Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Papa Romeo membantu Mama Rere menyiapkan sarapan di dapur. Untuk memasak, Mama Rere memang melakukan sendiri, baru urusan bersih-bersih, asisten rumah tangga yang mengerjakan. Itu adalah resep keluarga harmonis yang diberi alm. mamanya dulu. Karena jika sudah tiap hari dimasakin, entah itu suami atau anak, akan selalu merindukan masakannya nanti dimanapun mereka berada. Dan seberapa jauh pun, pasti ingin pulang karena rindu mama dan masakannya. Terbukti anak sulungnya, Ryu, dia selalu bilang rindu masakan mama. Itu juga yang dia ajarkan pada Rara, anak gadisnya itu sudah mahir memasak sejak SMA.
"Mah, panggil Rara," titah Papa Romeo setelah selesai memindahkan semua makanan ke atas meja makan. Pagi ini, mereka membuat nasi uduk kesukaan Rara.
Baru saja Mama Rere hendak menaiki tangga ke lantai dua, putrinya itu muncul lebih dulu, menuruni tangga. "Sarapan yuk," ajaknya dan kembali berjalan ke meja makan.
"Tidur kamu nyenyak?" tanya Papa Romeo sambil menatap putrinya yang terlihat makin kurus.
Rara hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil menarik kursi lalu duduk. Semalam dia meminta mamanya tak lagi menemaninya tidur karena kasihan pada papanya yang setiap malam harus tidur sendiri.
"Makan yang banyak, Ra," Mama Rere menatap isi piring Rara yang hanya sedikit sekali.
"Segini juga sudah kenyang, Mah."
Mereka bertiga lalu makan sambil ngobrol, lebih tepatnya, Papa Romeo yang berusaha membuat suasana makan menjadi hangat. Dia tak mau Rara sedih terus. Dia ingin anaknya itu merasa jika orang tuanya akan selalu ada untuk dia dalam kondisi apapun.
Selesai makan, Rara merogoh saku baju tidurnya. Meletakkan 2 buah testpack garis dua di atas meja.
Segera, Mama Rere mengambil testpack tersebut karena penasaran. "Ka-kamu hamil, Ra," dia menatap nanar test pack tersebut. Matanya memanas, dan beberapa detik kemudian, air matanya luruh.
Papa Romeo menghela nafas panjang. Ternyata cobaan ini masih belum selesai. Semalam dia dan Mama Rere sudah merencanakan jika setelah ini, mereka akan ke Jepang, mengantar Rara untuk memulai kehidupan baru disana. Tapi sepertinya, Tuhan berkehendak lain.
"Rara akan menuntut pertanggung jawaban Pak Jovan."
"Kamu yakin dia mau tanggung jawab?" tanya Mama Rere. "Bukankah lusa, dia dan Dista menikah." Meski keluarga mereka tak mendapatkan undangan, tapi dia tahu soal itu.
"Harus. Dia harus mau, karena bagaimana pun, ini anaknya," Rara mengusap perutnya. Dadanya terasa sesak karena menahan tangis. Dia sudah bertekad tak akan menangis lagi, terutama di depan kedua orang tuanya.
Malam hari, dengan diantar Papanya, Rara mendatangi rumah Jovan. Dia sudah mendatangi apartemen Jovan, tapi pria itu tak ada disana. Karena sudah mendekati hari pernikahan, mungkin pria itu ada di rumah orang tuanya.
Kedatangan Rara dan papanya membuat kaget ibu Jovan. "Untuk apa kamu kesini?" sinis Bu Mariam. Feelingnya tidak enak melihat kedatangan Rara dan papanya.
"Saya kesini, untuk menagih janji," ucap Papa Romeo lantang, tanpa takut sedikit pun meski yang dia hadapi adalah keluarga kaya. Dia memang tak sekaya mereka, tapi dia orang berpendidikan tinggi.
"Janji. Janji apa?" Bu Mariam mengerutkan kening.
"Jovan berjanji akan tanggung jawab jika putri saya hamil. Kedatangan kami kesini, untuk menagih janjinya."
Bu Mariam malah tergelak mendengar ucapan Papa Romeo. "Jadi kamu hamil?" dia menatap Rara sinis. "Yakin itu anaknya Jovan?" pertanyaan bernada sindiran itu membuat Papa Romeo meradang.
"Apa maksud anda bicara seperti itu? Rara hamil anak Jovan," Papa Romeo menekankan kalimatnya. "Bisa-bisanya anda bicara seperti itu saat seluruh Indonesia sudah tahu siapa yang tidur dengan anak saya."
"Justru karena itu saya ragu," Bu Mariam tersenyum miring. "Wanita murahan seperti dia, bisa saja tidur dengan banyak lelaki."
"TUTUP MULUT ANDA!" bentak Papa Romeo. "Anak saya wanita terhormat."
"Tidak ada wanita terhormat yang hobi mabuk dan menyerahkan tubuhnya pada atasannya," Bu Mariam menatap Rara sinis.
"Saya bukan pemabuk," Rara tak terima. "Ada seseorang yang telah_"
"Halah, gak udah nyari alibi," Bu Mariam mengibaskan telapak tangannya. "Mau bilang ada yang sengaja nyekokin kamu alkohol? Astaga.... udah kayak nonton sinetron saya," dia tertawa meremehkan. "Udah ketahuan salah, malah mau nyari kambing hitam."
"Anak saya memang dije_"
"Sudahlah, Pah," potong Rara. Dia tak mau ucapan Papanya malah ditertawakan Bu Mariam, dianggap drama. "Kita tidak perlu menjelaskan apapun pada mereka yang hatinya tertutup. Percuma, cuma buang-buang tenaga. Kedatangan kita kesini, untuk bertemu Pak Jovan dan menagih janjinya, bukan berdebat dengan orang tuanya. Tolong panggilkan Pak Jovan," pintanya.
"Jovan gak ada di rumah," Bu Mariam bersedekap sambil melemparkan tatapan tajamnya.
"Jangan bohong anda," seru Papa Romeo yang kehabisan kesabaran.
Rara tahu, mobil bosnya itu terparkir di carport, jadi sudah pasti ada di rumah.
"Saya tidak bohong, Jovan tidak ada di rumah."
"Pak Jovan!" teriak Rara. "Pak Jovan tolong keluar," dia kembali berteriak.
"Hei apa-apaan kamu?" bentak Bu Mariam. "Kamu fikir ini hutan, teriak-teriak seperti itu."
"Pak Jovan, keluar!" Rara terus berteriak.
astaghfirullah, rasain lu. malu banget dah kalau tubuh jg sdh dikonsumsi publik
kpok dista..
ganyian yg masuk perangkap fino..
kalo mau ngelayani pasti ngancam nyebarin video dista dan bastian..
bahaya punya koleksi video syur pribadi..
kalo kecopetan atau kerampokan kan bisa disebarin orang lain..