Memiliki julukan sebagai anak pembawa sial, tak membuat gadis bernama Chessy larut dalam kesedihannya. Ya, anak pembawa sial adalah julukannya sejak dia di lahirkan, karena kelahirannya yang berbarengan dengan kematian kedua orang tuanya.
Kehidupan yang begitu menderita membuatnya tak lantas putus asa, dia selalu meyakinin bahwa akan ada pelangi setelah hujan, akan ada kebahagiaan setelah penderitaan, dan inilah yang selalu di rindukan Cheesy, Merindukan Pelangi saat hujan.
Dapatkah Cheesy menemukan kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Banilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11 tahun kemudian
"Kakek, kenapa kakek pergi ninggalin Cheesy, Cheesy tidak punya siapa siapa lagi selain kakek hiksss hiksss" Tangis Cheesy pecah di makam kakeknya.
Gundukan tanah yang baru saja di tempati oleh Pak Heru dengan begitu banyak taburan bunga disana, Cheesy menangis pilu sembari memeluk Makam sang kakek.
"Kek, siapa yang akan melindungi Cheesy sekarang, siapa yang akan memeluk Cheesy, siapa yang akan menyuapi Cheesy makan, siapa yang akan menyayangi Cheesy lagi, kenapa kakek pergi menyusul Ayah dan Ibu, kenapa Kakek ngga disini aja temeni Cheesy Kek. Hiksss Hiksss." Sambung Cheesy yang terus menangis.
"Cheesy mau ikut kakek, Cheesy ngga mau sendirian di dunia ini, kenapa kakek ngga bawa Cheesy saja. Hiksss hiksss" Sambungnya lagi.
Semua yang menyaksikan itu ikut menangis, begitu pun Langit dan Ranti yang juga ikut menangis melihat anak sahabatnya tengah meratapi kepergian kakeknya.
Bu Sri dan Pak Bandi pun ikut dalam pemakanan Besannya. Pak Bandi berusaha mendekati Cheesy, namun Bu Sri terus menahannya.
"Bu, kasihan cucu kita." Ucap Pak Bandi.
"Bapak ngga usah macem macem deh." Bentak Bu Sri namun tak dihiraukan oleh Pak Bandi.
"Bapak ngga macem macem Buk, Bapak hanya ingin menenangkan cucu kita yang sedang menangis Buk." Ucap Pak Bandi.
"Apa hati Ibu sama sekali tidak tersentuh melihat cucu kita menangis, kasihan Cheesy Buk, dia tidak punya siapa siapa lagi selain kita." Sambung Pak Bandi menepis tangan Bu Sri yang terus menahannya lalu menghampiri Cheesy.
"Cheesy sayang, Cheesy jangan begitu ya, Cheesy masih punya kakek dan nenek, Cheesy ikut kakek ya." Ucap Pak Bandi sembari mengusap kepala Cheesy.
"Pak, Ibu ngga mau Cheesy ikut kita, dia itu anak pembawa sial Pak, Bapak mau nasib Bapak sama seperti Heru." Bentak Bu Sri yang masih menganggap Cheesy pembawa sial.
"Astaghfirullah, Buk, semua yang terjadi bukan salah Cheesy, dia juga tidak menginginkan semua ini terjadi Bu, kasihan Cheesy, kalau bukan sama kita siapa yang akan mengurusnya, ingat Buk Cheesy ini cucu kita, anak dari Dita putri kita satu satunya." Ucap Pak Bandi.
"Om, Tante, biar Cheesy ikut bersama saya saja, saya akan mengurus anak Gilang Om." Ucap Langit yang merasa ngga tega dengan Cheesy yang terus di tolak kehadirannya oleh neneknya.
"Tidak Nak, Cheesy cucu kakek, kakek yang akan mengurusnya, kakek yang akan melindunginya." Ucap Pak Bandi yang kekeh ingin mengasuh Cheesy.
"Pak jangan bodoh deh." Hardik Bu Sri.
"Bapak ngga bodoh Buk, Bapak ingin membesarkan Cheesy dengan tangan Bapak sendiri, kalau pun Cheesy benar pembawa sial, Bapak rela Buk, toh semua yang hidup pasti akan mati Buk." Ucap Pak Bandi kekeh ingin mengasuh Cheesy.
"Bapak..."
"Apa sih Bu, pokoknya Bapak akan tetap bawa Cheesy pulang ke rumah." Kekeh Pak Bandi segera menggendong Cheesy dan membawanya ke dalam mobil.
"Huffftttt, dasar keras kepala." Bu Sri menghela napasnya lalu segera ikut masuk ke dalam mobil.
Langit dan Ranti saling pandang, lalu menatap kepergian mobil yang membawa anak dari sahabatnya.
"Semoga mereka bisa menyayangi Cheesy dengan tulus ya Mas, kasihan kalau Cheesy di perlakukan tidak baik oleh mereka." Ucap Ranti.
"Iya sayang, kita hanya bisa berdoa semoga Allah melembutkan hati Tante Sri agar mau menerima Cheesy sebagai cucunya." Ucap Langit lalu keduanya pun pergi dari pemakaman.
Mobil yang di kendarai oleh Pak Bandi berhenti tepat di depan rumahnya, terlihat Cheesy terlelap di jok belakang, Bu Sri menatap penuh kebencian pada Cheesy. Sementara Pak Bandi segera turun dan menggendong Cheesy dan membawanya untuk tidur di kamar bekas Dita dulu.
Cup..
Pak Bandi mengecup kening sang cucu sembari berkata, "Tidur yang nyenyak Nak, mungkin hidupmu tidak akan mudah disini, tapi kamu harus ingat, ada Kakek yang akan selalu melindungi kamu." Ucapnya lalu menyelimuti Cheesy.
***
11 tahun kemudian...
"Cheesy sayang, Bangun Yuk, udah Adzan sayang, kita Shalat dulu." Ucap Pak Bandi membangunkan cucunya.
"Emmmmm, Iya kek." Sahut Cheesy lalu membuka selimut yang menutupi tubuhnya.
Gadis kecil yang mungil kini sudah tumbuh menjadi gadis remaja yang cantik, Rambut hitam nan panjang, hidung mancung dan memiliki bulu mata lentik.
Turun dari ranjang Cheesy gegas pergi ke kamar mandi dan bersiap untuk Sholat.
Setelah berwudhu, Cheesy gegas pergi ke tempat shalat yang tersedia di rumah itu, terlihat disana sudah ada kakek dan neneknya yang sedang bersiap untuk Sholat.
Cheesy menggelar sajadah di samping neneknya lalu memakai mukena yang sudah Ia ambil di lemari kecil tempat menyimpan perlengkapan Shalat.
Setelah di rasa semua sudah siap untuk shalat, Cheesy segera membaca iqamah sebagai tanda Shalat akan segera di mulai.
Ketiga nya pun melaksanakan Shalat dengan khusyuk. Lantunan ayat suci Al Qur'an menggema di ruangan itu
"Nak, sebentar lagi kan kamu lulus sekolah, apa kamu mau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?" Tanya Pak Bandi setelah selesai shalat menatap ke arah Cheesy.
"Hmmmm Cheesy i..."
"Ngga usah aneh aneh, mau dapet uang dari mana buat biaya kuliah." Ketus Bu Sri menatap tak suka pada Cheesy.
"Ya kalau Cheesy mau kuliah ngga apa apa Buk, toh tiap bulan Cheesy dapat uang gaji terusan Ayahnya kan." Jawab Pak Bandi.
"Pak, uang itu buat biaya makan Cheesy sehari hari, jaman sekarang apa apa serba mahal Pak, kalau uang itu buat kuliah, terus Cheesy makan apa Pak." Ucap Bu Sri kekeh tak memberikan izin untuk Cheesy kuliah.
"Kamu ini Buk, Bapak kan masih kerja, Cheesy ya makan dari uang Bapak lah, biar gaji terusan Ayahnya untuk biaya kuliah saja." Jawab Pak Bandi.
"Ngga ngga ngga, pokoknya ngga ada kuliah kuliahan, SMA sudah cukup kok, dia bisa langsung kerja." Kekeh Bu Sri.
"Buk..."
"Udah kek, Cheesy ngga apa apa kok, Cheesy juga ngga ada niat buat melanjutkan pendidikan." Sela Cheesy yang tidak ingin melihat nenek dan kakeknya bertengkar.
"Tapi Nak, pendidikan itu penting, kamu juga pasti punya cita cita kan?" Ucap Pak Bandi.
"Iya Kek, tapi Cheesy bisa kuliah nanti kalau sudah kerja saja, biar Cheesy bisa membiayai kuliah Cheesy sendiri." Ucap Cheesy.
"Udah sana kamu masak buat sarapan kita, jangan maunya tinggal makan aja." Ucap Bi Sri ketus.
"Iya Nek." Sahut Cheesy segera melepaskan mukenanya.
"Kek Cheesy masak dulu ya." Pamit Cheesy sembari melipat sajadah dan mukena lalu menyimpannya ke tempat semula.
Setelah itu Cheesy gegas pergi ke dapur untuk memasak.
"Buk, jangan seperti itu sama Cheesy, kasihan dia Buk." Tegur Pak Bandi setelah Cheesy pergi.
"Timbang masak doang, apa yang di kasihani. Udah lah Ibu banyak pekerjaan, ngomong sama Bapak yang ada bikin tensi ibu naik." Ucap Bu Sri lalu segera bangkit dan pergi.
"Buk Buk, kenapa sikap kamu ngga pernah berubah pada Cheesy, padahal dulu sama Dita kamu begitu lembut, bahkan selalu mendukung Dita apapun yang Dita inginkan, sekarang cucu kita mau kuliah malah ngga boleh." Gerutu Pak Bandi menatap kepergian istrinya lalu segera bersiap untuk pergi bekerja.