Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
"Ada apa Pa?" tanya David yang memang tidak tahu apa-apa tentang kelakuan mamanya.
"Mamamu menyinggung seseorang, entah siapa yang dia singgung, sehingga berakibat ke perusahaan papa," jawab Afdal.
"Lalu?"
"Sekarang sudah pulih kembali seperti sediakala."
"Apa mama menyinggung Arsy? Tapi tidak mungkin Arsy yang melakukannya, karena Arsy hanya anak miskin di kampus. Dan kebetulan kuliah berkat kecerdasannya," batin David.
"Kenapa Nak? Apa yang kamu pikirkan?"
"Ah, tidak Pa, tidak apa-apa."
David pun kembali ke kamarnya, tadi di kampus dia tidak melihat Arsy. Sedangkan dia tidak memiliki kontak Arsy untuk dihubungi.
David merebahkan tubuhnya diatas ranjang, ia mengambil ponselnya yang berdering. Saat melihat nama pemanggil, David menjadi malas.
Ia membiarkan saja ponselnya berdering hingga mati dengan sendirinya. Kemudian ponselnya berdering lagi, mau tidak mau David pun menjawabnya.
"Ada apa?" tanyanya langsung ke intinya.
"Aku ingin ketemu bisa gak?"
"Aku tidak ada waktu." Kemudian panggilan telepon pun terputus secara sepihak.
David melempar ponselnya ke tempat tidur. Ia kemudian bangkit untuk makan malam.
Sementara disisi lain ...
Arsy yang baru selesai mandi pun segera membuka pintu saat pintu kamarnya diketuk. Arsy kemudian masuk kedalam ruang ganti setelah membuka pintu.
Sementara Arsa duduk di sofa kamar itu. Tidak berapa lama, Arsy sudah keluar dengan berpakaian lengkap.
"Dek, jalan yuk!"
"Kemana?"
"Jalan lah, kamu ajak Naura dan aku ajak Naufal."
"Hmmm, boleh juga. Tapi pakai motor ya?"
Arsa mengangguk, kemudian ia menelepon Naufal dan Arsy menelepon Naura. Mereka janjian akan bertemu di perempatan jalan.
Seperti biasa, Arsy memakai jaket kulitnya, begitu juga Arsa. Keduanya keluar dari kamar sambil menenteng helm masing-masing.
"Mau kemana?" tanya Aleta yang sedang duduk diruang tamu bersama Ars, Diva dan Darmendra.
"Jalan Ma, Pa, Oma, Opa," jawab Arsy. Kemudian keduanya mencium tangan mereka satu persatu.
"Hati-hati, jika ada penjahat atau pembegal sikat saja," pesan Aleta. Ars mendelik ke arah istrinya.
"Loh emang salah? Masa kejahatan mau dibiarkan merajalela," ucap Aleta.
Sedangkan Arsy dan Arsa hanya tertawa kecil mengingat sifat sang mama yang bar bar. Kali ini Arsy memakai moge miliknya yang jarang sekali ia pakai.
Meskipun demikian, ia selalu mengecek motornya agar tidak bermasalah saat digunakan.
Keduanya pun keluar dengan mengendarai motor masing-masing. Kebetulan malam ini malam minggu dan besok mereka libur.
"Naura dan Naufal sudah jalan, kita menunggu ditempat yang dijanjikan!" Arsy berteriak saat berbicara, karena suara deru mesin motor dan juga angin kencang.
Arsa hanya mengangguk sebagai jawaban, ia malas ingin berteriak-teriak saat berbicara. Apalagi Arsa tidak banyak bicara.
Arsa dan Arsy menghentikan motornya karena sudah tiba ditempat mereka janjian.
Tidak berapa lama, datang Naufal yang juga menggunakan moge, beberapa saat kemudian, datang lagi Naura dengan menunggangi moge juga.
"Kemana nih?" tanyanya saat membuka kaca helm full face nya.
Semua memandang ke Arsa yang mengajak mereka jalan-jalan. Sedangkan Arsa juga tidak tahu arah tujuan mereka.
Ia hanya ingin jalan-jalan dimalam hari agar tidak terlalu sumpek dikamar terus. Meskipun selalu bermain ponsel, kadang juga ada bosannya.
"Kemana saja deh cari keramaian," jawab Arsa akhirnya.
"Tumben cari keramaian, di kampus saja tidak suka keramaian," ujar Naufal.
"Yuk lah, jalan pelan-pelan pakai motor," ajak Arsy. Kemudian ia lebih dulu menjalankan motornya. Tiga motor lainnya mengikuti dibelakang melaju dijalan raya.
Zio yang kebetulan berada didalam mobil pun memperhatikan empat motor tersebut. Tapi mereka berlawanan arah.
Namun Zio melambatkan mobilnya saat empat buah motor melewati mobilnya. Zio tidak tahu jika yang mengendarai motor itu adalah gadis yang ia cari.
Jika saja Zio tahu, sudah pasti ia akan berbalik arah dan mengejar pengendara motor itu.
"Kenapa perasaanku berdebar saat motor itu melewati ku?" batin Zio. Namun ia masih terus melanjutkan perjalanan untuk pulang ke mansionnya.
Sementara Arsy, Arsa, Naura dan Naufal masih melaju dijalanan tanpa tujuan. Mereka juga bingung mau kemana? Kemudian Arsy menghentikan motornya secara tiba-tiba.
"Ada apa?" tanya Arsa yang juga ikut berhenti.
"Sebenarnya kita mau kemana? Dari tadi berjalan tanpa tujuan," tanya Arsy.
"Jalan saja, nanti juga ketemu tempat yang cocok," jawab Naura.
Kemudian merekapun melanjutkan perjalanannya, hingga mereka tiba disebuah tempat yaitu warung pinggir jalan yang banyak terdapat anak-anak muda dari berbagai kalangan.
Merekapun memarkirkan motornya lalu menguncinya agar aman. Baru saja mereka turun dari motor, ternyata ada penjaga parkir datang menghampiri mereka.
"Kamu bawa uang tunai?" tanya Naura.
"Selalu bawa, untuk persiapan disaat terdesak," jawab Arsy.
"Jaga ya Pak," kata Arsy lalu melangkah memasuki warung tersebut. Pria itu hanya mengangguk.
Mereka masuk dan langsung duduk di bangku yang kosong. Tempat ini seperti sangat digemari oleh kalangan anak muda.
Terlihat dari semua pengunjung rata-rata anak muda bersama pasangan masing-masing.
Mereka juga berpasangan, tapi mereka adalah saudara. Namun tidak ada yang menyangka jika mereka adalah saudara kembar.
Karena Arsy dan Arsa berbeda dari segi wajah. Begitu juga dengan Naura dan Naufal, mereka juga tidak terlalu mirip. Karena mereka kembar tidak identik.
"Pesan lah, kebetulan aku belum makan nih," ucap Naura. Ternyata Arsy dan Arsa juga belum makan.
Akhirnya merekapun memesan makanan dan minuman yang ada di warung itu. Terlihat pelayan begitu sibuk melayani pengunjung yang datang.
Namun mereka cukup cekatan melayani pengunjung, mungkin karena sudah terbiasa.
"Kok aku baru tahu jika tempat ini ramai?" tanya Naura.
"Memangnya kamu sering keluar malam-malam?" tanya Naufal.
"Hehe, gak sih kak, tapi jika setiap malam minggu 'kan asik juga keluar," sahut Naura.
Arsa tidak berbicara sepatah katapun, ia hanya sibuk dengan ponselnya. Hingga pesanan merekapun tiba.
"Kayaknya enak nih," ucap Naura. Padahal di rumah, mereka juga sering makan makanan enak. Tapi karena ini diluar jadi mungkin agak berbeda bagi mereka.
"Makan, jangan banyak ngoceh," tegur Arsa buka suara. Mereka terdiam saat menikmati makanan mereka.
Berbeda dengan pengunjung lain yang riuh saat makan. Karena mereka sudah terbiasa dididik tidak berbicara saat makan.
"Alhamdulillah, ternyata memang enak," ucap Naura setelah ia selesai makan.
Arsy memanggil pelayan tadi yang melayani mereka. Kemudian Arsy menanyakan harga yang mereka makan.
"Es teh 5 ribu dan makanannya 25 ribu, jadi 120 ribu," kata pelayan itu.
Arsy menyerahkan uang seratus ribu dua lembar, kemudian ia mengatakan kembaliannya tidak usah dikembalikan. Dan diberikan kepada pelayan itu.
Pelayan itu pun mengucapkan terima kasih. Setelah merasa cukup lama, merekapun berniat untuk pulang.
Tukang parkir yang tadi pun segera menghampiri mereka. Arsy pun menyerahkan uang seratus ribu kepada tukang parkir tersebut. Namun si tukang parkir kebanyakan, sedangkan ia tidak punya kembalian.
Arsy tersenyum, lalu meminta tukang parkir itu tidak usah mengembalikan kembaliannya.
lanjut Thor jngan dengar kan yg engga suka