawasan rumah mewah, banyak sekali rumah-rumah mewah berjejer di sana. Kirana lalu berdiri di depan rumah Bryan dan memanggil satpam.
"Pak Dodi." sapa Kirana.
"Eh, mbak Kirana udah datang. Non Missel sama tuan Bryan belum datang mbak, apa menunggu aja di pos dulu yuk sama saya?" kata satpam Dodi.
Kirana tampak berpikir, dia melihat jam yang melingkar di tangannya. Sudah jam sebelas lewat, tapi kenapa belum pulang. Apa Missel ngambek ya?
"Boleh deh pak Dodi, saya tunggu di pos aja." jawab Kirana.
Lalu Dodi membuka pintu gerbang itu dan Kirana pun masuk. Dia menuju pos satpam di depan pintu gerbang, duduk di kursi dan mengibaskan tangannya untuk menghilangkan ketingat karena kepanasan.
Setengah jam sudah Kirana menunggu, dia kembali melirik jam di tangannya. Dia gelisah, apakah ini bukan hari terakhirnya? Tapi kemarin hari terakhirnya dia menjadi guru privat Missel.
Tak berapa lama dia berpikir, suara klakson terdengar di depan pintu gerbang. Dodi pun bergegas membuka pintu gerbang dan terlihat mobil rolls royce phantom memasuki gerbang dan menuju parkiran di depan rumah.
Kirana melihat mobil mewah itu pintunya terbuka dan keluar anak kecil, siapa lagi kalau bukan Missel dengan wajag kesal dan membanting pintu mobil. Bryan juga keluar, dia menghela nafas panjang karena anaknya terlihat marah padanya.
Dia lalu mengikuti Missel yang berlari masuk ke dalam rumah, dan lagi-lagi membanting pintu tapi masih bisa di tahan oleh Bryan.
"Pak Dodi, kelihatannya Missel sedang marah." kata Kirana memperhatikan pintu rumah itu.
"Iya mbak, memang non Missel suka marah-marah. Ya, mungkin ada keinginannya yang ngga bisa di turuti oleh tuan Bryan." jawab Dodi.
"Ooh, begitu. Lalu bagaimana ini, apakah saya harus lanjut atau tidak ya. Saya takut nanti tuan Bryan tidak mau saya datang." kata Kirana.
"Di tunggu aja mbak, barangkali nanti non Missel nyari gimana?"
"Kemarin-kemarin Missel itu banyak diamnya, seringnya sih nurut apa yang saya katakan." kata Kirana lagi.
"Kalau begitu, biar saya katakan saja sama tuan Bryan kalau mbak Kirana datang. Siapa tahu bisa bantu tuan Bryan menenangkan non Missel." kata Dodi.
"Emang bisa gitu ya pak Dodi?"
"Ya, biasanya non Missel kalau ngga suka sama orang dia akan teriak dan bilang sama tuan Bryan ngga suka sama orang yang di bawa tuan Bryan atau guru privat yang dulu." kata Dodi lagi.
"Ya udah deh, coba aja pak Dodi. Siapa tahu Missel mau di bujuk."
"Oke mbak, tunggu di sini ya."
Kirana mengangguk, Dodi pun melangkah menuju rumah besar itu untuk memberitahu Bryan kalau Kirana sudah datang sejak tadi.
_
Kirana sedang menghadapi Missel yang sejak tadi ngambek pada papinya karena tidak di izinkan bermain di ruang rapat di kantornya.
"Missel kenapa ngambek aja sih? Tante jadi di di diamin terus, kayak lalat." ucap Kirana mencoba membuat Missel tersenyum.
Tapi Missel masih diam, wajahnya masih di tekuk. Kirana bingung untuk menenangkan Missel yang sejak tadi, bahkan sejak satu jam lebih masih diam karena kesal.
"Missel ..."
"Missel ngga mau di ganggu, pergi sana!" teriak Missel.
Kirana kaget, dia pun berdiri lagi. Dia menarik nafas panjang, harus sabar. Pikir Kirana.
Kirana pun duduk agak jauh, tapi masih memperhatikan Missel yang masih marah.
"Waah, buku cerita ini menarik banget ya. Mau di bacakan tapi nona cantiknya masih ngambek." jata Kirana membolak balik buku cerita di tangannya.
Dia melirik lagi ke arah Missel, masih tidak bergeming. Lalu dia melangkah untuk mendekat lagi, dia ingin mencoba menenangkan Missel dengan cara memeluknya dengan erat.
Kirana duduk di belakang Missel, dia merangkul Missel dari belakang. Tapi tanpa di duga, Missel memukulinya. Kirana mencoba untuk mendekap lebih erat, dia membiarkan dirinya di pukuli Mssel. Beberapa menit, Missel masih saja memukuli Kirana.
Tapi tiba-tiba di pintu kamar Missel berdiri Bryan, dia kaget. Tanpa melihat Kirana yang mendekapnya, dia mengira Missel di bekap oleh Kirana.
"Missel, sayang!"
Bryan berteriak dan mendekat lalu menyingkirkan tangan Kirana dengan kasar. Dia memeluk Missel dan menatap Kirana tajam.
"Cukup kamu sampai di hari ini, besok dan selanjutnya jangan lagi datang ke rumahku!" teriak Bryan pada Kirana.
Kirana terkejut, dia menatap Bryan yang melotot padanya. Ingin dia jelaskan, tapi ...
"Pergi kamu dari rumahku!"
Kiraja bangkit, dia pun keluar dari kamar Missel dengan sedih. Dia ingin menjelaskan pada papinya Missel kalau yang dia lihat itu salah.
_
_
_
*************