NovelToon NovelToon
MENJADI PELAYAN PANGERAN IBLIS JAHAT

MENJADI PELAYAN PANGERAN IBLIS JAHAT

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kutukan / Romansa
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Laura adalah seorang wanita karir yang menjomblo selama 28 tahun. Laura sungguh lelah dengan kehidupannya yang membosankan. Hingga suatu ketika saat dia sedang lembur, badai menerpa kotanya dan dia harus tewas karena tersengat listrik komputer.

Laura fikir itu adalah mimpi. Namun, ini kenyataan. Jiwanya terlempar pada novel romasa dewasa yang sedang bomming di kantornya. Dia menyadarinya, setelah melihat Antagonis mesum yang merupakan Pangeran Iblis dari novel itu.

"Sialan.... apa yang harus ku lakukan???"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AKU TERTARIK DENGANMU

"Etthan Adler? Dia tangan kanan Ash itu kan? Kenapa dia sangat muda? Ku kira dia orang tua yang sudah berubanan. Tapi, kenapa dia memperkenalkan dirinya padaku? Apa ini adalah scene hidden novel yang belum keluar?" Edith menatap uluran tangan Adler itu.

Dia tidak menyangka jika Karakter lain yang berperan penting dalam perkembangan novel ada di hadapannya dalam wujud pemuda yang usianya tak jauh darinya.

*Usia Adler saat ini adalah 26 tahun (7 tahun lebih tua dari usia Edith, dan 5 tahun lebih tua dari Ash).

"Namaku Edith. Panggil saja sesukamu" Edith tidak menjabat tangan Adler. Dia hanya menepukkan telapak tangannya dengan telapak tangan Adler dengan cepat.

Adler tersenyum sambil melihat telapak tangannya. "Apa kau membenciku?" Tanya Adler menatap Edith.

Meski Adler tidak banyak keluar di Novel itu, Adler adalah satu-satunya sosok yang patut diwaspadai. Sebab, di setiap kali bagian terpenting novel, Adler selalu disebut. "Jika diistilahkan, Adler adalah bayangan yang menutupi semua tindakan yang Ash lakukan. Banyak sekali yang pembaca yang membenci Adler karena dia hanya diam saat Ash melakukan pembantaian dan penculikan Sang Saint"

"Ya. Aku membencimu" Jawab jujur Edith.

Adler bukannya terkejut. Dia tertawa karena itu terdengar lucu. "Astaga, padahal kita baru bertemu hari ini. Kenapa kau bisa membenciku? Aku minta maaf jika sudah banyak menyinggungmu" Ucap Adler.

Sebenarnya, Edith curiga jika Adler meminta maaf itu hanya untuk basa-basi saja.

"Ah, lupakan saja. Kau tidak menemuiku hanya untuk menanyakan namaku saja kan??"

"Tentu saja, di jam kerja bertemu dengan orang lain hanya untuk bertanya nama? Itu tidak mungkin sekali" Batin Edith melihat Adler dari atas ke bawah layaknya dia sedang menilai penampilan Adler.

Adler tertawa karena dia merasa seakan Edith sedang membalas dendam padanya. "Itu benar. Aku hanya ingin dekat denganmu. Tidak masalahkan, jika kita menjadi teman dulu?" Adler kembali berdiri dan mengulurkan tangannya.

Edith merasa semuanya begitu cepat. Dia melangkah mundur. "Apanya yang ingin dekat?" Tanya Edith yang masih kurang mengerti ucapan Adler.

"Aku sedikit tertarik denganmu. Tidak masalahkan, jika kita awali ini sebagai pertemanan terlebih dahulu?" Adler mengulurkan tangannya sekali lagi.

Edith menatap tangan itu. "Teman? Kalau begitu, dia bisa membantuku keluar dari sini. Dia akses emas!" Kedua mata Edith berbinar. Dia mengosok bibirnya yang seakan mengeluarkan liur, padahal tidak.

"Tunggu dulu! Kau tidak punya maksud tertentukan?!" Edith menunjuk dada kiri Adler dan mendorong-dorongnya dengan jari telunjuk.

"Tentu saja ada" Batin Adler.

"Tidak. Memangnya, apa yang bisa ku dapatkan darimu?" Jawab Adler.

Meski menyakitkan hati, ucapan Adler terdengar masuk akal. Mata Edith menyipit. Dia melihat ke kanan dan kiri seperti khawatir jika ada orang yang akan melihatnya.

"Apa yang dia lakukan?" Batin Adler melihat tingkah laku mencurigakan Edith.

Edith mengulurkan jari kelingkingnya. "Berjanjilah padaku" Ucap Edith kepada Adler.

"Berjanji?" Tanya Adler.

Edith mengangguk. "Berjanjilah jika kau akan melindungiku selayaknya temanmu. Jangan pernah menipuku. Aku juga akan berusaha melindungimu sebagai temanku, semampuku!"

Awalnya, Adler mengira itu hanyalah lelucon kekanakan yang Edith buat. Adler mengenggam jari mungil Edith dengan jari kelingkingnya, yang setinggi jari telunjuk Edith. "Ya, aku berjanji" Ucap Adler.

Edith tidak tau jika Adler mendekatinya hanya untuk mengawasinya dan menyelidiki latar belakangnya. Raut wajah Edith menjadi sumringah. Dia terlihat sangat senang. Rasa samar-samar sejuk kembali Adler rasakan dari jarinya yang bersentuhan dengan Edith.

"Baguslah temanku! Meski aku belum benar-benar mempercayaimu, percayalah. Aku tidak memihak siapapun. Aku hanya ingin hidup dengan nyaman di luar sana" Edith melepas jari kelingking Adler.

Adler paham dengan ucapan yang Edith ucapkan. "Sampai jumpa lain waktu. Dan tutup mulutmu! Jangan berkata apapun tentangku! Termasuk! Saat aku bertemu denganmu kemarin!" Edith mengangkat roknya kembali dan dia berlari dengan kencang meninggalkan Adler yang terdiam di tempat.

Adler menatap jari kelingkingnya. Luka di sekitaran telapak tangannya menghilang. "Apa dia seorang penyembuh? Mungkinkah, dia mata-mata dari golongan Saint? Dia tidak memihak salah satu antara Ratu dan Pangeran? Ini jauh berbahaya dari dugaanku" Adler pergi dari tempat itu. Dia mulai menyusun perencanaan penyelidikannya terhadap Edith.

...♤♠︎♤...

Edith merasa senang karena dirinya memiliki seorang teman yang bisa dia harapkan. Meski hanya kemungkinan kecil, setidaknya ada harapan baginya untuk bisa meloloskan diri dari insiden amukan Ash yang tubuhnya dikuasai oleh Iblis.

Waktu makan siang tiba. Edith kembali mengantarkan makanan untuk Ash. Dia dengan sembunyi-sembunyi menganti bubuk sihir itu, dengan campuran garam dan penyedap rasa yang dia taburkan di atas makanan Ash. Edith, berdendang saat mengantarkan makanan itu.

Kali ini, bukan hanya Adler yang memperhatikannya. Crizen saat ini turut mengintai semua hal yang Edith lakukan. Termasuk saat Edith membuang bubuk sihir mahal itu dan menganti isi kantung merah itu dengan garam halus dan penyedap rasa. "Dia tidak sayang nyawa" Batin Crizen yang menyadari jika apa yang Edith lakukan saat ini suatu hari nanti pasti akan diketahui oleh Ratu Benerick.

Sampai di depan pintu kamar Ash. Edith, tidak melihat adanya Adler di sana, dia hanya melihat rekan kerja Adler. "Saya mau mengantar makanan Siang Tuan Muda" Ucap Edith kepada Pengawal itu.

Pengawal itu tidak langsung membiarkan Edith masuk. Dia mengetuk pintu kamar Ash. "Pangeran, makan Siang Anda sudah datang" Ucapnya.

Ash yang baru selesai mandi, melihat ke arah pintu kamarnya. Dia tersenyum. "Biarkan dia masuk" Jawab Ash sambil memakai kemeja miliknya.

Edith masuk setelah mengetuk pintu kamar itu dua kali. Sungguh pemandangan yang cangung bagi Edith. Dia melihat Ash yang telanjang dada meski menggunakan kemejanya yang tak berkancing.

"Tuan Muda, silahkan makan makanan ini sebelum dingin" Edith berusaha terlihat profesional di depan Ash. Namun, Ash tidak menginginkan ke profesionalan itu. Ash mengulurkan handuk kering pada Edith.

Edith menatap Ash tanpa bertanya.

"Tolong keringkan rambutku" Ucap Ash.

Edith sebenarnya agak terkejut mendengarnya. Tapi, baginya tak ada pilihan lain. Dia juga tidak berani menolak.

"Baik Tuan Muda. Tolong duduk dengan nyaman, saya akan mengeringkan rambut Anda" Ucap Edith.

Ash menarik kursi bacanya dan duduk di tempat, menghadap ke arah Edith sambil mendongakkan kepalanya untuk menatap Edith.

Edith menelan ludah. Dia merasa kikuk dan canggung karena tatapan itu. "Tolong menunduk sebentar" Ucap Edith melihat ke arah lain.

Ash menuruti ucapan Edith. Dia menunduk dan melihat sepasang sepatu pantofel cokelat tua yang Edith kenakan. Edith mulai mengeringkan rambut Ash perlahan. Ash menutup matanya, menempelkan kepalanya di pergelangan tangan Edith.

Edith terhenti dia terkejut dengan sikap Ash yang tiba-tiba manja seperti itu. Edith merasa jika rambut Ash sudah kering. Edith masih menahan kepala Ash di pergelangan tangan kanannya. "Tuan Muda, rambut Anda sudah kering" Ucap Edith.

Ash mendonggakkan kepalanya, mata merahnya, berkontak dengan iris hijau Edith. "Hei, apa kamu sudah memiliki pasangan?" Pertanyaan itu, sungguh mengejutkan bagi Edith.

"Eh? Kenapa Anda bertanya seperti itu?" Tanya Edith.

1
Airyn Choi
keren 😍 seru di khayalin. semangat menulis terus..
jeesomoody_
Fun bgt ceritanya, next thor
Pikachu Gosong
semangat buat lanjutinnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!