Raisa memiliki prinsip untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Awalnya Edgar, suaminya menerima prinsip Raisa itu. Tapi setelah 6 tahun pernikahan, Edgar mendapatkan tekanan dari keluarganya mengenai keturunan. Edgar pun goyah dan hubungan mereka berakhir dengan perceraian.
Tanpa disadari Raisa, ternyata dia mengandung setelah diceraikan. Segalanya tak lagi sama dengan prinsipnya. Dia menjadi single mother dari dua gadis kembarnya. Dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama karena merasa keluarga itu telah membenci dirinya.
Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan lagi tanpa sengaja. Di saat itu, Edgar sadar kalau dirinya telah menjadi seorang ayah ketika ia sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya yang baru.
Akankah kehadiran dua gadis kecil itu mampu mempersatukan mereka kembali?
Follow Ig : @yoyotaa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Ruang keluarga kini berubah suasana jadi tegang ketika Mama Ola mulai menanyakan perihal pembicaraan antara Edgar dengan papanya Tamara.
"Aku bilang, aku akan menikahi Tamara. Jadi, aku harap kalian semua bisa membantu aku untuk melamar Tamara."
Mama Ola yang mendengar berita bahagia yang selama ini ia idam-idamkan langsung berteriak kegirangan. Berbeda dengan Oma Deli, yang hanya tersenyum tipis seperti mengetahui sesuatu sementara Papa Daniel hanya bisa mendukung apapun keputusan putranya karena bagaimana pun juga yang menjalaninya nanti adalah Edgar sendiri.
"Jadi kapan kamu mau melamar Tamara, Gar? Lusa? Minggu depan atau kapan?" tanya Mama Ola yang begitu antusias.
"Aku sih berencana dalam waktu dekat ini Ma. Sebulan lagi mungkin," jawab Edgar.
"Oke, baiklah, Mama akan persiapkan semuanya dengan baik. Pokoknya kamu serahkan saja semuanya ke Mama."
"Iya Ma."
Selesai membicarakan hal penting itu ke keluarganya, seharunya Edgar senang kan? Tapi kenapa seperti masih ada yang kosong? Harusnya sudah terisi kan?
*
*
Di kantor, Edgar di datangi sahabat-sahabatnya, karena mendengar tentang rencana pertunangan Edgar dan Tamara lewat pesan dari Edgar. Mereka sungguh tak percaya akan secepat itu, padahal sebelum-sebelumnya Edgar masih terlihat ragu.
"Gar, beneran kamu sudah ambil keputusan? Beneran udah yakin? Pernikahan itu bukan untuk main-main loh! Kamu sudah pernah mengalami kegagalan sekali. Jadi, aku harap yang sekarang tidak gagal lagi Gar, supaya kami pun jadi tidak takut untuk melangkah ke jenjang pernikahan," ucap Levi sambil menyerahkan Edgar.
"Iya beneran, masa iya aku bohong sih sama kalian."
"Itu artinya, aku akan mulai mengejar Raisa. Aku akan mencarinya walaupun terjebak di lubang semut."
Ketika mendengar nama Raisa disebut, masih ada getaran-getaran di hatinya dan ketika itu, Levi melihatnya.
Aku tidak yakin, kamu akan menikah dengan Tamara, Gar. Aku harap nantinya kamu tidak akan menyesalinya.
"Sudah ah, kalian pergi saja. Aku banyak pekerjaan tahu," usir Edgar.
"Dih, dasar! Kita berdua udah bela-belain nunda pekerjaan cuma mau memastikan pesan yang kamu kirim itu bukan hoax. Eh, malah dapat sambutan yang tidak mengenakan. Menyebalkan sekali!" kesal Bimo.
Tapi ya mau bagaimana lagi, pada akhirnya keduanya pun pergi dari kantor Edgar ke kantor mereka masing-masing.
Tanpa terasa, waktu berjalan begitu cepatnya. Sebulan pun sudah berlalu. Waktu pertunangan antara Edgar dan Tamara pun tiba. Keduanya tampak serasi mengenakan gaun dan kemeja dengan warna yang senada. Saling memasangkan cincin bergantian lalu diakhiri dengan suara riuh tepukan tangan sebagai tanda keduanya telah resmi bertunangan.
Tamara terus memandangi cincin yang sudah tersemat di jari manis tangan kirinya. Senyumnya terus terpancar. Kebahagiannya seolah tak akan pernah memudar. Apalagi dipeluk dengan hangat oleh calon mertuanya.
"Selamat ya sayang, sebentar lagi kalian akan segera menikah. Untuk tanggal pernikahannya, akan dibicarakan lagi nanti. Kami masih mencari tanggal baiknya."
"Terima kasih ya Tante."
"Sama-sama sayang."
Mama Ola pun pergi menjauh dari Tamara dan mendekat ke orang tua Tamara. Tamara didekati oleh kedua sahabat Edgar.
"Congrats ya, Tam. Semoga lancar sampai hari H."
"Thanks you Bim."
"Selamat ya Tam."
"Thank you Lev. Semoga kalian berdua juga cepat menyusul."
"Doakan saja, semoga kami juga segera melepas status lajang ini. Doakan juga semoga aku berhasil mengejar wanita yang aku incar," ujar Bimo.
"Iya, semoga ya Bim."
Keduanya pun menjauh lagi, kini giliran Edgar yang mendekat setelah tadi berbincang dengan beberapa kenalannya.
"Are you happy?" tanya Edgar.
"I'm very happy honey. Thank you so much," ungkap Tamara sambil mengecup pipi Edgar, kemudian dia mengaitkan tangannya di tangan Edgar dan bersandar di lengan Edgar. Semuanya masih terasa mimpi baginya.
"Ini bukan mimpi Tam. Ini nyata," ucap Edgar agar Tamara tersadar.
"Pokoknya setelah ini, kita harus merencanakan pernikahan seindah mungkin. Aku ingin mewujudkan impian pernikahanku di waktu kecil."
"As you wish, Tam."
Tamara pun memeluk Edgar dengan erat. Ia tak ingin melepasnya, ia ingin terus begitu.
*
*
Keesokan harinya, berita tentang pertunangan Edgar dan Tamara jadi trending topik di media sosial. Apalagi acaranya berada di hotel bintang lima. Hal tersebut pun tak luput dari pencarian Rani yang memang sangat mengidolakan Tamara.
"Aaaa, akhirnya mereka akan menikah juga. Senang sekali rasanya aku mendengar beritanya. Dasar paparazi, mereka pintar sekali curi-curi informasi sedetail ini. Padahal sepertinya, acaranya sangat tertutup dengan hanya mengundang kenalan terdekat. Tapi aku benar-benar bersyukur, dan berterimakasih pada paparazi itu juga karena dia telah menyebarkan berita baik ini ke media."
"Kamu kenapa sih, Ran?" Raisa yang baru datang ke restoran malah dibuat keheranan dengan Rani yang bicara sendirian dan ngomel-ngomel tapi anehnya malah terlihat bahagia.
"Ini Mba, aktris yang bernama Tamara Angela itu udah resmi tunangan dengan Edgar Gautama. Ah, pokonya aku senang sekali mendengar berita bahagia ini. Mereka berdua sama-sama beruntung memiliki satu sama lain."
Untuk sesaat, Raisa terdiam. Dia harusnya bahagia kan kalau Edgar telah menemukan pengganti dirinya?
"Mba, mba kenapa? Kok diam?" tanya Rani.
"Nggak papa kok, aku turut senang mendengar idola kamu akan segera menikah."
"Ah, iya Mba. Aku juga senang sekali."
Rasa senang Rani sudah seperti dirinya yang akan menikah saja. Bahkan ketika mau berganti seragam saja, Rani bersenandung saking senangnya.
Raisa merasa bersyukur karena selama 5 tahun ia bekerja di restoran ini, tak ada satu pun orang yang tahu siapa mantan suaminya dan nama mantan suaminya sekalipun. Karena kalau mereka sampai tahu siapa mantan istri dari Edgar, mungkin dirinya akan jadi objek hinaan lagi karena dibanding-bandingkan dengan calon istri Edgar yang sekarang yang jauh segala-galanya dari dia.
Raisa pun segera mengganti pakaiannya dengan seragam dan mulai bekerja. Setelah berada kurang lebih 3 jam di dapur, Raisa pun keluar untuk menghirup udara segar.
Tiba-tiba, namanya dipanggil oleh seseorang, ketika ia menoleh, betapa terkejutnya ia ketika melihat Pak Baskoro dengan dengan seorang pria yang tampan dan terlihat muda.
"Raisa cepat kemari!" panggil Pak Baskoro.
Mau tak mau Raisa pun berjalan menghampiri Pak Baskoro. Pak Baskoro langsung mengenalkan pria tampan yang datang bersamanya. Bian Anugerah, namanya, dialah putra dari Pak Baskoro yang waktu itu dipromosikan oleh beliau.
"Ah, jadi kamu yang terus diceritakan oleh papa. Salam kenal ya. Rupanya aslinya jauh lebih cantik."
"Ahaha, nggak kok. Pak Baskoro dan kamu terlalu berlebihan. Apa kalian mau makan siang?"
"Iya, kami mau makan siang. Kalau ada waktu, bisakah kamu menemani kami?" tawar Bian.
"Kalau itu, saya tidak bisa sepertinya, karena saya harus segera kembali bekerja. Permisi."
Raisa pamit dengan sopan pada keduanya.
"Gimana? Pilihan Papa tidak salah, kan?"
"Kenapa Papa nggak bilang dari dulu sih! Ini mah tipe aku banget, Pa. Auranya, sorotan matanya, semuanya penuh dengan ketenangan. Dia tidak seperti orang yang sudah jadi ibu. Masih terlihat awet muda."
"Iya, emang begitu mukanya. Apalagi kalau kamu sudah melihat anak-anaknya, pasti kamu langsung suka. Anaknya kembar dan cantik-cantik semua, mereka juga pintar."
"Haruskah aku coba mendekatinya, Pa?"
*
*
TBC