Because You Are My Wife

Pagi itu Karin nampak mengerjapkan matanya ketika mendengar ponselnya berdering nyaring, lantas wanita itu segera mengulurkan tangannya untuk meraih telepon genggamnya di atas nakas.

"Iya pagi." Ucapnya dan kembali memejamkan matanya, udara dingin yang memenuhi ruangan membuat gadis itu malas untuk bangun. Sepertinya untuk pertama kalinya ia menikmati tidurnya yang tenang karena biasanya ibu tirinya itu sudah berisik meskipun masih pagi buta.

"Pagi katamu? Astaga nona muda ini sudah siang, ayo bangun apa semalam kalian melakukannya beronde-ronde? Maklum sih pengantin baru lagi hangat-hangatnya."

Terdengar ejekan dari ujung telepon hingga membuat Karin langsung membuka matanya kembali. "Astaga, aku kesiangan." Gadis itu pun segera loncat dari ranjangnya.

"Nanti ku hubungi kamu lagi." Ucapnya lantas mematikan panggilan telepon dari sahabatnya itu dan melempar ponselnya ke atas ranjang.

Kemudian gadis itu segera berlari keluar kamarnya, keadaan rumah terlihat sepi pasti suaminya sudah pergi bekerja. Lalu Karin menuju meja makan dan tak ada apapun di sana kecuali secarik kertas.

"Aku bangun kesiangan jadi tak sempat membuat sarapan, lain kali bangunlah lebih pagi dan ini kartu kredit untukmu sedikit lah berhemat dalam berbelanja."

Karin nampak terduduk di kursi dan sedikit merutuki dirinya karena lagi-lagi bangun kesiangan, semalam ia memang kurang bisa tidur karena belum terbiasa tidur seranjang dengan seorang pria.

"Sedikit berhemat? Baiklah, aku sangat bisa di andalkan jika untuk berhemat kecuali kemarin." Gumamnya.

Karin nampak terkekeh saat mengingat ia berbelanja banyak perabotan yang bernilai puluhan juta tapi ia takkan melakukannya lagi, lagipula ia cukup tahu diri untuk tidak bersikap boros karena suaminya hanya seorang penambal ban. Pria itu pasti sudah sangat bekerja keras untuk mendapatkan uang bahkan semalam hampir jam 10 malam baru pulang.

"Sebelum bertemu Amel, aku akan membawakannya makan siang nanti." Gumamnya, meskipun saat ini belum ada cinta di hatinya tapi paling tidak ia akan berbuat baik pada pria itu bagaimana pun juga ia sudah menumpang hidup padanya.

Siang harinya Karin memesan ojek online untuk mengantarnya menemui sang sahabat dan juga mengantar bekal makan siang untuk suaminya.

"Non, jika terburu-buru kita bisa memotong jalan lain." Tawar sang sopir ojek ketika motor yang di kemudikannya nampak berhenti di sebuah traffic light.

Karin menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Pelan-pelan saja pak, saya sedang tidak terburu-buru." Sahutnya, lagipula jam makan siang masih lama.

Sementara itu sebuah mobil yang kebetulan berhenti tepat di sebelah motor yang membawa Karin nampak Matteo dan juga sang kekasih berada di dalam sana.

"Sayang, bukankah wanita itu mirip dengan istrimu ?" Angela yang sedang duduk di sebelah Matteo nampak menunjuk ke arah Karin berada hingga membuat pria itu yang sedang fokus dengan ipad di tangannya langsung menoleh.

"Dia ?" Gumamnya ketika melihat istrinya nampak naik sebuah ojek online dan di tangan gadis itu terlihat sebuah kotak bekal makanan.

"Benar tuan, itu nyonya muda." Jimmy yang berada di balik kemudi pun ikut membenarkan setelah memastikannya terlebih dahulu.

"Siapa yang menyuruhmu memanggilnya nyonya muda? Sampai kapan pun aku adalah calon nyonya muda dan takkan ada yang bisa menggantikannya." Angela sontak bersungut-sungut ketika asisten sang kekasih bersikap lancang di depannya.

"Tapi beliau..." Ucapan Jimmy langsung terjeda ketika tak sengaja pandangannya bertemu dengan sang bos melalui pantulan kaca spion di depannya, atasannya itu nampak menggeleng kecil seakan memberikan kode padanya untuk tak lagi berbicara.

"Maafkan saya nona." Ucap Jimmy pada akhirnya.

Mendengar itu pun Angela nampak tersenyum miring, dari dulu ia memang kurang suka dengan asisten kekasihnya tersebut dan saat mereka sudah menikah nanti ia pasti akan meminta suaminya untuk menggantinya dengan orang lain saja.

Tak berapa lama traffic light berganti rambu dan mobil sport milik Matteo pun melaju meninggalkan motor yang di naiki oleh sang istri dan itu membuat pria tersebut nampak meliriknya dari kaca spion.

"Tuan ?" Jimmy kembali menatap sang tuan dari kaca spion depannya, barangkali pria itu ingin mengikuti kemana istrinya pergi.

"Terus saja Jim !!" Perintah Matteo yang terlihat seperti tak peduli dengan tujuan gadis itu pergi, meskipun pandangannya tak berhenti menatap motor yang berada tak jauh dari mobilnya tersebut.

Jimmy mengangguk kecil lantas kembali fokus pada jalanan depannya dan itu membuat Angela terlihat senang, meskipun statusnya hanya kekasih tapi dirinya tetaplah pemenangnya.

Matteo terlihat memijit pelipisnya yang tiba-tiba nyeri, keadaan sulit yang akhir-akhir ini ia hadapi membuatnya jadi sering sakit kepala.

"Jim, berhenti !!" Perintah pria itu kemudian.

"Baik Tuan."

"Sayang, tapi kita belum sampai." Angela langsung mengingatkan, karena sebelumnya mereka berencana untuk pergi makan siang bersama.

Kini motor yang membawa Karin pun nampak melaju meninggalkan mobil sang suami yang berhenti di pinggir jalan.

"Angela, aku lupa jika hari ini harus bertemu dengan kakek." Ucapnya menatap sang kekasih.

"Lalu makan siang kita bagaimana? Kamu sudah janji loh untuk meluangkan waktu untukku ?" Protes Angela, karena sejak pulang dari luar negeri kekasihnya itu tak memiliki banyak waktu untuknya dan selalu saja di sibukkan dengan pekerjaan.

"Aku janji akan menggantinya di hari lain, tolong mengertilah !!" Tegas Matteo dan mau tak mau wanita itu menyetujuinya meskipun sedikit kecewa.

Matteo nampak mengambil sebuah kartu dari dalam dompetnya lantas memberikannya pada wanita itu. "Berbelanjalah sesukamu !!" Ucapnya dan Angela yang tadinya cemberut kini langsung tersenyum.

"Baiklah, terima kasih." Ucapnya kemudian menatap kartu kredit di tangannya tersebut, kartu yang sama yang di berikan oleh pria itu pada istrinya tadi pagi tapi bedanya sang kekasih di biarkan bebas untuk menggunakannya sedangkan sang istri di perintahkannya untuk berhemat.

Setelah Angela keluar Jimmy kembali melajukan mobilnya. "Apa tuan Suarez tiba-tiba ingin bertemu dengan anda, tuan ?" Tanya pria itu ingin memastikan, karena seingatnya sang atasan tak ada janji pertemuan dengan kakeknya tersebut.

"Tidak, kita pergi ke bengkel sekarang !!" Perintah Matteo tiba-tiba dan tentu saja membuat Jimmy terkejut namun detik selanjutnya sudut bibirnya nampak terangkat ke atas.

Meskipun ia belum pernah mengenal siapa sosok nyonya mudanya itu tapi Jimmy yakin pilihan tuan Suarez tak pernah salah, mengingat ia telah bertahun-tahun bekerja untuknya. Terkadang pikiran pria tua itu memang sulit untuk di tebak tapi ia tahu apapun yang di lakukannya adalah demi kebaikan sang tuan walaupun hanya seorang cucu angkat, untuk itu tuan Suarez lebih memilih menjodohkannya dengan gadis pilihannya yang entah kelebihan apa yang di milikinya selain memiliki orang tua yang sangat serakah dan juga matre.