Kematian kakak Debora, Riska, sungguh membuat semua keluarga sangat berduka.
Riska, meninggal saat melahirkan anak pertamanya. Tubuhnya yang lemah, membuat dia tidak bisa bertahan.
Karena keadaan, semua keluarga menginginkan Debora, menggantikan
posisi kakaknya yang sudah meninggal, menjadi istri kakak iparnya.
Debora terpaksa menerima pernikahan itu, karena keponakannya yang masih bayi, perlu seorang Ibu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11.
Victor mengambil tas koper Debora, yang tadi dia lemparkan ke atas tempat tidur, dan membawanya kembali ke dalam walk in closet.
"Kembalikan koperku!" sahut Debora mengejar Victor, yang membawa tas kopernya ke dalam walk in closet.
Victor tidak mendengarkan sahutan Debora, pria itu terus saja berjalan masuk ke dalam walk in closet.
Debora yang keras kepala, sejak mendengar teriakan Victor yang begitu membencinya, karena dia gadis ingusan, yang tidak pantas menjadi Ibu dari putra pria itu.
Akan menunjukkan sisi dirinya yang telah di salah pahami kakak iparnya itu, dia akan membuat kakak iparnya itu, semakin membencinya.
Dan kemudian pernikahan konyol ini bubar, lalu dia bisa kembali ke kota kecil, tempat tinggalnya yang nyaman.
Dia tidak mau di tindas, dan dia bukan gadis bodoh yang di pikir kakak iparnya, bisa seenaknya saja di abaikan, dan tidak di anggap.
Kakak iparnya itu, tidak tahu, kalau dia juga sebenarnya tidak menyukai pernikahan ini, masa mudanya yang sedang di nikmatinya, seketika lenyap dengan adanya pernikahan ini.
"Kembalikan!" teriak Debora semakin kencang, melihat tas itu di seret ke dalam walk in closet.
Victor membuka tas tersebut, setelah berada di dalam walk in closet.
Lalu memasukkan kembali pakaian Debora tersebut, kedalam lemari pakaian.
Debora hanya bisa memandang Victor memasukkan kembali pakaiannya.
"Jangan kekanakan kamu Debora, kamu sekarang harus tahu posisimu!" ujar Victor mengingatkan Debora.
"Apa? posisi?" mata Debora terbelalak mendengar apa yang di katakan kakak iparnya itu,
Dia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap kakak iparnya itu, siapa sebenarnya di sini yang kekanakan.
"Kenapa? apa kamu sudah lupa posisimu?" tanya Victor memandang tajam Debora.
"Aku tidak memiliki posisi apa pun di sini, posisi yang sebenarnya di Mansion ini adalah kak Riska, kita sama-sama tidak menginginkan pernikahan ini, jangan ingatkan aku tentang posisiku, aku seorang gadis yang masih labil, yang hanya seorang pengasuh untuk keponakanku!" sahut Debora untuk mengingatkan juga kepada Victor, mengenai hubungan yang mereka perankan sekarang.
Victor terdiam di tempatnya memandang Debora dengan tajam, dia tidak bisa berkata-kata lagi.
Debora juga memandang Victor dengan tajam, dia akan membantah setiap perkataan Victor, agar pria itu secepatnya, membuat keputusan untuk memohon kepada orang tua mereka, agar mereka secepatnya berpisah.
Tok! tok! tok!
Terdengar suara ketukan di pintu kamar, kemudian pintu kamar perlahan terbuka.
"Tuan, Tuan Besar dan Nyonya Besar datang!" seorang pelayan muncul dari balik pintu kamar tersebut.
Setelah menyampaikan kedatangan ke dua orang tua Victor, pelayan itu kembali menutup pintu kamar.
"Ayo!" sahut Victor kepada Debora, lalu membuka pintu kamar lebar-lebar, agar Debora lebih dulu keluar.
Setelah itu Victor menutup pintu kamar, dan mengikuti langkah Debora menuju tangga.
Saat menuruni tangga, tangan Victor merangkul bahu Debora.
Sontak Debora menjauh, menghindari rangkulan tangan Victor tersebut.
"Mau apa? jangan pegang-pegang aku!" sahut Debora galak.
"Papa dan Mama datang, kita harus menunjukkan kepada mereka, kalau kita akrab!" kata Victor menjelaskan, kenapa dia berniat merangkul Debora.
"Tidak mau! dasar munafik! buat apa berbohong, tunjukkan saja apa yang semestinya!" ujar Debora masih dengan sikap galaknya.
Gadis itu kemudian menuruni tangga dengan cepat, tangannya masih menggendong Arthur.
Victor yang di tinggal Debora di belakang, hanya bisa melihat punggung gadis itu menuruni tangga.
Bersambung....