NovelToon NovelToon
Surai Temukan Jalan Pulang

Surai Temukan Jalan Pulang

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Fantasi Timur / Spiritual / Dokter Genius / Perperangan
Popularitas:238
Nilai: 5
Nama Author: Hana Indy

[Sampul digambar sendiri] Pengarang, penulis, penggambar : Hana Indy

Jika ada yang menganggap dunia itu penuh dengan surga maka, hanyalah mereka yang menikmatinya.
Jika ada yang menganggap dunia penuh dengan kebencian maka, mereka yang melakukannya.

Seseorang telah mengatakan kepada lelaki dengan keunikan, seorang yang memiliki mata rubah indah, Tian Cleodra Amarilis bahwa 'dunia kita berbeda, walau begitu kita sama'.

Kali ini surai perak seekor kuda tunggangnya akan terus memakan rumput dan berhagia terhadap orang terkasih, Coin Carello. Kisah yang akan membawa kesedihan bercampur suka dalam sebuah cerita singkat. Seseorang yang harus menemukan sebuah arti kebahagiaan sendiri. Bagaimana perjuangan seorang anak yang telah seseorang tinggalkan memaafkan semua perilaku ibundanya. Menuntut bahwa engkay hanyalah keluarga yang dia punya. Pada akhirnya harus berpisah dengan sang ibunda.

-Agar kita tidak saling menyakiti, Coin-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Indy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Hasrat Mendarah

“Esok akan engkau dapati sekuntum bunga mawar hitam layu dia atas pemakaman. Mereka yang dibutakan oleh harta, uang, dan jabatan akan senantiasa menjadi perbudakan.” – Surai.

Hutan mana yang sudah dia tapaki sekarang? Dengan berbekal informasi sekilas menuju dalam belantara. Bertemu dengan banyak jenis kuda liar, ular, serangga, mamalia, seakan mereka bersahabat dengan alam.

Semangat membara esok dan siang tidak akan pernah padam. Lelaki bermata runcing dengan membawa ribuan nyawa dipundak.

Tian telah menyusuri hutan selama 4 jam lamanya sejak dia mendaratkan kaki dalam pasir putih.

Raja yang dia tahu berdaulat di Kerajaan Argania adalah Raja Rodeo Laneaz, memiliki dua orang putra. Putra Mahkota Andreas Laneaz dan Putri Zilvia Laneaz.

Cerita mengenai sejarah keduanya dimulai ketika puluhan tahun lalu Kerajaan Argania pernah menjadi sekutu dekat Pulau Arash. Membantu Kerajaan Argania dengan baik bantuan kuda juga beberapa militer perang. Menghalau penjajah yang sering meresahkan.

Kini hutang budi harus dibayarkan.

Tian menyadari jikalau mengaku bahwa dia putra Regen dan menagih utang, siapa yang akan percaya?

Tian berhenti ketika melihat pegunungan besar menghalangi jalannya. Setidaknya kuda juga harus membantunya berlari. Tian menghampiri salah satu kuda liar dan membuatkan dengan cahaya kehijauan.

Menunduknya kuda itu lalu berlari menembus pegunungan.

Meninjau kota luasnya tiada terkira. Sempat matanya melihat pangsit cerah sedikit mending pagi ini. Lalu, bagaimana dengan keadaan di sana yang masih berjuang?

...*...

Tuan Mallory menodongkan senjata. Luka lebam berada di wajahnya tidak dia rasa. “Sepertinya kamu belum mau mati ya,” ujarnya ketika melihat Tuan Pakin tidak gentar bertarung.

Rasa kesal tidak akan tergantikan. Bertarung semalaman hanya untuk saling membunuh.

Suara tembakan terdengar dari seberang jalan. Siapa yang berada dalam kegelapan daratan sembari melemparkan peluru?

Jas berwarna hitam terlihat menyembul serta acak-acakan. Seorang lelaki yang Tuan Mallory tahu sebagai Tuan Jaza. Yang dia kira sebagai pemilik Agensi Surga.

Tuan Mallory memegang dadanya. Peluru menembus langsung ke dalam dadanya entah mungkin mengenai jantungnya atau tidak. Muntahan darah terciprat. Memundurkan langkah guna menjaga keseimbangan namun, sayang terjatuh dalam tanah.

Idris bergerak mendekat. Tuan Pakin merasa menang dengan kesombongan yang dia punya.

“Ke mana saja kau ini Jaza!” teriak Tuan Pakin keras.

Idris membaringkan Tuan Mallory dalam tenang. melihat luka tembakan terus melebar, membuat Idris paham bagaimana parahnya.

“Tuan Mallory bertahanlah sebentar. Sebelum aku bisa mengobatimu gunakan sapu tangan ini.”

“Pistol Kaliber.” Idris merinding ketika menyebutkan pistol yang dipakai oleh Tian Jaza.

“Jadi suara tembakan yang terdengar dalam mayat Tuan Bon, juga pada lelaki yang seharusnya menjadi pamanku, adalah kau.”

“Ini hanya kesalahan.”

Rasa takut sudah digenggam nyaman pada Tuan Jaza. Tidak menyangka jika dirinya hanyalah manusia dengan topeng tegar dan sombong. Nyatanya, paling ketakutan.

Tuan Jaza menembakkan pelurunya berkali-kali. Membuat Idris sangat sulit menghindarinya. Satu hal yang dia tahu jika peluru mungkin menemukan batas wajarnya. Idris membalas. Dengan menggunakan pistol yang dia bawah mengenai kaki Tuan Jaza. Walau Idris tidak memiliki kemampuan untuk bertarung setidaknya dia tahu menyelamatkan diri.

Tuan Mallory bangkit. Dengan bersimbah darah dirinya hanya bisa menjadi beban saat ini. Pasukan yang dia kerahkan juga bertarung dengan pasukan Tuan Pakin.

Burung manusia yang dia ketahui sebagai Phoen hinggap di tangan Mallory ketika lelaki itu memanggil. Kini bersama dengan banyaknya burung pemakan bangkai menuju ke arah pelabuhan.

“Ada senjata milik kami tidak akan kamu ketahui Tuan Pakin.” Deru nafas menghabiskan oklsigen yang dia miliki.

Burung pemakan bangkai terus menyergap tubuh Tuan Pakin dan Tuan Jaza. Melihat banyaknya darah menggenang dari kaki Tuan Jaza membuat rasa lapar burung itu terus menerus meninggi.

“SIAL!” teriaknya keras. “Dari mana senjata menjijikkan ini berasal?”

“Darimu yang mempengaruhi ayahku untuk bekerja sama dengan penelitian itu.”

Kematian bukanlah sebuah tanggung jawab manusia lainnya. Kematian adalah tanggungan pribadi.

Itulah yang dirasakan oleh Tuan Jaza yang tidak bisa menggerakkan kakinya lagi. Mengalirnya darah terus dipatuk oleh burung pemakan bangkai.

“Tidak! Hentikan. Tuan Pakin. Tolong aku!”

Pion demi pion yang terus berteriak membuat Tuan Pakin mulai kehilangan jati dirinya. Teruslah anak buah juga mati dalam kengerian.

Kini meninggallah bersama dengan dosa.

...*...

Ketika malam tiba melihat kepergian seseorang yang akan bertarung di pelabuhan. Idris mengetuk pintu kamarnya. Coin masih berdiri di jendela.

“Jika kamu membiarkan dia sendirian. Maka dia akan mati.”

“Aku tahu,” jawab Idris. “Coin aku akan pergi. Kamu Tidka perlu ikutan. Jika tidak ada kabar kamu sampai jam 2 malam. Apakah kamu tahu apa yang harus dilakukan?”

Coin masih berdiri sembari menatap kepergian kereta kuda. “Aku akan meminta bantuan.”

“Tidak.” Geleng Idris. “Pergilah ke panti asuhan dan hiduplah di sana. Aku akan mengirim pesan kepada pengurus panti untuk meminta kamu dijaga.”

Coin menghentikan gerakan tangan Idris yang akan menulis surat untuk Nona Paula. “Tidak, aku akan di sini dan menunggu kepulangan kalian.”

“Hanya kami yang bisa menyelesaikan ini. Kamu masih kecil.”

“Tetapi, aku waras.” Kekehnya.

Idris hanya mengangguk untuk menanggapi. Entah rencana apa yang dipikirkan lelaki itu sekarang dia juga tidak tahu.

Setelahnya Idris mengerti jika senjata biologis yang dikembangkan peneliti gila sudah berguna.

Tuan Pakin telah berakhir. Segudang Opium juga sudah terselesaikan. Kini akhirnya, hanya tersisa pemakaman untuk ketiga orang yang telah tewas.

Idris memeluk Tan Mallory. Menangis dalam indahnya subuh hampir menyingsing.

Surai meringkik di samping Tuan Mallory. Terus menundukkan kepalanya sampai mendekati tanah. Langkah kaki besar sudah dia tampakkan. Setelah berlarian menembus hutan bersama kuda yang berada dalam kediaman Tuan Mallory, Coin sampai dilokasi pelabuhan yang dimaksudkan.

Coin terengah. Melihat Idris menangis selayaknya bayi di atas tubuh Tian Mallory. Pertarungan telah usai pagi itu.

“Coin,” lirih Idris ketika melihat lelaki dengan kulit pucat mendekat.

“Apa yang terjadi?”

“Tuan Mallory tertembak. Dan pendarahannya sangat sulit dihentikan. Aku sudah berusaha tetapi sepertinya sudah tidak bisa diselamatkan.”

Coin memegang tangan Tian Mallory dengan nadi lemah. Terlihat jelas tangan Idris masih menekan pendarahan.

Apa yang bisa dia lakukan?

“Surai?” Coin menoleh pada kuda murung. “Tolong bantu kami, Surai.”

Idris tidak mengerti apa yang akan dilakukan Coin dengan Surai. Walau begitu Surai perak itu perlahan menjadi hitam. Seakan ada kekuatan yang luntur.

Perlahan Tuan Mallory memiliki detak jantung normal. Pendarahan juga perlahan berhenti. Idris tidak percaya dengan apa yang dia liat. Kekuatan semacam itu nyata adanya.

“Bagaimana bisa?”

“Tian mengatakan padaku jika kuda yang berasal dari negaranya memiliki kemampuan istimewa.  Ada satu kuda langka yang akan terhubung dengan penunggangnya.”

“Seakan Surai terhubung dengan Tuan Mallory. Dia bisa membenahi luka Tuan Mallory. Walau begitu, kehidupannya tergantung pada penyelamatan kita selanjutnya.”

Phoen dengan cepat membawa tubuh Tuan Mallory menuju Rumah sakit terdekat. Sementara Clin menunggangi Surai untuk mengikuti langkah mereka. Sedangkan Idris mengambil kereta kuda yang dia bawa.

Jika begitu, tiada harus ada penyelesalan.

...**...

Semoga ada kabar baik pagi ini. Tian melirik penjaga perbatasan siap dengan senjata. Terus berperang melawan rasa kantuk. Menanti sebuah kereta yang akan lewat lalu memberinya tumpangan. Benteng Argania sangat kokoh setinggi 50 meter lebih. Untuk masuk saja diperlukan penjagaan yang ketat.

“Tetapi, jika seseorang tahu aku berasal dari Pulau Arash apakah mereka akan membiarkan aku masuk?”

Bertanya pada angin yang akan menjawab pertanyaan, sungguh gila.

Tian berjalan mendekati gerbang utama. Akan dibuka ketika ada kereta yang masuk membawa barang. Mencari ide gila untuk menyusup lalu menjadi barang dalam kotak. Tetapi, akan sungguh merepotkan.

Sejenak memutar otak.

Dilihatnya burung yang terbang bebas diangkasa. Apakah dia bisa menggunakannya?

Tian memanggil seekor burung pemakan bangkai. Tinggi badannya seharusnya bisa membuat burung pemakan bangkai itu untuk membawanya.

Dengan bantuan dua burung mampu melewati benteng dengan lancar. Walau sedikit bayangan mengganggu penglihatan dua manusia penjaga.

Tian mendekat dengan sempurna. Beruntungnya jika hari ini ada pawai kota. Pengguna supranatural bebas berkeliaran. Berbeda dengan Pulau Arahis yang masih menyimpan Ras Beta atau cendekiawan yang cenderung tidak memiliki supranatural, Argania tidak memiliki Ras Beta.

Menuju Kerajaan Argania akan memakan waktu cukup lama jika hanya berjalan kaki. Tian harus bergegas. Tidak mungkin mengandalkan burung untuk membawanya terbang. Walau dia sangat ingin.

Mengamati sekeliling apakah ada benda yang menuju Kerajaan.

Dia harus bertemu dengan Raja Azalea segera.

Ini adalah waktu emas.

Tetapi, bagaimana kerja sama akan terjalin?

Tian melihat papan pengumuman terpampang di trotoar. Sekedar mencari apakah Pulaunya masih menjari berita. Nyatanya pemberitaan tidak pernah berlanjut.

“Tuan,” panggil seorang dengan tongkat kayu.

“Iya,” sahut Tian. Berlagak seperti penduduk asli. Dengan pakaian yang dia rampas dari pelaut semoga saja tidak merubah dia menjadi bodoh.

“Apakah kamu tertarik dengan penerimaan Akademi Militer?”

Tian mengernyit. Sekilas melirik koran yang dia tunjuk sedari tadi, penerimaan murid akademi akan dilakukan seminggu lagi. Dan paling lambat pendaftaran esok hari.

“Apakah ada yang bisa saya bantu, Tuan?”

“Ya, aku hanya tersesat.” Garuk tengkuk lelaki itu canggung. “Jika boleh kita bisa bersama.”

Tian sempat meragu lelaki itu berusia sekitar 40 tahunan apakah dia yakin memasuki akademi militer?

“Persyaratannya masih dibawah 20 tahu. Apakah Tian yakin?”

“Ah, bukan aku. Aku membawa formulir pendaftaran untuk anakku.”

Ah, ternyata.

“Aku belum menyiapkan apa-apa. Mungkin Tuan bisa duluan saja.” Tian beralasan. Walau dia sama sekali tidak tertarik.

Tetapi, menuju militer apakah bisa dengan cepat menaiki takhta?

Lelaki itu berpamitan dengan Tian. Mengabaikannya. Tanpa sengaja melihat kepolisian yang sedang bertugas di jalan raya.

“Tidak ada yang bisa dipercaya. Aku harus menemui setidaknya anggota atau pelayan kerajaan.”

Berinisiatif Tian untuk mendatangi kemiliteran. Penerimaan siswa akademi baru menarik perhatiannya. Melihat lelaki yang menyerahkan berkas itu dengan anggota militer membuatnya mempunyai ide.

Tian memasuki gerbang militer. Ada dua orang yang menyapa Tian.

“Selamat siang, Tuan Kecil.”

“Selamat siang. Bolehkah aku bertanya?”

“Boleh saja. Apakah kamu tersesat? Dimana orang tuamu?”

Tian menggeleng. Memang usianya juga baru 13 tahun. “Bolehkah jika aku mendaftar menjadi siswa tanpa formulir?”

Terkejutnya dua anggota itu. “Tidak bisa,” yang sedikit lebih pendek bersuara.

“Hm,” dehem lelaki tinggi. “Kamu bisa mengikuti jalur supranatural.” Tunjuk lelaki berbadan lebih tinggi.

“Bagaimana prosesnya?”

“Pengukuran Supranatural akan dilaksanakan tiga hari lagi. Dan anak-anak istimewa yang bisa menghancurkan bola di sana. Maka dia akan masuk tanpa seleksi. Biasanya mereka para bangsawan yang bisa melakukannya.”

“Begitu ya.” Tian mendongak. “Bagaimana jika dari ras lain?”

“Itu tidak masalah selama dia tidak berseteru dengan Kerajaan Argania.”

“Kalau begitu aku akan kembali tiga hari lagi,” jawab Tian dengan antusias.

Selama tiga hari dirinya harus bertahan di jalan? Apakah mungkin bisa? Tian seharusnya mencari pekerjaan yang bisa memberikannya tumpangan.

Mungkin tidak, jika menginap di tempat ibadah. Setidaknya membawa sejumlah koin suci untuk membeli pakaian.

...**...

Melihat betapa banyaknya selang yang menopang hidupnya. Hati siapa yang tidak teriris. Nyonya Lorenzo datang setelah mendengar kabar. Kedua pasang mata hanya melihat dari kejauhan. Lelaki berambut cyan itu berbicara dengan Nyonya Lorenzo. Walau wanita itu menangis sendi tetapi di depan anaknya dia hanya tersenyum gembira sudah sadar.

Coin mengusap kepala Phoen menyembunyikan badannya. Pakaian lelaki itu bertransformasi banyak. Coin dan Idris meminta penjahit khusus untuk membuat pakaian mirip dengan pakaian bedah dengan resleting belakang agar kedua sayapnya tidak terluka ketika memakai pakaian.

“Kita tidak bisa mendekati Tuan Lorenzo, Phoen.”

Kuda di samping dirinya masih setia menunggu. Melipat kedua kaki depannya dan duduk bersama dengan Phoen juga Coin. Surai perak yang telah sirna kekuatannya berganti menjadi surai cokelat karamel.

Apakah perjalanan sudah usai?

Masih ada satu hal yang belum mereka bereskan.

Menyelamatkan Silvia. Menyelamatkan Panti Asuhan Tangan Tuhan serta, menggagalkan penelitian.

Pertarungan tidak pernah usai. Dan kuasa Agensi Surga seharusnya berada dalam keputusan telat Tuan Mallory.

Idris berjalan mendekati Coin berkumpul. Dia menyeberang semak-semak untuk bertemu dengan mereka.

“Keadaan Tuan Mallory aman. Kita bisa kembali.”

“Tuan Idris. Seharusnya ada yang belum kita selesaikan.” Coin memegangi tangan Idris yang akan kembali ke kediaman Tuan Mallory.

“Aku juga belum mengucapkan terima kasih untukmu yang telah menyelamatkan kami.”

“Aku ingin kembali ke Panti Asuhan,” pinta Coin.

Idris mengangguk. “Aku tahu. Tetapi kita harus kembali ke kediaman Tuan Mallory sebentar. Kita juga harus bersiap.”

“Apakah baik-baik saja meninggalkan Tuan Mallory di sini?”

“Aku mengatakan kepadanya jika aku akan bersama denganmu. Dia mengangguk setuju dan perihal Agensi Surga akan dia urus setelah pulih setidaknya bisa berjalan.”

Idris menatap lekat pada manik Coin. “Mari selesaikan ini bersama, Coin.”

Malam ketika bulan dan bintang saling menemani langkah menuju gedung yang lebar perawatannya. Ada awan yang selalu mendung sedang merintis hujan. Kereta kuda menembus kegelapan. Coin dan Idris sepakat untuk menghancurkan apa yang sudah dia bangun. Namun, lelaki itu masih menautkan jemarinya tidak tenang dalam duduknya.

Coin masih mengerti mengapa lelaki itu nampak gelisah.

“Apakah kamu merasa bersalah?”

Idris menghela nafasnya. Phoen yang bertengger di atas kereta kudanya juga Surai yang berjalan santai mengikuti langkah kuda yang membawa kereta. Terlihat Surai juga terkadang membantu kuda yang menarik kereta.

“Coin, selama ini aku merasa jika perbuatanku tidak pernah ada yang benar.”

“Aku juga pernah merasakan semua itu.”

“Apakah kamu juga berpikir demikian?”

Coin melemparkan pandangannya kepada Surai. Mengelus sejenak kepala kuda itu. “Aku berpikir jika mengapa kamu sebagai dokter tidak pernah bisa melawan ayahmu.”

Idris mendekap dirinya sendiri. “Aku pun juga begitu bodoh dan lemah. Hatiku selalu bergerak membantu ketika ada balas budi yang datang.” Melihat bagaimana interaksi antara Coin dan Suria membuat dirinya tenang. “Aku telah banyak diasuh oleh Tuan Bond. Aku merasa harus membalas Budi. Walau aku sendiri tidak tahu itu salah.”

“Aku yakin kamu hanya kebingungan.”

“Aku tidak menyangkal kata-katamu. Sayangnya aku sudah tersesat jauh.”

Kini mata mereka saling bertemu. “Terima kasih untuk pertemuan kita. Aku sangat bersyukur menikmatinya hingga aku berani berjuang sampai dititik ini.”

“Aku juga berterima kasih untukmu Tuan Idris. Mungkin aku masih melihat ibuku untuk kesempatan.”

Idris tersenyum. “Jadi, kamu masih merinduinya.”

“Aku tidak pernah melupakannya.”

Kereta kuda berhenti. Surai yang membimbing jalan menuju pagar Panti Asuhan Tangan Tuhan. Malam yang dingin mencekam. Panti asuhan masih seperti dulu. Hanya saja banyak pagar yang sedikit usang karena tidak dibiayai selama beberapa hari ini.

Tuan Idris menginjakkan kakinya kembali. Melihat bangunan mewah. Bagaimana anak-anak yang tinggal di dalam? Apakah mereka sudah makan atau belum?

Idris perlahan memasuki gerbang panti. Suara bising gebang dibuka tidak akan menimbulkan gangguan untuk anak panti. Namun, kini ada seorang gadis kecil berusia 10 tahun datang sembari mengucapkan matanya. Membawa boneka beruang yang lucu.

“Hm? Siapa?”

“Lizzy, apakah kamu tidak tidur?”

Gadis kecil itu mengenali suara Tuan Idris. Lalu berlarilah dia dengan tenaga penuhnya menuju ke tempat Idris berdiri. Coin masih berada dalam kereta kuda. Enggan untuk mengikuti langkah Tuan Idris.

“Coin,” panggil Tuan Idris keras ketika menoleh.

Seorang wanita menoleh ketika mendengar suara Coin diserukan. Wanita yang berdiri tegak dengan sandal rumah berlari dari gerbang utama kediaman Tuan Bond menuju halaman luar.

Terlihat rambut panjang, bibir merah yang Coin hafal.

Sosok itu akan selalu mengingatkan Coin akan rasa sakit, penderitaan juga kesunyian yang dia dapatkan semasa hidup.

Namun, dibalik itu semua ada sebutir cinta yang terikat antara mereka.

Hasrat untuk bertemu dengan ibundanya,

Atau hasrat untuk terus meminta maaf dan menyesalinya,

Atau mereka yang saling memakai dan meninggalnya kemudian.

...***...

...Bersambung......

1
Galaxy_k1910
ilustrasi karakternya keren
@shithan03_12: Wuahh makasih ya
total 1 replies
༆𝑃𝑖𝑘𝑎𝑐ℎ𝑢 𝐺𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
dia cewek apa cowok thor?
@shithan03_12: kalau Tian cowok..
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!