Arya Perkasa seorang teknisi senior berusia 50 tahun, kembali ke masa lalu oleh sebuah blackhole misterius. Namun masa lalu yang di nanti berbeda dari masa lalu yang dia ingat. keluarga nya menjadi sangat kaya dan tidak lagi miskin seperti kehidupan sebelum nya, meskipun demikian karena trauma kemiskinan di masa lalu Arya lebih bertekad untuk membuat keluarga menjadi keluarga terkaya di dunia seperti keluarga Rockefeller dan Rothschild.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chuis Al-katiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Berkunjung ke Kantor Pusat Perusahaan dan Laporan Keuangan Tahun 1983
Bab 7: Berkunjung ke Kantor Pusat Perusahaan dan Laporan Keuangan Tahun 1983
Pagi itu, cuaca di Sekayu sangat cerah. Matahari bersinar lembut, menembus dedaunan pohon besar di sepanjang jalan menuju pusat kota. Arya duduk di dalam mobil bersama Sulastri dan Brata, merasa antusias dengan perjalanan hari itu. Tujuan mereka adalah Perkasa Building, gedung tertinggi di kota Sekayu, yang juga menjadi simbol kejayaan keluarga mereka.
Saat mobil mendekati gedung kaca berlantai 15 itu, Arya memandangnya dengan kagum. Dalam kehidupan sebelumnya, ia tidak pernah membayangkan Sekayu bisa memiliki gedung semegah ini, apalagi gedung ini milik keluarganya sendiri.
“Ini kantor pusat Perkasa Group?” Arya bertanya, matanya masih terpaku pada gedung tersebut.
Sulastri tersenyum, bangga melihat reaksi putranya. “Benar, Arya. Semua bisnis keluarga kita dikelola dari sini.”
“Gedung ini terlihat seperti milik perusahaan internasional,” gumam Arya, lebih kepada dirinya sendiri.
“Dan itulah tujuannya,” ujar Brata sambil melirik kaca spion ke arah Arya. “Meski kita berasal dari kota kecil, keluarga kita harus memiliki visi besar.”
Saat mobil berhenti di depan lobi, seorang petugas membukakan pintu untuk mereka. Sulastri menggandeng Amanda yang sibuk dengan boneka kecilnya, sementara Arya mengikuti dari belakang. Lobi gedung itu terlihat mewah, dengan lantai marmer putih berkilauan, chandelier besar yang menggantung di tengah ruangan, dan dinding yang dihiasi dengan peta lokasi usaha Perkasa Group.
“Selamat datang, Bu Sulastri,” sapa seorang wanita muda yang berdiri di belakang meja resepsionis. “Rapat manajemen sudah siap.”
Sulastri mengangguk. “Terima kasih, Ratna. Saya ingin memperkenalkan Arya dulu kepada semua tim.”
Arya merasa sedikit gugup tapi juga penasaran. Ini adalah kesempatan pertamanya untuk benar-benar memahami skala besar bisnis keluarganya.
***
Lift membawa mereka ke lantai 15, tempat ruang rapat utama berada. Arya terkesan dengan efisiensi dan modernitas kantor itu. Dindingnya dihiasi dengan foto-foto perkebunan, peternakan, dan pabrik milik keluarga mereka. Sesampainya di ruang rapat, Arya melihat sekitar sepuluh orang sudah menunggu.
“Ini Arya, putra saya,” kata Sulastri sambil memperkenalkan Arya kepada semua orang di ruangan. “Saya ingin Arya mengenal kalian semua hari ini.”
Satu per satu, para direktur berdiri memperkenalkan diri:
Haris, CEO Perkasa Agro, adalah pria paruh baya dengan wajah serius namun ramah. Ia berbicara tentang tantangan dan keberhasilan mengelola lebih dari 100.000 hektar lahan.
Nirmala, CEO Perkasa Livestock, adalah wanita berusia 40-an dengan sikap tegas. Ia menjelaskan bagaimana peternakan keluarga mereka telah menjadi contoh sukses di Asia Tenggara.
Surya, CEO Perkasa Processing, tampak santai namun cerdas. Ia membahas strategi diversifikasi produk olahan mereka.
Rudi, CEO Perkasa Logistics, adalah pria tinggi dengan suara bariton. Ia menjelaskan pentingnya logistik dalam memastikan semua produk sampai tepat waktu.
Herman, CEO Perkasa Energy, memiliki latar belakang di bidang tambang. Ia menjelaskan tentang tambang batu bara dan sumur minyak keluarga mereka.
Arya mendengarkan dengan seksama, mencoba mengingat semua informasi yang diberikan. Namun, yang membuatnya terkesan bukan hanya para CEO, tetapi juga beberapa orang kepercayaan Sulastri yang hadir di ruangan.
***
Sulastri memperkenalkan tiga asisten kepercayaannya, yang ternyata memiliki peran penting dalam menjalankan perusahaan sehari-hari:
Ratna, kepala operasional kantor pusat. Wanita muda ini memiliki kemampuan manajemen yang luar biasa dan menjadi jembatan komunikasi antara Sulastri dan tim manajemen.
Harisman, pengacara internal perusahaan yang selalu memastikan semua dokumen hukum dan kontrak dalam kondisi aman.
Yudi, kepala divisi keuangan yang bertanggung jawab menyusun laporan keuangan grup.
Arya merasa kagum melihat bagaimana ibunya dikelilingi oleh tim yang sangat kompeten. “Jadi, kalian semua yang membantu Ibu menjalankan perusahaan ini?” tanyanya.
Ratna tersenyum. “Benar, dek Arya. Tapi Bu Sulastri adalah otak dari semua ini. Kami hanya memastikan ide-ide beliau terlaksana.”
***
Setelah sesi perkenalan selesai, Sulastri meminta Arya untuk duduk bersama para direktur. Ia ingin putranya memahami lebih dalam tentang setiap anak perusahaan.
“Pak Haris, tolong jelaskan kepada Arya tentang Perkasa Agro,” kata Sulastri.
Haris mengangguk dan mulai menjelaskan. “Perkasa Agro adalah tulang punggung bisnis kita. Dengan luas lahan 99.000 hektar, kami memproduksi karet, sawit, kopi, dan kayu dari HTI. Sebagian besar hasil produksi diolah di pabrik kita sendiri.”
Arya bertanya, “Apa tantangan terbesar dalam mengelola perkebunan sebesar itu?”
“Tantangan terbesar adalah efisiensi,” jawab Haris. “Kami harus memastikan produktivitas lahan tetap tinggi tanpa merusak lingkungan.”
Selanjutnya, giliran Nirmala yang menjelaskan tentang Perkasa Livestock. Ia berbicara tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan hewan dan memastikan siklus produksi tetap lancar.
“Peternakan kami menghasilkan pendapatan terbesar tahun lalu,” kata Nirmala. “Tapi keberhasilan itu tidak datang dengan mudah. Kami harus memastikan semua proses berjalan sesuai standar internasional.”
Arya terus mendengarkan penjelasan dari setiap direktur. Ia merasa bahwa kunjungan ini memberinya wawasan baru tentang bagaimana bisnis besar dikelola.
***
Setelah sesi diskusi dengan para direktur selesai, Sulastri meminta Yudi, kepala divisi keuangan, untuk mempersiapkan laporan keuangan tahun 1983.
“Arya, saya ingin kamu mempelajari laporan ini dengan serius,” kata Sulastri. “Ini adalah gambaran bagaimana perusahaan kita beroperasi.”
“Baik, Bu,” jawab Arya, merasa semakin tertarik.
Laporan keuangan ini akan menjadi bagian penting dari diskusi mereka setelah makan siang.
***
Setelah makan siang di ruang khusus tamu, Arya kembali ke ruang rapat bersama ibunya. Yudi, kepala divisi keuangan, sudah menyiapkan laporan lengkap tentang pendapatan, pengeluaran, dan keuntungan Perkasa Group untuk tahun 1983. Sebuah proyektor menampilkan angka-angka besar di layar, sementara Yudi berdiri di depan ruangan.
“Pak Arya, laporan ini menunjukkan bagaimana setiap anak perusahaan berkontribusi terhadap total pendapatan grup,” kata Yudi sambil membuka presentasinya.
Arya duduk di sebelah Sulastri, siap menyimak setiap detail.
***
Pendapatan Perkasa Agro
Yudi memulai dengan Perkasa Agro, menjelaskan setiap komponen pendapatan dari perkebunan:
Karet:
Produksi: 62.100 ton
Pendapatan: Rp 186,3 miliar
Sawit:
Produksi: 552.000 ton TBS
Pendapatan: Rp 138 miliar
Kopi:
Produksi: 4.000 ton
Pendapatan: Rp 10 miliar
HTI:
Produksi: 450.000 m³ kayu
Pendapatan: Rp 90 miliar
Inti-Plasma:
Pendapatan: Rp 25,75 miliar
Total Pendapatan Perkasa Agro: Rp 450,05 miliar.
“Pendapatan Perkasa Agro cukup stabil,” kata Yudi. “Namun, biaya operasional yang besar, terutama di perkebunan inti-plasma, sedikit menekan keuntungan bersih.”
Arya mencatat poin itu, mencoba memahami strategi pengelolaan lahan yang luas.
---
Pendapatan Perkasa Livestock
Berikutnya, Yudi membahas Perkasa Livestock.
“Ini adalah anak perusahaan yang memberikan kontribusi terbesar pada keuntungan grup,” jelasnya.
Sapi:
Populasi: 50.000 ekor
Pendapatan: Rp 1,2 triliun
Kambing:
Populasi: 100.000 ekor
Pendapatan: Rp 600 miliar
Ayam Pedaging:
Populasi: 1.500.000 ekor
Pendapatan: Rp 225 miliar
Total Pendapatan Perkasa Livestock: Rp 2,025 triliun.
Arya mengangguk. “Angka ini sangat besar. Tapi apakah ada risiko tinggi dalam bisnis peternakan?”
Nirmala, CEO Perkasa Livestock, menjawab. “Ada, terutama penyakit hewan. Tapi kami memiliki tim kesehatan hewan yang selalu siaga.”
---
Pendapatan Perkasa Processing
Selanjutnya, Yudi menjelaskan tentang Perkasa Processing, yang fokus pada pengolahan hasil pertanian dan peternakan.
CPO: Rp 49,7 miliar
Lateks: Rp 49,7 miliar
Pakan Ternak: Rp 5 miliar
Daging: Rp 10 miliar
Pupuk Organik: Rp 600 juta
Total Pendapatan Perkasa Processing: Rp 115 miliar.
Arya bertanya, “Bagaimana kita bisa meningkatkan pendapatan dari sektor ini?”
Surya, CEO Perkasa Processing, menjawab. “Kami sedang mengeksplorasi produk turunan baru dari CPO dan lateks, seperti biodiesel dan bahan kimia untuk industri.”
---
Pendapatan Perkasa Logistics
“Logistik adalah tulang punggung yang mendukung semua anak perusahaan,” kata Yudi.
Truk: Rp 180 miliar
Bus: Rp 3 miliar
Alat Berat: Rp 2,1 miliar
Total Pendapatan Perkasa Logistics: Rp 185,1 miliar.
Rudi, CEO Perkasa Logistics, menambahkan, “Kami berencana menambah armada truk untuk mendukung ekspansi ke wilayah baru.”
---
Pendapatan Perkasa Energy
Terakhir, Yudi membahas Perkasa Energy, yang mengelola tambang batu bara dan sumur minyak.
Batu Bara: Rp 70 miliar
Sumur Minyak: Rp 43,8 miliar
Total Pendapatan Perkasa Energy: Rp 113,8 miliar.
“Produksi batu bara masih kecil dibandingkan cadangan yang ada,” kata Herman, CEO Perkasa Energy. “Kami sedang mencari mitra strategis untuk meningkatkan produksi.”
***
Yudi menyimpulkan laporan dengan angka besar:
Total Pendapatan Grup: Rp 2,888,95 triliun
Total Pengeluaran: Rp 955 miliar
Total Keuntungan: Rp 1,933,95 triliun
Arya merasa kagum melihat skala besar bisnis keluarga mereka. Namun, ia juga menyadari bahwa tantangan besar menanti di masa depan.
Sulastri memandang Arya dengan serius. “Arya, ini semua adalah hasil kerja keras banyak orang. Tapi ingat, kekayaan bukanlah tujuan akhir. Yang penting adalah bagaimana kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain.”
Arya mengangguk. Ia tahu bahwa tugasnya bukan hanya melanjutkan apa yang sudah ada, tetapi juga membawa Perkasa Group ke tingkat yang lebih tinggi.
***
Setelah rapat selesai, Sulastri memanggil Arya ke ruangannya. Di sana, ia menyerahkan sebuah dokumen kecil.
“Arya, sejak 1976, Ibu sudah menyisihkan 5% keuntungan tahunan untuk modalmu di masa depan,” kata Sulastri.
Arya terkejut. “Kenapa Ibu melakukan ini?”
Sulastri tersenyum. “Karena kamu adalah masa depan keluarga ini. Suatu hari, kamu akan memimpin dan membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik. Modal ini adalah langkah pertamamu.”
Arya merasa haru. Ia bertekad untuk membuktikan bahwa ia pantas menerima kepercayaan ini.
Note: Tolong bantu komen, like dan share. agar author lebih semangat bercerita.
Terima kasih
kopi mana kopi....lanjuuuuttt kaaan Thor.....hahahahhaa