Menjadi cantik dan cerdas tidak membuat nasib baik berpihak pada wanita bernama Teresa. Dia adalah seorang wanita yang sudah menikah, tapi nasib buruk terus menimpanya. Selama ini ia menikah atas dasar cinta, membuatnya menormalisasi perbuatan buruk suaminya. Ia menjadi mesin penghasil uang untuk suami dan ibu mertuanya selama ini, sampai pada akhirnya suatu kejadian menyakitkan membuatnya tersadar, bahwa ia harus meninggalkan kehidupan menyedihkan ini. Teresa berubah menjadi wanita yang memprioritaskan uang dan kekayaaan. Ia sudah tidak percaya cinta, ia hanya percaya kepada uang dan kekuasaan. Menurutnya, menjadi kaya adalah tujuan utamanya sekarang. Agar dia tidak lagi ditindas. Sampai ia menemukan seorang pria yang menjadi sasaran empuk untuknya, pria dengan status sosial yang tinggi, pria dari kalangan atas yang akan membantunya untuk meningkatkan status sosialnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ashelyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 (Kebahagiaan & Kesedihan)
Lengan Teresa menyentuh pelan lengan Wiliam. Bak seperti adegan di sebuah drama, suatu adegan yang di perlambat. Mata mereka bertemu, bibir Teresa membentuk sebuah senyum tipis. Ia meminta maaf karena secara sengaja menyentuh lengan pria bernama Wiliam itu.
Dengan topeng rubahnya itu Teresa hanya bisa berdiri di dekat Albert. Jika saja Albert tidak berada di dekat Wiliam, maka Teresa juga sudah meninggalkan pesta ini sejak tadi. Ia mengambil kesempatan ini untuk lebih dekat dengan pria bernama Wiliam itu.
Teresa tau bahwa posisi Wiliam sekarang sedang berada di belakangnya dan menghadap kearahnya. Itu adalah posisi yang tepat dan paling bagus.
Tere mengikat rambut panjang bergelombangnya dengan sebuah karet kecil, ia menguncir rambutnya dengan gerakan lambat dan sensual, sehingga memperlihatkan punggung indahnya.
Jika seseorang bertanya, bagaimana ia bisa belajar menjadi seseorang yang licik seperti ini? Maka Teresa akan menjawab, ia yang sekarang adalah akibat dari rasa sakitnya dimasa lalu. Rasa sakit yang tiada habisnya itu telah melahirkan Teresa yang sekarang.
“Nona rubah”
Sebuah suara menyadarkan Teresa, secara bersamaan sebuah jas hitam berhasil menutupi punggungnya yang terbuka. Tere segera menoleh kepada orang yang sudah memberikan jasnya untuknya.
Dan matanya membulat saat ia melihat Wiliam di depannya. Sedang menatap datar kearahnya, dan jas hitam itu adalah miliknya. Bisa terlihat dari penampilannya sekarang yang hanya menggunakan kemeja.
“Dia memberikan jas nya untukku?” Batin Teresa membeku.
“Pakaianmu akan mengundang banyak niat jahat, sebaiknya kau tetap pakai jas ini sampai pesta ini selesai” ucapnya yang masih dengan wajah datarnya.
“Nona rubah? Kau mendengarku?” Ucapnya saat melihat Teresa yang masih saja terdiam menatapnya.
“Ah! Terimakasih banyak!” Ucap Teresa sembari membungkukkan badanya memberikan rasa terimakasihnya.
Wiliam langsung pergi begitu saja, kembali bergabung dengan para petinggi perusahaan yang sedang minum bersama. Teresa masih melihat kearah pria itu, ia menyadari sesuatu. Ia menyadari bahwa Wiliam tidak mudah untuk di dekati.
“Pria dari kalangan atas memang berbeda, dia tidak bisa didekati dengan mudah” batin Teresa.
Teresa segera melangkahkan kakinya keluar dari tempat pesta ini. Ia merasa bahwa malam ini sudah cukup, ia sudah memiliki sesuatu untuk rencana selanjutnya.
Teresa menuju ke toilet dan mengganti pakaiannya. Ia tidak mungkin pulang dengan penampilan seperti ini. Karena mungkin, Kristan akan mencurigainya.
Teresa melihat kembali jas hitam milik Wiliam itu, ia menatapnya sejenak dan mengelusnya. Ia memutuskan untuk melipat jas itu dan memasukkanya kedalam paperbag. Tidak lupa teresa menghapus makeupnya. Ia tidak akan membiarkan Kristan tau rencananya, pria itu mungkin saja akan menghancurkan semuanya.
Teresa menaiki sebuah taksi yang berhenti tepat di depannya. Ia segera masuk kedalam dengan paperbag ditangannya. Lalu ia membuka ponselnya dan mencari tau sesuatu yang membuatnya penasaran.
Yaitu, silsilah keluarga Nio. Disana teresa bisa melihatnya dari data perusahaan tempatnya bekerja, disana ia bisa melihat bahwa sang pemilik Nio group adalah Antonio. Dan dia memiliki istri bernama Sean. Dan mereka mempunyai dua orang putra, yang pertama adalah Julian Antonio, dan yang kedua adalah Wiliam Antonio.
“Sean adalah ibunya Wiliam. Lalu, siapa wanita yang dia panggil ibu saat di rumah sakit jiwa?” Batin Tere dan merasa kebingungan dengan ini.
Teresa melihat sekali lagi foto ibunda dari Wiliam di ponselnya. Ia memperhatikannya dengan sedikit lebih jelas lagi, ia melihat seberapa mirip Sean dengan wanita bernama ibu Mona itu.
“Mereka sama sekali tidak mirip” batin Tere.
Ia memijit dahinya pelan. Ia merasa sakit kepala dengan memikirkan silsilah keluarga konglomerat itu. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga kaya itu.
Tak terasa taksi yang ia tumpangi sudah sampai di depan gang kontrakannya. Teresa segera membayar dan keluar dari taksi itu. Ia berjalan dengan menenteng paperbag ditangannya.
Ia menaiki anak tangga satu persatu untuk menuju ke kontrakannya. Sebelumnya ia melihat jam yang berada ditangannya, dan jam itu sudah menunjukan pukul 10 malam.
Tere memasukan kata sandi untuk membuka pintunya, ia melepas heelsnya dan meletakannya ke rak sepatu yang berada di sudut ruangan. Matanya melihat kearah sofa yang berada di depan televisi. Ia melihat Kristan dengan kaos yang ia pakai sejak dua hari yang lalu. Dan makanan jatuh berserakan di meja dan di lantai.
Televisi yang menyala dan orang yang sedang menontonnya malah tertidur dengan pulasnya. Tere marah hanya dengan melihatnya saja, semua yang ia lihat di depan matanya sungguh sangat melelahkan.
Kehidupan gemerlap yang baru saja ia rasakan belum lama ini. Dan kehidupan suram yang ia rasakan setelahnya, adalah sebuah kehidupan yang sangat berbanding terbalik.
Teresa masuk kedalam kamarnya, ia memasukan jas hitam milik Wiliam kedalam brankasnya. Ia tidak bisa sembarangan meletakan barang berharga itu di kamarnya. Karena suaminya itu, pasti akan mengacaukan segalanya.
Teresa melihat sebuah kalender yang berada diatas meja riasnya. Ia melingkari tanggal perceraiannya dengan pria brengsek itu. Dan ia menghela nafasnya lelah saat menyadari bahwa ia masih harus bertahan sedikit lebih lama.
Suara gedoran pintu yang keras membuat Teresa terkejut bukan main. Ia penasaran siapa yang membuat kebisingan malam-malam begini. Kristan yang mendengar itupun sontak bangun dari tidurnya.
Teresa sedikit berlari membukakan pintu itu. Dan ia semakin terkejut saat melihat ibu mertuanya sudah berdiri tepat di depannya. Dengan raut wajah jengkel dan marah.
“Ibu?” Ucap Teresa.
Tapi ibu mertuanya itu tidak memperdulikannya. Ia langsung memaksa masuk dan bahkan menabrak Teresa sampai ia jatuh ke lantai. Teresa segera bangun dan mengikuti ibu mertuanya itu.
“Astaga Teresa! Bagaimana kau mengurus suamimu ini hah? Kau tidak becus menjadi seorang istri!” Teriaknya dengan sangat keras.
Teresa hanya diam saat ia mendapatkan perkataan seperti itu, ia membiarkan ibu mertuanya marah sembari menunjuknya dengan jari tangannya.
“Pakaian kotor! Wajah berantakan! Dan rumah yang tidak terurus seperti ini! Apa fungsi mu sebagai seorang istri Teresa?” Ucapnya lagi.
Sementara Kristan hanya diam dan tidak membela Teresa sedikitpun. Pria itu hanya menggaruk kepalanya yang gatal, karena ia sudah tidak mandi sejak dua hari yang lalu.
Kristan yang terlihat tidak terurus itu tentu saja akibat dari perbuatannya sendiri. Rumah yang berantakan juga karena perbuatannya sendiri. Pengangguran sepertinya tentu saja lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dibandingkan dengan Teresa yang bekerja setiap harinya.
“Tidak ada fungsi mu sebagai seorang istri! Astaga! Anakku sungguh tidak beruntung menikah dengan wanita sepertimu Tere!” Ucapnya lagi.
Sementara Tere hanya tersenyum tipis mendengarkan ucapan ibu mertuanya yang selalu menyalahkannya dalam hal apapun. Ia sudah terbiasa di perlakukan seperti ini.
“Apa ibu membawa makanan?” Ucap Kristan.
“Tentu! Ibu membawa banyak makanan untuk anak ibu yang tampan ini” ucapnya, membuat Teresa bergidik ngeri.
“Tere! Jangan diam saja! Cepat bersihkan rumah ini!” Ucapnya.
Teresa hanya mengangguk dan mulai mengambil sapu dan kantong plastik untuk membereskan bekas makanan dan plastik yang berserakan disini. Ia tidak akan membalas ucapan itu sekarang, ia lelah dan tidak ingin keributan terjadi.
“Apa ibu tau? Aku akan bercerai dengannya” ucap Kristan sembari mengunyah makanan di mulutnya.
“Kenapa! Bagaimana dengan cicilan motor ibu dan juga hutangmu itu!” Ucap ibu Kristan panik.
“Tenang ibu, Kristan sudah mendapatkan wanita yang lebih kaya. Dia adalah anak dari pemilik kontrakkan ini” ucap Kristan dengan bangganya.
“Benarkah? Syukurlah! Kau memang tidak pantas bersanding dengan wanita itu, kau terlalu baik untuknya” ucap ibu Kristan sembari mengusap rambut anaknya.
Teresa yang mendengar itu semua hanya bisa menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar muak hanya dengan mendengarnya saja, bagaimana bisa ada orang seperti itu di dunia ini.
“Ibu anak sama saja!” Ucap Teresa lirih.
“Apa katamu Tere? Kau bergumam apa tadi?” Ucap ibu mertuanya. Ia sudah berkacak pinggang di belakang Teresa.
Lalu detik selanjutnya, ibu mertuanya itu menjambak rambutnya dengan sangat kuat. Sampai membuat Teresa meringis kesakitan, ia mencoba melepaskan jambakan rambut itu dengan sekuat tenaga.
“Menantu tidak tau diri! Kau seharusnya beruntung pernah menikah dengan anakku yang tampan itu! Dasar tidak tau di untung!” Ucapnya.
lanjutttttt
lanjutttttttt