Menceritakan seorang pemuda kampung yang bernama Daniel yang pergi ke kota untuk mengejar cita citanya menjadi seorang penyanyi solo di audisi pencari bakat, dan saat dia menemukan tempat tinggal barunya dia memiliki seorang tetangga wanita yang sangat bar bar, dikarenakan ruangan mereka hanya terhalang oleh dinding sangat tipis mereka seakan terganggu oleh kegiatan mereka masing masing, mereka pun mulai menganggu satu sama lain. seiring berjalannya waktu mereka pun mulai akrab dan timbul rasa nyaman di keduanya, walaupun tanpa mengetahui nama dan wajah satu sama lain mereka mencoba untuk menjalani hubungan yang cukup unik diantara mereka berdua, bagaimana ceritanya Yuk coba ikuti semoga Kalian suka ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 keputusan Daniel
" kapan kamu kembali ke kota danile?" Tanya bela pada Daniel, sekarang mereka sedang mengobrol bersama di sebuah saung bambu yang sering mereka datangi saat di kampung.
" Entahlah mungkin setelah kondisi ibu yang sudah benar benar pulih" jawab danile yang sedang menatap hamparan sawah berwarna hijau.
" Udara pagi hari ternyata sangat segar ya" ujar bela yang menghirup udara segar
" Iya memang udara di kampung sangat beda dengan udara di kota" jawab danile
" Oh iya danile semalam kamu mau bilang apa?" Tanya bela tiba tiba
" Tidak ada apa apa kok" jawab Daniel
Sebenarnya danile ingin membicarakan Soal perjodohan yang di bicarakan oleh ayahnya bela, dan danile ingin sekali membicarakannya dengan bela jika dia merasa belum siap tetapi seakan dirinya tidak mampu untuk membicarakannya..
Kembali ke saat pembicaraan dengan ayah bela.
" Danile ada yang ingin om bicarakan padamu" ujar Budi
" Sepertinya ada hal penting yang ingin om bicarakan" jawab danile
" Benar danile ini adalah amanah dari ayahmu dulu" ujar Budi yang sukses membuat danile menjadi penasaran.
" Amanah dari ayah" gumam danile
" Dulu ibumu dan ayahmu adalah sahabat om dan tantemu, kami ber empat adalah sahabat baik dari masa SMP sampai lulus kuliah, disaat kami sudah menikah kami memiliki keinginan untuk menjodohkan anak kami satu sama lain, dan saat terakhir ayahmu juga berpesan agar perjodohan ini akan terus berlanjut, dia berkeinginan keluarga kita akan terus terikat satu sama lain danile" ujar Budi panjang lebar.
Kembali ke sekarang, danile terus terpikirkan oleh perkataan ayahnya bela itu, jika dia beneran menikah dengan bela, bagaimana dengan Amanda, saat ini dia benar benar sudah memiliki perasaan dengan wanita bar bar itu.
" Sepertinya aku harus bilang pada ibu, jika aku sudah memiliki wanita lain agar pernikahan ini tidak terjadi" gumam danile dalam hati, ia bertekad akan memperjuangkan cintanya untuk Amanda.
" Hey danile" ujar bela yang melihat danile yang sedang termenung
Danile pun terkejut dengan suara bela yang mengagetkannya.
" Eh iya bela ada apa" ujar danile
" Kamu ini kenapa danile, apa ada hal membuatmu terganggu?" Tanya bela
" Tidak ada kok, oh iya kita jalan keliling kampung lagi yuk, kita habiskan waktu buat keliling, soalnya kalo kita sudah kembali ke kota akan lama kembali kesini" ajak danile yang langsung beranjak dari sana
Sedangkan bela hanya menatap punggung danile, dia tahu pasti danile sedang memikirkan percakapan mereka tadi malam, sebenarnya bela mendengar percakapan danile dan ayahnya itu.
" Mungkin kamu masih ragu danile, tapi aku tidak akan menyerah untuk bisa mendapatkan hatimu kembali" gumam bela yang mengikuti langkah danile..
" Huh capeknya" ujar Amanda yang merebahkan tubuhnya di atas kasur miliknya.
" Danile sedang apa ya" gumam bela yang melihat langit langit kamarnya.
Entah kenapa makin kesini makin sering merasakan rindu dengan wajah pacar pertamanya itu, tanpa ia sadari rasa cintanya pada danile sudah semakin tumbuh.
" Apa aku kenalkan aja danile pada ibu, agar ibu menyerah untuk menjodohkan aku" ujar Amanda yang berfikir bahwa jika ia membawa Daniel dan memperkenalkan pada ibunya, dia akan terbebas dari perjodohan sang ibu.
Disaat ia sedang rebahan ponselnya berdering menandakan ada seseorang yang menelponnya.
Diapun langsung mengambil ponselnya di dalam tas miliknya.
" Devon? Ngapain orang itu menelpon aku?" Gumam Amanda yang heran
" Ada apa kau menelponku?" Tanya Amanda dengan the to point dengan nada yang cukup dingin
" Jangan dingin seperti itu, nanti kamu bakalan jatuh cinta lo sama gue" ujar Devon dengan tertawa kecil
Sedangkan Amanda hanya mengerutkan dahinya bingung dengan ucapan Devon barusan.
" Apa maksudmu?" Tanya Amanda
" Tidak ada maksud apa apa aku hanya ingin bilang, selamat malam" ujar devon tersenyum dan dia langsung mematikan teleponnya.
" Gak jelas banget ni orang" ujar Amanda yang menatap ponselnya itu.
Dan diapun langsung melemparkan ponselnya ke sembarang kasur miliknya, dia tidak memikirkan sikap Devon yang sangat aneh sekarang.
" Mandi dulu deh, rasanya lengket banget badanku" ujar Amanda yang langsung pergi ke kamar mandinya.
" Mah mamah yakin ingin menjodohkan Amanda?" Tanya Susi pada Gisel ibunya
" Ya mamah sih rencananya begitu" jawab Gisel
Kini mereka berdua sedang duduk di rumah tv sambil memakan cemilan yang mereka beli saat di mall tadi siang.
" Jangan terlalu menekan Amanda mah, mamah tau kan gimana sikap Amanda yang keras kepala, dia bisa pergi lagi dari rumah" ujar Susi
" Iya mamah tahu mangkanya mamah tidak terlalu memaksa adikmu" ujar Gisel
" Begitukah" ujar Susi yang kembali memakan cemilannya.
" Apakah adikmu sudah memiliki pacar?" Tanya Gisel tiba tiba
Amanda yang mendengar pun sontak terkejut, dia terbatuk-batuk akibat ucapan mamahnya itu.
" Jadi benar Amanda sudah memiliki pacar?" Tanya Gisel dikarenakan dia melihat tingkah susi yang sepertinya menyembunyikan sesuatu.
Susi yang sedang di cecar oleh pertanyaan sang mamah hanya terdiam membisu, ia tidak tahu harus melakukan apa untuk menjawab pertanyaan ibunya itu, sedangkan dia sudah berjanji kepada Amanda dia tidak boleh memberitahukan pada ibunya jika Amanda memiliki seorang pacar.
" Mamah tanya langsung aja ke orangnya ya" ujar Susi yang hendak bangun dari sofa itu berniat untuk kabur
Tetapi Lengannya langsung di tarik oleh sang ibu.
" Mau kabur kemana?, ayo jawab pertanyaan mamah dulu" ujar Gisel tersenyum
Susi hanya terdiam dihatinya iya merutuki kebodohan adiknya yang tidak jujur kepada ibunya.
Disaat Susi yang sedang terpojok oleh pertanyaan ibunya, kedatangan Amanda pun seperti angin segar yang menyelamatkan dirinya di dalam udara yang cukup pengap pikir susi.
" Mamah sama kak susi lagi ngapain?" Tanya Amanda yang langsung duduk di kursi sofa di depan mereka.
" Akhirnya" gumam Susi lega dalam hatinya.
" Sayang mamah ingin kamu jawab dengan jujur" ujar Gisel yang menatap wajah Amanda
" Maksud mamah?" Tanya gisel yang bingung kenapa mamahnya tiba tiba berbicara seperti itu.
" Jawab mamah, apakah kamu sudah memiliki pacar?" Tanya Gisel yang sedang meminta jawab kepada Amanda
Sedangkan Amanda yang sedang memakan cemilan seketika menoleh ke arah Susi sang Kaka, tetapi Susi langsung memalingkan wajahnya dia tidak berani menatap wajah sang adik.
" Apakah kak susi yang bilang?" Tanya Amanda pada ibunya
" Kakamu tidak bilang apapun, ibu dari tadi tidak mendapatkan jawaban apapun dari kakakmu" ujar Gisel dengan kesal.
" Jadi ibu Tau darimana jika aku memiliki pacar?" Tanya Amanda
" Sayang seorang ibu pasti bakalan tahu jika anaknya yang sedang berbohong, dikarenakan sang ibu sangat peka terhadap ekspresi dan tingkah anaknya, jadi ibu tahu kalian sedang menyembunyikan sesuatu pada ibu" ujar gisel yang sukses membuat kedua putrinya itu terdiam membisu.
" Sayang apakah kamu lupa, kamu akan mulai menuruti semua perkataan ibu jika ibu tidak menikah kan, jadi sekarang ibu ingin kamu melakukan apa yang kamu ucapkan" ujar Gisel.
Sedangkan Amanda hanya tertunduk diam, dia mengingat saat dia bilang jika ibunya membatalkan pernikahannya, ia akan berubah menjadi anak yang akan menuruti semua perkataan ibunya itu, dan dia pun mau tidak mau harus melakukan sesuai ucapannya sendiri.
" Iya Bu aku sudah memiliki pacar" jawab Amanda jujur
" Seperti apa orangnya? Dan bagaimana kalian bisa pacaran?" Tanya Gisel dikarenakan dia cukup tidak percaya jika putrinya yang cukup keras kepala ini bisa ada yang menaklukkannya
Dan malam itupun Amanda memutuskan untuk menceritakannya pada sang ibu.