Ainun mengorek sampah karena itu memang pekerjaan nya setiap hari sebagai pemulung, namun pagi ini dia merasa seperti ketiban rezeki yang sangat besar karena menemukan koper bagus.
"MAYAAAAAT....
koper tersebut berisi potongan mayat seorang gadis, lebih parah nya lagi gadis itu berasal dari desa Bakti Reso, desa mereka sendiri dan dia adalah anak Tuan tanah di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Prasangka
"ANAKUUUUU.....
Raungan perih dari mulut Bu Dian tidak berhenti sejak tadi karena dia tidak sanggup membayangkan jasad sang anak yang begitu sadis, siapa orang yang sudah tega membunuh anak nha menjadi sepotong demi sepotong. Tomo hanya terdiam dengan mata basah, begitu juga keluarga lain yang ada di dalam rumah.
Para saudara Sukma tidak ada yang berani membuka suara, isak tangis Bu Diam dan juga Delisa yang masih terus terdengar karena meteka sangat kehilangan sosok yang sangat periang itu. Delisa ingat bahwa Sukma bilang bahwa dia akan membelikan nya baju warna merah, sebab adik nya memang selalu begitu bila dapat uang agak berlebih dari Ayah nya.
"Apa organ dalam dan juga mata nya tadi masih ada, Ayah?" Razi anak pertama nya Tuan Tomo.
"Mata nya masih ada, Zi! tapi kalau organ dalam Ayah tidak melihat nya." jawab Tuan Tomo tersentak kaget.
"Aku takut nya dia di culik dan di bunuh untuk di ambil organ dalam nya." ujar Razi.
"Apa ndak ada dalam koper tadi, Kang?" Bu Dian menatap suami nya.
"Kakang tidak melihat ada nya organ dalam memang." Tomo juga baru sadar akan hal itu setelah Razi membuka suara.
"Itu pasti orang dari kota yang mengambil! tapi kemarin sore kan Sukma masih ada." Reno membuka suara juga.
"Reno benar, sore nya Sukma masih ada dan dia cuma pamitan mau kerumah Lala." sahut Bu Dian.
"Tanya kan pada Lala, apa Sukma sudah kerumah dia sore itu." Tomo cepat mengambil tindakan.
Delisa mengambil ponsel nya untuk menghubungi Lala anak nya Pak Lurah, sebab Sukma dan Lala seumuran sehingga sering main bareng. bahkan kadang juga saling menginap, Sukma sering menginap di rumah Pak Lurah dan Lala juga sering menginap di rumah nya Tomo.
"Assalamualaikum, Kak." Lala menjawab panggilan.
"Walaikum sallam, La! Kakak mau tanya nih, sore kemarin Sukma sempat kerumah kamu ya?" tanya Delisa langsung.
"Enggak ada, Kak! aku nungguin dia sampai mau isya, karena enggak ada datang juga jadi ku kira tidak boleh sama Ayah nya." jawab Lala.
"Oh jadi dia enggak kerumah mu?" tanya Delisa agar lebih jelas.
"Tidak! tapi kata Ayah malah Sukma meninggal, memang nya benar ya?" Lala malah bertanya pada Delisa.
"Benar, mungkin dia di culik orang pas mau kerumah mu." jawab Delisa.
"Ya Allah!" Lala juga sangat kaget karena sahabat nya malah meninggal.
"Ya sudah kalau begitu, kalau misal nya ada berita penting tolong kasih tau ya, La." pinta Delisa pada anak gadis nya Pak Lurah.
"Iya, nanti kalau ada barang yang bisa di jadikan bukti akan ku kabari." ujar Lala menyanggupi.
Sukma memang malam itu rencana mau menginap di rumah nya Lala, berangkat sore sekitar jam lima. Lala sudah menunggu di rumah, namun tidak datang datang teman nya itu sehingga dia mengira Sukma tidak jadi karena tidak boleh oleh Ayah nya.
Sebab ponsel nya juga tidak bisa di hubungi, Lala memang tidak menghubungi lagi takut juga akan kena marah oleh Tuan tomo. namun tadi pagi malah ada berita begitu, lemas lah sudah dia karena Sukma tidak bisa di hubungi itu karena sedang di culik oleh pembunuh nya.
"Akan ku cari pembunuh itu walau sampai keujung dunia!" geram Tomo sangat tidak terima.
"Kenapa mereka sangat tega hingga sampai memotong tubuh nya begitu?!" isak Bu Dian membayangkan anak nya.
"Pasti itu memang pembunuh handal, bukan nya memakan waktu juga untuk melakukan pembunuh begitu?" Delisa menatap Razi.
"Ya pasti lah, kita saja memotong ayam membutuhkan waktu!" jawab Razi berat sekali rasa nya.
"Bagai mana bisa orang di cincang begitu, semoga saja saat dia melakukan nya Sukma sudah mati." harap Reno pula.
"Apa maksud mu, Ren?!" sentak Tomo tak terima.
"Bila Sukma masih hidup, Ayah bayangkan saja rasa sakit nya! maka lebih baik saat Sukma sudah mati, agar dia tidak kesakitan." jelas Reno pula.
Terdiam semua nya karena dari semua itu tidak ada yang lebih baik sebenar nya, yang lebih baik itu ya harus nya tidak terjadi. Bu Dian malah kian lemas saja, membayangkan bila Sukma memang masih hidup saat mereka mencincang nya.
"Katakan jujur padaku!" Bu Dian mencengkeram baju suami nya.
"Kenapa, Bu?" Tomo kaget karena mendadak saja istri nya bangkit.
"Kau bukan pelaku nya kan, Kang? kamu tidak seperti Juragan Adi saat itu kan!" pekik Bu Dian ingat kelakuan nya Ayah tiri Maharani yang sangat jahat pada putri nya.
"Gila kamu, Bu!" Tomo kaget sekali mendengar tuduhan itu.
"Jawab jujur! bukan kamu kan pelaku nya?" bentak Bu Dian.
"Bukan! kau pikir aku ini gila, Sukma itu anak ku." teriak Tomo tak habis pikir dengan istri nya.
"Ibu yang tenang, jangan kemana mana pikiran nya." Reno merangkul Bu Dian agar tidak setres.
Bu Dian akhir nya jatuh pingsan juga karena tidak sanggup menahan batin yang terluka, begini pedih hati seorang Ibu yang di tinggal oleh anak nya dengan keadaan yang sangat pilu. mana masih harus menunggu pula sampai besok tentang kabat dari polisi, sudah di pastikan bahwa Bu Dian tak akan bisa tenang.
...****************...
"Dari mana, Bang?" Zidan yang datang membawa oleh oleh menegur saudara nya.
"Ada penemuan mayat di sana, ikut melihat tadi." jawab Zayn bersalaman dengan Zidan.
"Mayat! wah kalau jadi panjang malah nambah pula urusan nanti." Zidan sudah bisa menebak nya.
"Di potong potong mayat nya dan di letakan dalam koper, anak Tuan Tomo." jelas Zayn pula.
"Ya Allah sungguh keji orang yang sudah melakukan nya!" Zidan turut iba mendengar hal itu.
"Purnama tidak ikut kah?" Zayn menanyakan adik ipar nya.
"Tidak bisa ikut, dia sedang sibuk sekali dengan Arya." jawab Zidan.
"Mama lagi sibuk, jadi Om tidak boleh ganggu." Zahra menjawab pula.
"Iya, Om cuma tanya saja kok." Zayn tertawa melihat keponakan nya yang sangat cerewet itu.
"Wajah nya saja yang seperti Purnama, tapi sikap nya beda." bisik Zidan.
Zayn juga mengangguk setuju karena Zahra memang begitu mirip dengan Mama nya, namun yang beda hanya dari sikap. Zahra sangat hangat dan ramah pada siapa pun, sedang kan induk semang nya dingin dan angkuh sekali, tidak akan bertanya bila tidak mood.
Namun walau pun angkuh dan arogan serta wajah antagonis, namun Purnama baik hati nya, suka menolong orang yanh sedang membutuhkan bantuan nya, walau kadang dia juga harus babak belur saat sedang menolong orang.
Kondangan sambil nulis guys.