Naura ayu harus menelan pil pahit ketika calon suaminya arfan harlan berselingkuh dengan seorang wanita bernama elviana stefany, padahal beberapa hari lagi mereka akan menikah.
Naura pun mencari tahu siapa wanita yang menjadi selingkuhan calon suaminya itu, dan ternyata ia adalah wanita bersuami akhirnya mau tak mau naura mengadu pada suami elvi yang ternyata adalah jendral arsyad. pria dimasa lalunya.
Siapa jendral arsyad itu ? apa hubungan mereka berdua dimasa lalu ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang mana anakku.
Setelah suara isakan sang mamah tak terdengar gala masuk ke kamar tersebut dan berpura-pura seolah tak mendengar apapun.
Air yang membasahi pipinya sudah ia hapus dan dengan tersenyum riang ia melihat kepada dua wanita yang duduk bersisian di tepi ranjang.
" Mah ..." panggil anak kecil itu dengan pelan tapi jelas.
Melihat gala masuk naura segera menghapus air matanya yang kembali menetes, begitu juga bunda astrid yang segera merubah suasana hatinya yang sempat sedih itu menjadi riang, seolah tak ada beban yang menghimpit dadanya.
" Gala, sini sayang peluk mamah kangen" pinta naura lalu memeluk anak lelaki itu dengan erat melepaskan segala rindu yang sudah menumpuk, karena berpisah cukup lama.
Untuk memberikan ruang bunda astrid pergi dari kamar tersebut, meninggalkan ibu dan anak yang sudah lama berpisah karena jarak yang memisahkan mereka.
Panti asuhan itu memang berada diperkotaan, namun naura bekerja di perusahaan yang berada di pusat kota hingga harus menyewa kost untuk bisa berhemat waktu dan jarak.
Tak hanya itu, dana untuk kebutuhan sehari-hari pun kadang cukup kadang tidak, bunda selalu mengajari mereka untuk selalu berhemat dan tidak boros.
Beruntungnya anak-anak asuhnya sangat memahami keadaan panti, untuk mencukupi kebutuhan pun kadang anak yang sudah remaja harus bersekolah sambil berjualan gorengan.
" kamu mau nunjukin rapot kamu ?" tanya naura yang diangguki gala.
" Aku rangking satu lagi mah " ucap anak kecil itu dengan senyum mengembang, lalu menunjukan hasil nilainya yang begitu membuat naura bangga.
Dengan begitu antusias anak itu berceloteh riang menceritakan ujiannya dan soal yang begitu mudah baginya, namun begitu sulit bagi teman-temannya.
Naura hanya tersenyum mendengarnya, seketika luka itu hilang dan berganti dengan kata kebahagiaan yang ia sembunyikan dari seseorang yang ia benci sampai sekarang.
Sejujurnya naura sangat kesal, jika melihat wajah anak yang dilahirkannya yang begitu mirip dengan laki-laki itu, namun secara perlahan ia sadar gala tak ada hubungannya dengan kesalahan sang ayah.
Naura mengusap puncak kepala anaknya dengan lembut, sesekali ia menjawab apa yang ditanyakan anak itu yang kadang membuatnya pusing untuk mencari jawaban yang pas.
" Mah kenapa langit itu tinggi ?" tanya gala membuat naura menghela nafas siap untuk mencari jawaban yang entah benar atau tidak, namun dia berusaha menjawab dengan apa yang dirinya tahu.
" Karena langit itu ruang yang luas yang tak terbatas, makanya tinggi" jawab naura asal terjawab saja.
" Ada atapnya gak mah ?" tanya anak lelaki itu lagi menatap sang ibu lekat.
Naura tersenyum mendengar pertanyaan anak kecil itu, lalu memeluknya erat.
" Ga ada, karena terlalu tinggi makanya tak ada atap, langit itu bukan rumah yang harus ada peneduh dari panas dan juga hujan" jawab naura, lalu gala melepaskan pelukannya.
" Mah ... Jangan nangis lagi ada gala disamping mama, yang akan menjaga dan melindungi mamah, karena mamah adalah cinta yang luas seperti langit" ujar gala membuat naura tersenyum dan merasa tersentuh, hingga tak terasa air mata naura kembali menetes.
Gala menghapus air mata ibunya dengan kedua telapak tangannya, lalu kembali memeluk tubuh sang ibu dengan erat.
" Mamah gak sendiri, ada gala yang akan menamani mamah" ucap gala lagi.
Bunda astrid yang mendengar dan melihat di balik pintu hanya tersenyum dan menangis bersamaan, antara merasa tersentuh dan juga iba, dalam hati ia bertanya kapan ibu dan anak itu bisa bahagia ?
...****************...
keesokan harinya ...
Jendral yang tengah sibuk dengan berkas dimeja kedatangan anak buahnya, setelah masuk laki-laki berbadan ramping namun berotot itu segera mendekat ke arah bosnya, lalu membungkuk seperti biasa sebagai tanda hormat.
Dia menyodorkan amplop besar yang ia pegang dan menaruhnya tepat didepan bosnya.
" Apa yang kau dapatkan ?" tanya jendral sembari meraih amplop besar itu ia sudah tak sabar untuk mengetahuinya.
" Tentang anak itu saya tak tahu yang mana bos, hanya bos yang tahu" jawab anak buah jendral yang bernama han itu.
Jendral membuka amplop tersebut dan melihat ada tiga foto anak yang seumuran didalamnya, bingung ia menatap ke arah anak buahnya, lalu melihat kembali foto tersebut.
" Yang mana anakku?" tanya jendral, namun han hanya diam sembari menundukkan kepalanya.
" Han !" panggil jendral sembari menatap lekat lelaki yang menjadi asisten sekaligus tangan kanannya.
" Saya tidak tahu tuan, hanya tes DNA yang bisa membuktikannya" jawab lelaki itu akhirnya meski ia sendiri ragu.
" Kamu kan pasti tahu, jika salah satu anak ini pasti memanggil naura dengan panggilan mama atau bunda" ujar jendral yang mulai kesal, menatap anak buahnya lekat.
" Ya tuan, tapi semua anak panti memanggil nona naura dengan panggilan mama " jawab han membuat bosnya terkejut.
" Apa!" ucap jendral memekik.
Lelaki yang duduk di kursi kebesarannya itu, melihat satu persatu anak tersebut dan membaca profilnya, ada satu anak yang tampak tak asing wajahnya tertulis nama Aditya gala disana.
Namun, ia juga melihat nama yang lain yaitu anak perempuan bernama Jena amalia putri juga arhan ardito, anak laki laki yang bertubuh gembul.
Dan dari ketiga anak itu, ia justru hanya menatap foto gala, jendral merasa seperti melihat fotonya saat masih kecil, ketika melihat gala.
" Anak ini ..." gumamnya menerka, memikirkan sesuatu yang entah mengapa ia merasa kenal.
Seperti dirinya saat masih sekolah dasar.
Waktu pun berlalu ...
Sore itu jendral mendatangi panti asuhan kasih bunda, dimana naura tengah bersama anak-anak disana, ia bisa melihat kedekatan ketiga anak itu bersama mantan istrinya didalam mobil.
Ingatannya terlintas pada masa lalu, dimana ia mendekati dan tak sengaja menyentuh naura yang baru menginjak usia 17 tahun, ia ingat dimana dirinya dijebak oleh temanya yang menantangnya untuk memikat hati naura ayu.
Beberapa tahun lalu ...
Sore itu dilapangan basket, sekumpulan anak-anak remaja itu baru selesai bermain, dimana jendral yang paling populer saat itu banyak dikelilingi para siswi.
Terlihat ada beberapa siswi disekolahnya yang melihatnya dengan tatapan damba, ada juga yang diam-diam memotretnya.
" Memang kau kaya dan tampan, tapi bisakah kau menaklukan hati anak panti itu" ujar teman sekaligus rekan tim basket jendral yang bernama rijal itu.
Dengan wajah sinis rijal menantangnya untuk mendekati naura, siswi terpintar dan tercantik disekolah populer itu.
" Cuma gadis tengil gampang lah, gue mau motor lo, jika gue bisa dapetin dia gimana deal" ujar jendral mengajak rijal melakukan kesepakatan, lalu melihat ke arah teman-teman yang lain.
" Kalian jadi saksi taruhan gue sama rijal gimana" tunjuk jendral dengan entengnya berujar, yang membuat mereka mengangguk setuju mengikuti alur cerita sang kapten basket.
" Tapi, kalo elo kalah lo mundur dari tim kita gimana ?" ujar rijal mengatakan persyaratan taruhan mereka.
" Tak masalah" ujar jendral tanpa curiga menyetujuinya, menurutnya itu adalah hal mudah.
Satu minggu ia mendekati naura, namun tak pernah gadis itu tertarik sekalipun, jendral sampai berdecak kesal dan ditertawakan oleh teman-temannya, kala mendapatkan sikap naura yang cuek dan judes.
Hingga dua bulan berlalu, akhirnya ia bisa mendekati gadis tersebut dengan sikap baik dan lembutnya, malamnya ia pun mengajak naura ikut ke pesta ulang tahun temannya. Agnes pacar rijal disebuah vila milik keluarga agnes.
" Minum bro, selamat atas kemenangan lo, jadi pacar naura " ujar rijal tersenyum licik sambil memberikan sirup orange yang sudah ia campurkan dengan obat.
" Yes, jangan lupa motor elo jal" sahut jendral meraih gelas berisi cairan berwarna jingga itu.
Dengan penuh semangat jendral meneguknya hingga habis, tanpa ada rasa curiga sedikitpun pada rijal dan sirup yang dia minum, ia menaruhnya ke atas meja setelahnya.
Namun, beberapa menit berlalu, jendral merasakan tubuhnya yang terasa aneh, ia merasakan panas yang luar biasa menjalar ke dalam birahinya.
Rijal tersenyum puas melihat reaksi obatnya sudah tampak pada jendral, segera ia menyuruh seseorang untuk mencari naura agar berada dikamar yang sudah disediakan, setelahnya ia tinggal membawa jendral.
Di dalam vila itu, wanita tidur bersama teman wanita lainnya begitu pun para laki-laki, namun rijal sudah menyiapkan kamar khusus untuk jendral dan naura.
" Jen, ada apa? Katanya ada yang mau kamu katakan" tanya naura, ketika mereka sudah berada di kamar.
Namun, bukannya menjawab lelaki itu justru mendekati naura semakin intens, juga semakin liar.
Naura sempat menolak pagutan pacarnya, namun jendral menariknya kedalam pelukannya semakin erat, dan gadis itu terkunci oleh tubuhnya.
" Ahhh ..." suara teriakan naura saat tubuhnya dihempaskan ke atas ranjang.
Ia mencoba bangun, namun tubuhnya sudah terhimpit oleh tubuh jendral.
" Jangan jen, jangan lakukan itu" tolak naura saat lelaki itu mulai memagut bibirnya bahkan mulai turun ke bagian lain.
Malam itu jendral menjadi seorang yang berbeda, ia menjadi bernafsu, menginginkan sesuatu untuk segera dituntaskan.
Hanya terdengar suara jeritan dan tangisan gadis itu yang menggema di kamar dalam suasana temaram.
Keesokan paginya, jendral bangun dalam pening, bayang-bayang semalam terlintas dalam benaknya. Ia melirik ke sebelahnya, tak ada naura disampingnya hanya ada noda merah yang sudah kering disprei berwarna putih itu.
Tangannya terkepal kuat, mengingat detik demi detik yang ia ingat tentang kejadian semalam. Ia bangun, lalu membersihkan diri, setelahnya ia akan mencari tahu alasan temannya melakukan itu.
Sayangnya orang yang ia cari sudah pulang bersama naura, saat dirinya masih dalam keadaan tidur.
Hingga keesokannya, ia bertemu rijal di sekolah, lelaki itu mengajaknya ke sebuah tempat. Untuk berbicara 4 mata.
" Sialan lo jal! lo jebak gue kan dengan minuman yang lo berikan ke gue itu" tuduh jendral dengan suara lantang disudut sekolah yang sepi.
"Hahaha ... Gimana rasanya gauli naura? Enak jen" sindir rijal dengan tersenyum begitu puas mengakui perbuatannya yang menjebak jendral.
" Apa sih mau lo jal ?" tanya jendral yang tak menyangka dengan tindakan rijal.
Menurutnya itu terlalu berlebihan, menyentuh naura bukanlah keinginannya, apalagi mereka sama-sama masih muda.
" Cuma iseng aja ... No" sahut rijal dengan senyuman yang mulai berubah menjadi mata yang penuh dengan kebencian.
Jendral terkejut melihatnya, dengan alis berkerut ia kembali mengulang pertanyaanya, tak cukup jika tak tahu alasan sebenarnya.
"Gue pengen lo keluar dari tim basket kita. Tiap tim kita menang, lo selalu yang di puji cuma karena lo anak pemilik yayasan. Gak adil itu namanya jen, gue benci sama lo! " ujar rijal menceritakan alasan ia melakukan hal buruk.
Rasa iri yang perlahan muncul dalam diri rijal, membuatnya semakin ingin melempar jendral ke jurang kesialan, setiap kali hampir setiap pertandingan jendral lah yang selalu dipuji.
Sementara ia sendiri hanya menjadi penonton padahal ia juga punya posisi penting dalam tim basket tersebut, tentu ia juga ingin dipuji.
Sehingga sebuah ide itu muncul tak hanya untuk menyingkirkan jendral, tapi juga mengeluarkan jendral dari sekolah milik keluarganya sendiri.
Lalu, lelaki itu mendorong kuat tubuh jendral, hingga terjerembab ke tanah.
Jendral marah dan merasa bodoh, bisa-bisanya ia berteman dengan rekan yang diam-diam menjadi musuhnya. Pikirannya melayang pada nasib naura, yang sudah ia hancurkan masa depannya dengan tanpa sengaja.
" Aaaaaaahhhh" teriak jendral menghempaskan rasa sesak dihatinya, yang diakibatkan rasa bersalah dan marah bersamaan hingga membuatnya kacau.
Setuju menikahinya, mungkin bisa mengurangi rasa bersalahnya namun ia salah. Setelah ikrar janji pernikahan dan membawa naura kerumahnya, justru mendapatkan penolakan keras dari sang ibu.
Ibunya tak menerima kehadiran naura yang masuk menjadi anggota keluarganya, karena alasan anak panti asuhan yang tak jelas asal usulnya.
" Apa yang kamu lakukan jendral? bisa- bisanya kamu menyentuh gadis panti itu. Jika dia anak orang kaya tak masalah, tapi dia anak panti. Aaaa ... Buat malu keluarga saja kamu" ujar ibunya mengomeli jendral kala itu, terus-menerus hingga hampir setiap hari.
" Ceraikan dia jendral, cukup satu minggu kalian menjadi suami istri" ucap ibu jendral yang membuat remaja itu menatap ibunya dengan mata berkaca-kaca.
" Mah! Aku tidak mau bercerai dengan naura, gimana kalo dia hamil anak aku? Aku tahu aku salah, tapi biarkan aku bertanggung jawab atas dia. Mah aku mohon" ucap jendral dengan suara memelas.
Namun, semua itu seakan angin lalu bagi ibunya, derajat dan martabat lebih penting baginya.
" Jangan bilang kamu menyukainya! Kau pikir mamah akan luluh ... Tidak jendral, ceraikan dia atau mamah buat dia menderita " ancam ibunya dengan nada yang penuh penekanan.
Jendral tak bisa memilih untuk mempertahankan naura dan pernikahannya, bukan berarti takut namun ia berpikir itu adalah jalan terbaik demi naura.
Dari pada ia harus melihatnya menderita karena sebuah tekanan yang dilakukan oleh ibunya, sedangkan ia sendiri masih dalam masa labil dimana ia sendiri belum menginginkan sebuah pernikahan.
Selepas perceraian jendral pun di ajak tinggal di amerika, hingga bertahun- tahun lamanya. Tak sekalipun ibunya membiarkan ia pulang ke negaranya, selama ia belum sukses.
Kembali ke masa kini ...
Air mata jendral luruh, ketika mengingat masa lalu itu. Sungguh kelam masa putih abu abunya bersama naura, hingga ia enggan untuk berhubungan dengan wanita manapun.
Sedangkan elviana, adalah anak teman orang tuanya yang mereka pilih sebagai jodoh terbaik untuknya. yang justru membuatnya muak dengan wanita.
" Maafkan aku naura! " gumamnya sembari menghapus air matanya.
...****************...
Keesokan harinya ...
Gala , jena dan arhan berjalan beriringan bersama adik mereka yang lain. Tiba-tiba, sebuah mobil menyalip dan menyerempet gala yang berjalan dipinggir jalan.
Tubuh gala terjatuh, hingga terluka dibagian siku dan lutut. Semuanya berkerumun menolong anak laki-laki itu.
Jendral yang melihat dari jarak yang aman, segera turun dari mobil mendekati gala yang terluka. Ia melihat gala dengan wajah yang sudah panik dan cemas.
" Kamu gak apa-apa nak?" tanya jendral melihat luka ditubuh gala.
Dua wajah itu saling menatap bingung seolah ada ikatan diantara mereka berdua.