Zara Nabila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana untuk bisa membiayai kedua orangtuanya yang sedang sakit.
Tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuatnya terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Alfa melajukan mobilnya menembus jalanan yang ramai saat ponselnya berbunyi dengan nyaring.
"Sudah dapat apa yang saya ingin?" Tanya Alfa.
"Sudah tuan. Orangnya sudah ada ditempat biasa beserta buktinya. Tinggal dibawa ke polisi tuan," Ucap seseorang disebrang telpon.
"Bagus, saya kesana." Alfa langsung mematikan sambungan teleponnya dan menghubungi seseorang.
"Halo, bisa bantu saya?" Ucap Alfa.
"Halo, ada apa. Pasti ada penjahat yang kau tangkap kan? Dimana orangnya?" Tanya seseorang disebrang telpon.
"Di tempat biasa. Bawa juga beberapa teman polisimu. Dia tidak sendiri," Ucap Alfa.
"Baiklah. Saya kesana sekarang juga," Ucap seseorang itu yang ternyata seorang polisi yang juga sahabat Alfa.
Alfa terus melajukan mobilnya menjauh dari jalan utama menuju sebuah bangunan tua disebelah hutan jauh dari kota.
Dua jam perjalanan, Alfa sampai ditempat yang dituju. Dia disambut oleh beberapa orang yang berjaga didepan pintu dan membukakan pintu tersebut untuk Alfa. Alfa masuk kedalam bangunan tersebut disambut oleh polis yaitu sahabatnya yang bernama Ridwan dan pengawal lainnya.
Didalam terlihat beberapa orang yang melakukan kecurangan didalam proyek yang sedang Alfa kerjakan. Mereka diikat dengan tali dan ditutup mulutnya dengan kain.
"Bagaimana Roy?" tanya Alfa.
"Semua beres tuan. Bukti sudah saya simpan. Dan mereka sudah mengakuinya," Jawab Roy.
"Bagus. Polisi akan segera datang," Ucap Alfa.
"Kalian salah mencari lawan." Alfa menatap sinis pada orang-orang yang sudah diikat itu.
Beberapa menit kemudian, Ridwan dan beberapa polisi sampai. Mereka langsung membawa orang-orang itu kedalam mobil polisi.
"Terimakasih kerja samanya bro," Ucap Ridwan.
"Kau ini polisi atau apa? Kerjanya cuma bawa penjahat tanpa turun tangan," Ucap Alfa dingin. Ridwan bukan marah tapi tertawa saat mendengar capan Alfa.
"Dalam hal menangkap penjahat begini kan sudah jadi keahlianmu. Ngapain harus susah-susah turun tangan. Iya gak bro." Ridwan menepuk bahu Alfa dan merangkulnya.
"Ini bukti-bukti dari kejahatan mereka pak. Semua ada dalam flashdisk dan berkas ini" Roy menyerahkan beberapa berkas dan flashdisk tersebut kepada polisi.
"Terimakasih bantuannya pak Roy," Ucap salah satu polisi.
"Sama-sama Pak." Jawab Roy.
"Ya sudah, karna urusannya sudah beres, aku pamit dulu ya Al. Kalo butuh apa-apa hubungi aku aja. Aku siap membantu." Ridwan menepuk pundak sahabatnya lalu pergi meninggalkan tempat itu diikuti beberapa mobil polisi lain dibelakangnya.
"Kamu bareng saja Roy, saya malas nyetir," Titah Alfa pada sang asisten.
Roy dan Alfa meninggalkan bangunan itu dengan satu mobil yang dikemudi oleh Roh. Sedangkan Alfa duduk dikursi belakang dengan santai.
Mentari pagi kembali bersinar, menandakan hari sudah berganti. Pagi ini Zahra bangun terlambat, tanpa sarapan ia mandi dan langsung berangkat ke kantor.
Sesampainya dikantor, Zahra langsung menuju ruangan bosnya.
"Untung manusia kutub itu belum dateng" Gumam Zahra yang bernafas lega karna melihat ruangan itu masih kosong bertanda bosnya belum datang.
Dia mulai membersihkan ruangan itu hingga semua sudut. Namun, saat sedang mengelap meja kerja Alfa, Zahra merasa kepalanya begitu pusing. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha tetap kuat berdiri dan membersihkan meja itu. Tapi, rasa lemas dan pusing dikepalanya tidak bisa Zahra tahan. Zahra pun terjatuh dan tak sadarkan diri.
***
Alfa membuka pintu terkejut melihat Zahra yang terkulai lemas tidak sadarkan diri dilantai. Dia mencoba membangunkan Zahra tapi tetap tidak sadar. Dengan sigap, Alfa membopong tubuh Zahra kedalam kamar pribadinya dan memerintahkan Roy untuk menelfon dokter pribadinya.
Alfa duduk ditepi ranjang, menggenggam tangan Zahra dan terus mengecek suhu tubuhnya dengan menempelkan tangannya diatas kening Zahra.
Beberapa saat kemudian Reni dokter pribadi Alfa sampai. Roy mengantarkan dokter Reni menemui Alfa.
"Kau sakit apa Al?" Tanya Reni saat Alfa membukakan pintu kamar tersebut.
"Bukan saya. Tapi gadis itu. Tolong periksa dia dengan baik." Alfa menunjuk seorang gadis yang sedang terbaring diatas ranjang.
"Dia siapa?" Dokter Reni mengerutkan keningnya, dia merasa penasaran dengan gadis yang ada didalam sana.
"Tidak usah banyak tanya. Kerjakan saja tugasmu," Ujar Alfa.
"Oke, aku akan periksa dia. Kalian tunggu diluar saja." Pinta Dokter Reni.
Alfa pun menurut, dia dan asistennya keluar dari kamar itu sedangkan Dokter Reni menghampiri Zahra setelah menutup pintu.
"Jadi ini, gadis pengganti Tiara. Cantik dan manis, dia terlihat lebih polos daripada Tiara" Dokter Reni berkata dengan senyuman manis.
Dokter Reni memeriksa Zahra dengan baik. Setelah selesai, dia membuka pintu dan mempersilahkan Alfa untuk masuk.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Alfa.
"Sedikit buruk. Dia terkena gejala tipes. Mungkin karna terlalu sering telat makan atau bahkan jarang makan. Saya sarankan jaga pola makannya, jangan terlalu sering begadang dan tetap konsumsi makanan yang sehat. O ya, untuk sekarang sebaiknya biarkan dia beristirahat total," Jelas Dokter Reni.
"Baiklah." Jawab Alfa singkat.
"Yaudah kalo gitu saya pergi dulu," Ujar dokter Reni hanya dijawab lambaian tangan oleh Roy.
"Mari dok saya antar." Roy menawarkan diri untuk mengantar dokter Reni.
Dokter Reni menganggukkan kepalanya dan keluar dari ruangan itu.
Alfa mendekati Zahra yang masih terbaring tak sadarkan diri diatas ranjang.
Alfa terus memandangi wajah polos Zahra yang terlihat pucat. Lama sudah Alfa duduk menunggu Zahra sadar dan akhirnya gadis itu membuka matanya.
"Aku dimana?" Tanya Zahra yang masih belum sadar sepenuhnya. Tangannya terus memegangi kepalanya yang masih terasa pusing.
"Di akhirat." Jawab Alfa singkat.
"Ja-adi aku udah mati? Tapi kok ada kasur? Terus kok tuan ada disini?" Zahra yang masih belum sepenuhnya sadar langsung percaya dengan ucapan Alfa.
Alfa tak bergeming dari tempatnya melihat Zahra yang masih saja bingung.
"Tapi ini kaya kam-Tuan bohongin aku?? Ini kan dikamar tuan Alfa." Zahra melihat sekelilingnya baru tersadar bahwa dia sudah dikerjai oleh bosnya itu.
Alfa berniat meninggalkan Zahra dikamar tersebut tapi saat mendengar Zahra mengaduh, Alfa membalikan badannya dan melihat Zahra yang terjatuh.
"Aduh.." Keluh Zahra.
"Jangan sok kuat kalau masih sakit. Istirahat saja disini" Ucap Alfa seraya membantu Zahra kembali berbaring.
"Tapi saya udah sering tidur disini. Kerjaan saya jadi terganggu. Saya gak mau makan gaji buta. Terus saya juga gak mau jadi bahan gosip dikantor ini" Ucap Zahra.
"Ini kantor saya, saya yang menggaji kamu jadi terserah saya mau ngasih perintah apapun ke kamu. Dan siapa yang berani bikin gosip dikantor ini?" Alfa masih terus menatap Zahra, menantikan jawabannya.
"Emm.. Saya cuma merasa takut aja tuan" Ucap Zahra.
"Tidak usah memikirkan omongan orang lain. Istirahatlah."
"Tapi saya nggak dipecat kan tuan?" tanya Zahra cemas.
"Kamu saya pecat karna kamu sudah terlambat, saya sudah bilang jangan pernah mengulanginya lagi Zahra," ucap Alfa dingin.
"Maafin saya tuan, tapi saya mohon jangan pecat saya," ucap Zahra memohon.
"Saya pecat kamu bekerja disini, tapi kerja dirumah saya kamu tidak saya pecat, dan satu lagi kamu istirahatlah." setelah mengatakan itu Alfa kemudian pergi meninggalkan Zahra.
Zahara tersenyum senang, karna tidak jadi dipecat dan ditambah mendapatkan perhatian dari bosnya, enntah itu hanya perasaan dia yang terlalu percaya diri atau memang benar bosnya memberikan perhatian yang lebih. Terlintas bayangan Alfa yang cemas saat dia terjatuh tadi.
"Tidak, tidak, sadar Zahra sadar. Dia gak mungkin suka sama kamu. Kamu itu harus sadar diri." Zahra menggelengkan kepalanya, membuyarkan segala dugaan yang menurutnya tidak mungkin terjadi. Zahra sadar dia siapa. Tidak mungkin seorang Alfa memilih Zahra. Zahra terus menepis segala kemungkinan yang tidak mungkin dia gapai. Zahra pun mencoba untuk tidur, setelah sebelumnya Alfa mengirimkan makanan untuk dimakan.
semoga cepet sadar de alfa kalo dia suka sama zahra...