Menceritakan Perjuangan Lisa dan teman-temannya untuk meruntuhkan kekuasaan para penghuni atas yang telah berkuasa terlalu lama, dengan usaha dan kerja keras mereka akankah mereka berhasil atau tidak dalam melawan para penghuni atas atau justru kalah dan hancur tanpa harapan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XoXo18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 7 ( Game Over )
•
•
•
•
"Hei, Lis!" seru Rose setelah melihat kondisi SinB.
Lisa menjawabnya dengan
anggukan, seakan mengerti apa yang dimaksud Rose. Mereka berdua segera menerkam SinB. Membawanya menjauh dari Ruka yang kondisinya memang terluka.
"Oi oi Mbih! Sadar!" ujar Lisa sambil menampari pipi kanan dan kiri SinB.
"SIINNNBBB!!!!" teriak Rose dengan suaranya yang menggelegar bagai guruh badai yang nampaknya tamparan Lisa tidak menyadarkan keadaan SinB.
Mendengar teriakan Rose, akhirnya SinB mulai tersadar. Tatapan matanya yang kosong dan dingin, kini mulai berubah.
"Ada apa?" tanyanya santai.
"Ada apa, ada apa. Kamu bikin panik aja!" ujar Lisa.
"Oke! Wasit. Waktunya udah habis kan?" tanya Rose.
Wasit yang sedari tadi menikmati pertunjukan mereka tanpa memeriksa sudah berapa lama waktu berjalan. akhirnya tersadar dan memeriksa jam hitam yang berada di tangan kirinya.
"Ah, iya. Lupa!" ujar wasit itu panik.
PRIITT!!!
Akhirnya peluit game pertama berakhir. Penonton yang sedari tadi menikmati di tepi lapangan tanpa sadar mulai menepukkan tangan mereka. Layaknya pertunjukan yang telah memuaskan para pelanggannya, game mereka disambut dengan riuh tepuk tangan.
"Chiquita, Rora, bawa Ruka ke klinik. Cari yang namanya Eunha." Ujar Lisa.
"Ahyeon, Haram, temani mereka." Ujar Rose.
Sementara itu, SinB, Lisa dan Rose berjalan meninggalkan lapangan. Masih diiringi dengan tepuk tangan layaknya seorang pahlawan.
"Oi, Mbih. Cerita. Tadi kenapa?" tanya Rose.
"Biasanya sih kalo gini, SinB ini overexcited" ujar Lisa.
"Mungkin. Soalnya begitu Ruka nyerang Aku, rasanya jantungku berdegup kencang. Kayak yang lagi balapan. Terus, yah... plos." Jelas SinB.
"Ah kamu ini Mbih. Untungnya tadi itu masih tahap 1." Ujar Lisa khawatir.
"Lain kali kalo mau gini, jangan terlalu keras. Ntar susah ngobatinnya. Yang ada ntar malah kena sembur Eunha. Soalnya dia kerepotan ngobatinnya." Tambah Rose.
"Iya, iya. Tapi beneran loh, Ruka ini punya potensi buat berubah jadi putih." Tambah SinB.
"Yah, Haram ama Ahyeon juga tadi keliatan perkembangannya. Dalam 15 menit, aura hijau mereka mulai sedikit berubah." Ujar Rose.
"Rora juga kayak gitu. Meski dia kalem, tapi waktu berhadapan tadi, wih tekanannya itu loh. Setingkat sama yang hitam." Tambah Lisa.
"Hmm... Kalo Chiquita?" tanya SinB.
"Dia yang menarik. Sewaktu dia mukul mundur Aku, Aku liat auranya berubah jadi hitam. Tapi kemudian balik lagi jadi warna biru." Jawab Lisa.
"Nanti harus diuji lagi nih mereka berlima. Bareng sama Irene, Jisoo dan Eunha." Ujar Rose.
Sementara itu, Ruka masih dalam perjalan menuju klinik. Ditemani Chiquita, Rora, Haram dan Ahyeon.
"Kok bisa gini?" tanya Chiquita memecah kesunyian mereka yang sedari tadi berjalan tanpa dialog sepatah kata pun.
"Iya. Perasaan Kak SinB itu gak terlalu kuat deh. Tapi ampe bisa bikin kamu terpental jauh kayak tadi, kayaknya ada yang disembunyiin deh. Kekuatannya." Tambah Rora.
"Bukan hanya Kak SinB, tapi Kak Lisa dan Kak Rose juga." Tambah Haram.
"Kalian sadar ga, kalo sebenernya mereka itu gak serius ngadepin kita tadi. Malah mungkin gak 10% dari kemampuan mereka dipake." Tambah Ahyeon.
Sepanjang jalan menuju klinik. mereka memperkirakan kemampuan pembimbing-pembimbing mereka yang sebenarnya. Mulai dari Lisa dan Rose yang kecepatannya melebihi angin dan SinB yang kekuatannya melebihi Hulk. Khayalan-khayalan liar mulai beterbangan di pikiran mereka setelah mereka menghadapi 3 pembimbing mereka meski Ruka tidak ikut serta dalam perbincangan seru mereka hingga akhirnya sampai juga mereka di klinik.
Tampilan luar yang tidak berbeda jauh dengan klinik-klinik kampus pada umumnya. Tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Namun yang unik disini tersedia kasur berjalan bagi pasien dan begitu mereka masuk, mereka disambut oleh penjaga semacam resepsionis dengan senyuman yang manis.
"Siapa yang sakit?" tanya resepsionis itu halus setelah melihat keadaan mereka berlima yang sedikit berantakan.
"Anak ini." Tunjuk Chiquita.
"Ooh, silahkan masuk ke ruang pemeriksaan." Ujar resepsionis itu.
"Emm... Kak, kami disuruh langsung ketemu dengan orang yang bernama Eunha."
Mendengar hal tersebut, resepsionis itu langsung terdiam beberapa detik.
"Hm? Apa atas permintaan dari Nona Lisa?" tanya sang resepsionis.
"Nona? Iya." Jawab mereka berlima kompak. Kecuali Ruka yang sedari tadi terdiam. Mungkin menyesali kekalahan dirinya atas SinB yang notabene aura mereka sama. Hitam.
Dengan sigap, resepsionis tersebut mengangkat gagang telepon yang berada di atas meja kerjanya dan menekan tombol 001 dimana nada deringnya terdengar dari balik ruangan yang berada di belakang meja resepsionis.
"Eunha, ada yang perlu diobati. Mereka dari Lisa." Ujar resepsionis itu kepada lawan bicaranya di telepon.
Tidak lama setelah resepsionis menutup teleponnya, pintu yang terletak beberapa meter di belakang meja resepsionis terbuka. Pintu yang membatasi antara loby dengan ruangan yang bertuliskan "Hanya yang berkepentingan dan yang sangat darurat yang boleh masuk" di atas pintunya. Dari balik pintu tersebut, muncul seorang gadis berpakaian layaknya dokter. Berperawakan tidak terlalu tinggi, seksi, ia melangkah cepat namun masih terlihat anggun. Wajahnya yang cantik dan tubuh yang tidak terlalu tinggi , membuatnya terlihat manis.
"Diantara kalian, mana yang perlu perawatanku?" tanya gadis tersebut
kepada 5 maba yang berada di
depannya dimana rupanya ialah yang bernama Eunha.
"Dia." Tunjuk mereka serentak. Layaknya Rose yang memiliki aura yang membuat mabanya menjawab secara serentak, Eunha pun sepertinya memiliki aura tersebut.
"Ah, pasti SinB." Ujar Eunha setelah melihat keadaan Ruka.
"Makannya, jangan macem-macem deh ama SinB. Masih untung cuman segini. Yuk ikut Aku. Kalian tunggu disini aja." Ujar Eunha.
•
•
•
•
•