Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permintaan Mia
Kondisi Mia kembali memburuk dan mengharuskan gadis kecil itu kembali ke ruang ICU.
"Dokter, bagaimana keadaan Mia?" tanya Keira sangat cemas.
"Mia baru saja melakukan operasi besar di kepalanya jadi tolong jangan membuatnya tertekan apalagi menangis! Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada otaknya!" tegas Dokter dengan nada marah.
Semua orang di sana sangat terkejut dan syok.
"Maaf, kami tidak bermaksud seperti itu," sahut Keira, sedih.
"Jadi, apa kami boleh menemuinya?" kali ini Logan yang bertanya.
"Hanya satu orang saja, yang lain tunggu diluar!" tegas Dokter tidak mau di bantah. Dokter menggelengkan kepala dengan kesal sebelum beranjak dari sana. Di ruang ICU masih ada seorang perawat yang sedang mengerjakan tugasnya, tidak berselang lama perawat itu keluar dan memanggil Keira.
"Ada yang bernama Keira?" tanya perawat tersebut.
"Iya, aku." Keira segera mendekati perawat itu.
"Mia ingin bicara dengan Anda," jelas perawat, mempersilahkan Keira masuk ke dalam ruangan itu.
Keira menatap Logan, Lara dan Lio bergantian, seolah meminta izin, dan ketiga orang itu menganggukkan kepala. Barulah setelah itu Keira masuk di temani perawat.
Keira menangi sedih ketika melihat keadaan Mia yang sangat memerihatinkan. Apalagi tubuh gadis itu terpasang berbagai macam alat medis untuk menopang hidupnya.
"Mia," panggil Keira dengan suara bergetar.
"Mommy." Mia membuka mata, memanggil Keira sangat lirih.
"Mommy di sini, Sayang." Keira menundukkan setengah badan, mengecup kening gadis kecil itu penuh kasih sayang.
"Mommy sudah berjanji akan mengabulkan permintaan terakhirku 'kan?" lirih Mia, berusaha menggenggam tangan Keira.
"Iya." Keira menjawab sambil menganggukkan kepala. "Mommy akan mengabulkan apapun keinginan Mia asalkan Mia sembuh." Keira kembali mengecup kening Mia.
Bibir pucat Mia mengulas senyum. "Terima kasih, Mommy. Aku menyayangi Mommy."
"Mommy juga sangat sayang pada Mia." Keira tidak sanggup lagi menahan tangisannya, tapi dengan cepat menghapus air matanya.
"Apa Mommy mau menjadi Mommy Mia untuk selamanya?" tanya Mia penuh harap/
"Iya." Tanpa banyak kata Keira menganggukkan kepala.
Mia kembali tersenyum. "Mommy mau menikah dengan Daddy?"
Mendengar pertanyaan itu Keira terdiam dan membeku di tempat. Tidak menyangka kalau Mia menginginkan hal tersebut. Ia pikir 'menjadi Mommy selamanya' hanya untuk panggilan saja, tapi ternyata ia harus menikah dengan Logan--pria yang sangat dia benci.
"M-Mia ... Mommy ..." ucapan Keira terhenti ketika melihat Mia menangis sambil menatapnya.
"Mia, mohon." Mia menangis seraya menggenggam tangan Keira sangat kuat.
Keira tidak tahu harus menjawab apa. Jika dia mengabulkan keinginan gadis kecil itu maka sama saja dia menceburkan diri di dalam kubangan lumpur yang sama.
Ya Tuhan, aku harus bagaimana? jerit Keira di dalam hati.
Perawat mendekati Keira, ia tidak sengaja mendengar percakapan kedua orang itu. "Mohon maaf sebelumnya, kalau boleh usul, lebih baik Anda mengabulkan keinginan Mia. Siapa tahu dengan begitu Mia bisa cepat sembuh, apalagi kata Dokter, usia Mia tidak akan lama lagi. Maaf, sekali lagi maafkan aku karena harus menyampaikan kabar buruk ini," ucapan perawat membuat hati Keira seperti di siram air es.
Perawat mengusap punggung Keira dengan lembut. "Sabar, Nyonya," ucap perawat penuh perhatian sekaligus prihatin.
"Apa yang mereka bicarakan? Apa Mia baik-baik saja? Kenapa Keira tampak menangis dan terpukul seperti itu?" tanya Logan kepada orang tuanya sambil menatap Mia dan Keira dari balik dinding kaca ruangan tersebut.