Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elo jual gue beli!
Jojo nampak mulai gelisah, tatapan matanya fokus mengarah pada pintu belakang yang tertutup rapat. Entah apa yang terjadi di dalam? Jojo ingin sekali menerobos masuk dan membawa Bianca keluar, namun kini para tamu sudah mulai berdatangan, begitu juga teman satu sekolahnya. Jojo melihat kedatangan Frederick dan juga Sebastian. Lalu Evan dan Dino serta kawan satu tongkrongan mereka.
"Pasti ada yang gak beres ini" gumam Jojo yang perlahan keluar dari tempat persembunyiannya. Ia mulai melangkahkan kakinya menuju pintu belakang rumah tersebut, belum juga tangannya sampai menyentuh gagang pintu, terdengar dering ponselnya yang langsung membuat si penjaga lari ke arahnya.
"Siapa kamu? bisa tolong perlihatkan undangannya? " tanyanya tegas.
"Maaf pak! saya hanya mau cari teman saya di dalam, yang sejak tadi belum keluar juga dari rumah itu! " jelas Jojo.
"Banyak alasan kamu! sudah sana pergi! pesta ini hanya di peruntukan orang penting saja dan bukan anak berandalan seperti kamu! " Kedua penjaga yang berpenampilan sangar itu langsung menyeret tubuh Jojo keluar gerbang, tanpa mau tau penjelasan yang akan Jojo berikan.
"Pergi sana! jangan sampai kami berbuat kasar disini!" Jojo berdecak merasa geram dengan kedua penjaga yang memiliki perawakan tinggi dan besar tersebut.
Dering ponsel Jojo kembali berdering, terlihat nama sang Ayah tertera di layar ponselnya.
"Halo Ayah.. " Sapa Jojo saat mengangkatnya.
"Dimana kamu! Ayah dari tadi sudah menunggu kamu! cepat pulang! kita harus menghadiri pesta ke 17 putrinya Alonso! " Jojo menghembuskan nafasnya pelan, terdengar begitu gusar sambil menyugar rambutnya ke belakang.
"Ada apa!? Apa ada masalah?!" tanya Vian.
"Sedikit! " Balas Jojo singkat. "Baiklah, Jojo pulang sekarang! lalu apakah om Rafael juga di undang ke acara tersebut?" tanya Jojo sedikit ragu.
"Tentu saja! bukankah Rafael merupakan pemilik saham terbesar kedua setelah Ayahmu ini!? apa kau lupa itu Jhonatan? "
Jojo pun terdiam lalu mematikan ponselnya tanpa ingin membalas ucapan sang Ayah. Dia kembali menatap ke dalam rumah megah tersebut, yang mulai berdatangan para kolega penting termasuk Rafael di sana.
"Cupu, gue harap elo baik-baik aja di dalam!" lirihnya pelan lalu pergi mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi menuju rumah sang Ayah.
Beralih pada Bianca yang kini di pakaikan gaun bekas Aluna, yang sudah sempit bahkan membuat lekuk tubuh Bianca terlihat jelas.
"Widih! seksi juga ya body lo! " ujar Ami sambil cekikikan menatap ke arah Bianca.
"Elo itu harusnya mundur dari dulu cupu! jangan so jadi pemberani yang melawan kita juga my Princess Aluna!! " sinis Lyra.
"Udah cepet buruan lo keluar! Aluna udah nunggu lo di bawah! " sambil mendorong punggung Bianca kasar dan menyeret tangannya tuk pergi bersama mereka.
Jantung Bianca berdegup begitu keras, bahkan saat menatap para kolega penting yang hadir disana, matanya terus mengedar, begitu takut Ayahnya sampai hadir di pesta itu.
Ami dan Lyra membawa Bianca ke tempat lain,yang terdapat kolam renang yang cukup luas disana, menjauh dari kerumunan orang yang ada di dalam, sehingga Aluna bisa dengan bebas melancarkan aksinya.
"Yang di tunggu akhirnya datang juga.. " Langkah Aluna mulai mendekat dan kini tepat berada di hadapan Bianca.
"Hey cupu! gak punya malu ya lo,maksa datang kesini terus minta pakaian bagus dari Aluna!" terdengar teriakan salah seorang yang hadir di tempat itu, lalu beberapa orang lagi dan kemudian menjadi banyak.
"Diem lo, Dino! jangan ganggu si cupu! " bela Evan membuat Bianca merasa terharu. Ternyata masih ada orang yang dia kenal di sana dan membelanya. Namun sepertinya perasaan harunya hanya sementara saat Evan berbalik dan mendorong tubuhnya ke dalam kolam renang.
Byurr...
Bianca terkejut bukan main, bukankah tadi Evan membelanya? lantas kenapa ia melakukan ini?
"Si cupu hanya gue yang boleh ganggu! karena dia!" tunjuk Evan ke arah Bianca yang menatapnya tak percaya."Gue kehilangan muka di depan satu anak sekolah!! " lanjut teriak Evan sambil berdiri menantang. Perlahan wajahnya merendah menatap ke arah Bianca yang sudah basah kuyup di tengah kolam, dengan rupa yang sudah tak karuan bahkan rambutnya pun mulai kusut.
"Jangan mimpi lo bisa ngalahin gue lagi cupu! Gue paling gak suka dengan kekalahan! Apalagi kekalahan gue itu karena elo!!"
Ahahaha....
Terdengar suara riuh tawa di taman belakang rumah Aluna. Bianca kembali menatap dingin mengedarkan matanya dengan seksama.
"Kenapa? elo merasa terkejut karena gue gak bela elo di saat seperti ini?! Jangan berharap cupu! Elo itu gak pantas berteman sama gue! dasar cupu kismin!! "
Plok..
Satu lemparan telur berhasil mengenai kepalanya, Bianca langsung memejamkan matanya saat cipratan putih telur hampir mengenai matanya.
"Sialan kalian semua!! " teriak Bianca pada akhirnya yang sudah mampu lagi menahan kesabarannya.
Suara tawa pun mendadak hening, mereka kembali menatap ke arah Bianca penuh permusuhan.
"Masih berani lo ngelawan gue! Apa elo gak lihat hah! status gue lebih tinggi daripada elo! dasar cupu tak tau diri!! " Aluna kembali mengambil telur dan melemparkan nya ke arah Bianca.
Grep.
Secepat kilat Bianca menangkapnya lalu melempar telur itu kembali ke arah Aluna.
Plok!
Satu telur mendarat tepat di gaun mewah yang ia pakai. Bianca menyeringai saat menatap kemarahan di wajah Aluna.
"Cupu sialan!! elo berani rusak gaun mahal gue! jangan harap lo bisa pergi dari sini dengan mudah!"
"Guys!! lempar semua telur itu ke arahnya! jangan sampai dia lolos sebelum gue puas!! " Teriak Aluna begitu geram lalu duduk di kursi sambil menatap penuh benci ke arah Bianca yang berusaha melindungi wajahnya dari serangan yang bertubi-tubi.
Sorak sorai pun kembali bergemuruh, menertawakan satu orang yang berada di kolam renang diam tanpa mampu melawan.
Hahahaha..
Bianca pun tertawa bahkan tawanya begitu keras membuat mereka semua diam. "Kalian memang pecundang!! pecundang tak tau malu!! yang beraninya main keroyokan di balik ketiak orang tua kalian!! "
Aluna dan Evan merasa terkejut saat mendengar ucapan Bianca yang bagai tantangan balik untuk mereka. Tanpa aba-aba Evan langsung turun ke kolam dan melayangkan satu tamparan.
Plakk!!
Suara nyaring begitu keras menggema di sana. Semua terdiam, sekaligus syok dengan apa yang mereka lihat.
Evan memegangi pipinya yang lebih dulu di tampar oleh Bianca begitu keras disana. Lalu tubuhnya di dorong hingga hampir tenggelam ke bawah dasar kolam.
Bianca mulai berjalan dan naik ke daratan. Menatap setiap orang yang hadir disana satu persatu dan mengunci di memori ingatannya.
Alonso nampak tersenyum tipis saat melihat kejadian tersebut dari balkon lantai tiganya. Dia kini sedang membicarakan beberapa hal yang penting dengan Sebastian.
"Siapa orang yang ada di bawah sana Alonso? kenapa mereka mengerjai nya seperti itu? " tanya Sebastian heran.
"Biasalah Sebastian. Kau tau bukan anak-anak jaman sekarang, mereka selalu suka bercanda berlebihan" Jawabnya enteng.
"Apa kau yakin? "
"Tentu saja! Ah iya, apa mereka sudah datang? " tanya Alonso mengalihkan perhatian Sebastian yang mulai memperhatikan keadaan di kolam renang.
"Tentu! mereka sudah datang bahkan kini keduanya sedang menunggu kita di bawah! " Jawabnya sambil tersenyum.
Alonso kemudian memboyong tubuh Sebastian untuk naik ke lift, lalu mulai berbicara lagi.
"Aku harap, mereka akan setuju dengan proyek yang akan kita bangun! Apapun yang terjadi, proyek ini harus berjalan, dengan atau tanpa persetujuan mereka sekalipun! " Sebastian hanya tersenyum tipis sambil menepuk bahu Alonso pelan.
"Kau tenang sajalah Alonso! Kita memiliki rencana yang sama dan semua itu harus berhasil tanpa satu gangguan pun!" Alonso kembali tersenyum puas sambil menatap ke arah sebastian sumringah.
"Baiklah! Ayo kita temui mereka."
Disisi lain, Jhonatan nampak gelisah, matanya terus saja mengedar tanpa menyadari jika sedari tadi sang Ayah memperhatikannya.
"Ada apa Jo? siapa yang kau cari? " bisik Vian pelan, tanpa mengubah ekspresi wajahnya di hadapan semua orang.
"Bisakah aku pergi sekarang, Ayah?! Ada hal penting yang harus aku selesaikan. "mohonnya sangat.
Vian menatap sang putra lekat, menelisik kedua iris matanya yang berwarna coklat terang. Ada ke khawatirkan dan kecemasan tergambar jelas disana. Membuat Vian mengangguk dan mengubah kecemasan itu menjadi senyuman di wajah putranya.
"Terima kasih Ayah!" lirih Jojo yang langsung pergi perlahan, berjalan cepat memasuki tiap ruangan. Vian hanya mengerutkan keningnya, merasa jika akan ada hal besar yang terjadi saat ini.
"Cupu, elo dimana?!" gumam Jojo yang terus melangkah cepat mencari keberadaan Bianca di setiap sudut rumah megah tersebut. Samar-samar terdengar keributan, dan riuh dari arah kolam renang yang di buat khusus terpisah jauh dari keramaian. Jojo bergegas lari kesana, namun tak terduga seseorang menghalangi jalannya.
"Frederick.. " batin Jojo.
"Selamat malam, Tuan muda Jhonatan. Senang sekali saya bisa bertemu anda malam ini. " Jojo langsung menyambut ringan uluran tangan Frederick tanpa ingin membuatnya curiga sedikit pun.
"Saya juga, Tuan muda... " jedanya.
"Frederick.. "
"Ah iya, Frederick. Maaf, saya seorang yang buruk ingatan sehingga sering lupa dengan nama seseorang" Jawab Jojo memberi Alasan.
"Tidak apa-apa Tuan muda. O ya.. sedang apa anda disini? Apa ada yang anda cari?! " Jojo pun tersenyum penuh arti lalu menatap ke arah Frederick dingin.
"Lalu, bagaimana dengan anda sendiri tuan muda Frederick? Apa ada sesuatu yang anda cari juga disini? "
Sungguh jawaban yang sangat Frederick benci. Namun mengingat statusnya lebih rendah saat ini, ia pun kembali memasang wajahnya dengan senyum tak luntur dari bibirnya.
"Saya sedang mencari tunangan saya, Aluna? Apa anda juga sama, Tuan muda Jhonatan?"
"Tepat sekali! bagaimana kalau kita menemui tunanganmu itu bersama? Aku belum sempat mengucapkan selamat untuk usianya yang sudah menginjak angka 17. Apa kau setuju? " Frederick pun mengangguk dan berjalan beriringan menuju ruang kolam renang.
Jojo menangkap beberapa teriakan dan juga kegaduhan di dalam, bahkan suara ringis orang kesakitan. Frederick dan Jojo saling menatap dan masuk ke tempat itu secara bersamaan.
Degh!!
Kali ini jantung Jojo yang berdetak cepat bahkan bergetar begitu hebat, menatap perkelahian diantara Bianca dan juga Ami. Bahkan tak hanya itu, Lyra pun ikut menyerang yang mampu Bianca lawan. Lalu pukulan Evan yang gadis itu tangkis di sisa tenaganya yang sudah menipis. Darah Jojo kembali mendidih saat beberapa luka yang berada di wajah dan tubuh Bianca terlihat mengeluarkan darah.
Frederick pun sama terkejutnya, tak menyangka dengan kejadian yang akan dia saksikan saat ini.
"Aluna!! " teriak Frederick membuat seluruh orang yang ada disana diam dan menatap ke arah sumber suara.
Aluna terbelalak kaget menatap ke arah Frederick yang bisa datang kesana bersama seseorang yang tidak ia kenal. Bahkan tak hanya Aluna, Dino dan Evan pun langsung memundurkan langkah saat tatapan dingin menusuk langsung ke arahnya. Suasana kembali semakin mencekam, hanya deru nafas lelah yang terdengar dari gadis cupu yang bernama Bianca.
Jojo menatap tak bergeming keadaan Bianca yang di luar nalarnya, yang dia sangka gadis itu akan lemah lalu menangis, bahkan mungkin putus asa karena perlakuan mereka yang ada disana begitu hina, tapi justru gadis itu menunjukan hal yang lain. Dia masih berdiri tegak sambil memasang senyum mematikan, menatap dingin ke arah mereka yang membuatnya menjadi seperti itu.
Rambut gadis itu yang berantakan perlahan ia angkat dan ikat satu ke belakang. Memperlihatkan sebagian wajahnya yang selalu ia tutup rapat. Lalu kaca mata yang sudah pecah sebelah ia lempar ke sembarang arah. Gadis itu tersenyum penuh dengan kepastian dan mulai mengusap beberapa luka di wajahnya.
Degh!
"Tidak mungkin! Bagaimana bisa dia... " Aluna menggantungkan kalimatnya saat menatap sebagian wajah asli Bianca yang paripurna, tanpa make up atau olesan lainnya, meskipun wajah itu kini penuh luka namun tetap kecantikan alami nya begitu jelas di depan mata. Semua mata yang melihat nyaris tak berkedip begitu juga Jojo dan Frederick.
Bianca tersenyum ke arah Aluna begitu dingin dengan tatapan mengintimidasi yang sangat mengerikan. Apalagi saat Bianca mulai melangkah mendekat ke arahnya dan berkata.
"Elo masih kalah jauh dari gue, Aluna! Baik sekarang atau pun masa yang akan datang! karena gue Bianca Adlova! tak pernah takut dengan permainan murahan yang sudah lo buat!! ---ELO JUAL! GUE BELI!!---" Desis Bianca menekan telunjuknya pada dada Aluna.
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗