Dania dan Alvin menjalani pernikahan palsu, kebahagiaan mereka hanya untuk status di media sosial saja, pelarian adalah cara yang mereka pilih untuk bertahan, di saat keduanya tumbuh cinta dan ingin memperbaiki hubungan, Laksa menginginkan lebih dari sekedar pelarian Dania, dan mulai menguak satu demi satu rahasia kelam dan menyakitkan bagi keduanya,
Apakah Dania dan Alvin masih bisa mempertahankan rumah tangganya? Atau memilih untuk menjalin dunia baru?
Ikuti kisah cinta Dania dan Alvin yang seru dan menengangkan dalam cerita ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noesantara Rizky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 1 Kepalsuan
Gemerlap Kota Jakarta memang tak pernah salah, keindahannya menjadi daya tarik semua orang untuk menetap dan menikmatinya. Bagaikan panggung sandiwara yang selalu memainkan peran tak nyata, seperti Dania dan Alvin.
Dalam kacamata netizen, keduanya adalah pasangan serasi, penuh dengan kebahagiaan, dan menjadi role model ideal bagi siapa saja yang mengikutinya. Namun, apa yang ada di media sosial tak seperti kenyataannya.
Dania dan Alvin lebih sering menggunakan perantara handphone daripada harus mengatakannya langsung. Keduanya seakan tak memiliki waktu bersama kecuali untuk syuting konten.
“Malam ini, masak nasi rendang kesukaan Mas Alvin aja deh,” kata Dania sepulang dari kantornya.
Perempuan itu mulai memotong ayam, menyiapkan semua bumbu, dan memasak nasi, hanya saja keinginan makan malam spesial pupus karena Alvin mengirim pesan, “Aku pulang larut malam ini!"
Pesan itu sering muncul di handphonenya, bahkan hampir setiap malam dengan berbagai kata berbeda. Perempuan itu terkadang kesal membacanya, tetapi pekerjaan suami sebagai pengacara ternama membuatnya memaklum pesan tersebut.
Setelah pesan itu terbaca, Dania tetap melanjutkan masakannya dan menikmatinya sendiri. Untuk menemani kesepiannya dia sering melihat drakor atau membaca komentar netizen.
Terkadang perempuan itu sering tertawa sendiri terutama saat membaca komen seperti ini, “Tolong sisakan satu cowok seperti Kak Alvin ya, Tuhan!”
Ada lagi seperti ini, “Aku siap menunggu jandamu,” beberapa dibalasnya, tetapi selebihnya dibiarkan begitu saja, karena menurutnya tidak terlalu penting. Jika sudah bosan, perempuan itu sering membaca untuk menambah pengetahuannya.
Buku yang sedang dibacanya saat ini tentang peran seorang istri ketika suaminya berselingkuh karena tidak mencintainya, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara membuatnya jatuh cinta.
Tidak jarang juga Dania melihat aktivitas media sosial suaminya. Alvin memang lebih sering aktif di medsosnya, seperti membuat sebuah story, atau membagikan beberapa postingan dari hasil persidangan. Dia memang belajar banyak dari postingan tersebut karena sedikit banyak membantunya memberikan saran kepada seluruh kliennya.
Di sisi lain, Alvin selalu senang dengan dunia malamnya. Dia tak pernah mau absen untuk pergi ke cafe, minum secangkir cappucino dan menikmati nasi goreng atau nasi rendang kesukaannya.
Lelaki itu selalu berbincang dengan temannya, entah berdua saja atau bersama-sama. Pernah salah satu kawannya bertanya, “Kenapa lo lebih sering nongkrong di sini daripada di rumah?”
Alvin selalu menjawab, “Tempat ini lebih menyenangkan daripada harus menjadi orang lain di rumah,”
“Orang lain? Katanya nikah itu enak banget?” Canda teman lainnya,
“Enak disinilah, rumput tetangga kan lebih hijau dan lebih menggigit,” celetuk lainnya.
Alvin terdiam dan tersenyum tanpa membalasnya, dia paham bila teman-temannya mengetahui di balik ramainya Jakarta di malam hari pasti ada sesuatu yang sulit untuk menolaknya. Dunia lelaki memang lebih suka dengan hal-hal yang menantang seperti itu.
Mentari kembali menyapa kota ini dengan penuh harapan, semua insan selalu menginginkan ada perubahan, namun tidak bagi Alvin yang lebih senang kehidupannya seperti ini, bahkan semakin kesini semakin berani.
Lelaki itu tidak pulang dan pesan singkatnya, “Aku lembur, tidak pulang!" Sudah dibaca oleh Dania. Ada perasaan curiga mulai muncul, tetapi semua pikirannya teralihkan oleh seminar yang mengundang dirinya sebagai pembicara.
Perempuan itu memang menyiapkan semuanya dengan baik untuk seminar tersebut agar karirnya melesat jauh. Dia memilih naik taksi online, untuk melintasi macetnya kota Jakarta di pagi hari, sembari membaca kembali semua materinya.
Setibanya di lokasi, pandangan Dania tertahan di sebuah pasangan yang terlihat romantis, suaminya mengantar istrinya kemana saja, kemudian berpamitan dengan mencium tangannya.
“Andai saja, aku dan Mas Alvin bisa seperti itu,” kata Dania dalam hati
“Sadar Dania, jangan berpikir aneh-aneh, fokus ke acara hari ini,” lanjutnya menyadarkan diri keinginannya tersebut
Seminar kali ini banyak yang datang, Dania begitu senang sekaligus terharu. Bahkan, semua peserta aktif dalam menyampaikan pertanyaan, salah satunya seperti ini, “Apa yang harus kita lakukan kalau suami sering izin pulang malam karena alasan pekerjaan,”
Pertanyaan itu seperti bumi yang bergetar dan merobohkan puing-puing rumah secara perlahan, membuatnya sedikit terdesak, mematikan waktunya dalam sekejap sebelum dia kembali tersadar dan menjawabnya.
“Ibu bisa bertanya baik-baik dulu, kalau jawabannya meninggi mungkin ada sesuatu yang disembunyikan!"
Pertanyaan itu masih terngiang-ngiang di telinga Dania, mungkinkah apa yang disampaikannya harus dilakukannya juga, walau dulu pernah dilakukannya tetapi jawabannya masih mengambang tak jelas.
Dania tidak langsung pulang ke rumah, dia ke kantor karena ada janji dengan klien. Bagi perempuan itu, menolak atau mengatur jadwal ulang dengan klien haram hukumnya, kecuali sangat mendesak.
Sesuai prediksinya dan sudah disampaikan sebelumnya, kalau dia akan terlambat datang karena seminar. Tetapi, orang itu tidak mempermasalahkannya, dia ingin saat itu juga konsultasi.
“Selamat sore,” kata Dania yang masuk ke ruangannya dan menyapa kliennya
“Selamat sore,” jawab orang itu sambil menjabat tangan Dania.
“Silahkan duduk!” kata Dania yang duduk di kursi sofa kesukaannya.
“Terima kasih,” jawab orang itu sambil duduk di depan Dania,
“Baik, Bapak mau konsultasi apa?” tanya Dania.
“Saya tidak mau konsultasi."
“Lalu?”
“Saya hanya ingin menyerahkan ini kepada Anda,” kata lelaki itu yang menyerahkan sebuah foto ke Dania.
Dania menerimanya, alisnya terangkat ke atas tangan kanan menutup mulutnya melihat Foto Alvin dengan perempuan lain di sebuah cafe tampak mesra dan berkata, “Darimana Anda mendapatkan foto ini?”
“Saya ada di sana, bahkan setiap malam saya selalu ada di tempat suami Anda di sana."
“Ini pasti bohong….”
“Foto itu asli, bisa Anda kirimkan ke handphone lalu cek sendiri."
“Siapa Anda sebenarnya?”
“Saya Laksa,” kata lelaki itu yang meninggalkan Dania
Perempuan itu masih tidak percaya, dengan apa yang dilihatnya. Dia mencoba berpikir positif, tetapi bukti itu terlalu nyata, bahkan setelah bertanya ke temannya ahli IT, foto itu asli bukan rekayasa.