Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24.
"Kakek, apa yang terjadi? Ada keadaan darurat seperti apa?." Tanya Kevin dengan cemas ketika mereka telah berada di ruang kerja Robert.
Robert berdehem pelan. Ia duduk kembali ke kursinya. "Sebelum kita sampai di sana... ada sesuatu yang ingin Kakek tanyakan padamu. Sebagai rekan kerja Davina, apa pendapatmu tentang dia?."
Kevin mengernyitkan dahinya, tidak tahu mengapa Kakeknya tiba-tiba menanyakan hal tersebut. Tetapi, ia tetap menjawab pertanyaan itu. "Davina sangat berbakat, Kakek. Keahliannya tidak seperti apa yang pernah aku lihat sebelumnya... sayang sekali... kemitraan di antara kami berakhir, ia akan menjadi aset yang sangat berharga bagi perusahaan perhiasan kita."
Robert mengamati cucunya, tatapan matanya berkilat penuh pengertian. Ia sangat mengenal seperti apa cucunya dan tahu bahwa Kevin sudah melihat Davina dengan cara yang baru. Meski pun Kevin sendiri belum menyadari hal itu.
Robert tersenyum dan buka suara. "Mengingat bahwa tidak mudah untuk membuat mu terkesan. Kamu pasti sangat mengagumi Davina Grizelle Ardonio sampai kamu bisa berbicara begitu baik tentang dia."
Kevin mengedikkan ke-dua bahunya. "Ya, dia ahli dalam pekerjaannya, Kakek."
Robert tertawa kecil. Ia kemudian menyeringai. "Wanita yang menarik, kan? Kakek pikir dia hanyalah wanita yang di temukan oleh orang tua setelah beberapa tahun menghilang. Siapa yang menyangka kalau dia sebenarnya adalah Nona D? Dan Kakek penggemar desain Nona D!."
"Penggemar?." Sebelah alis Kevin terangkat. "Sejak kapan kakek jadi penggemar desainer perhiasan?."
"Kamu tidak tahu tahu segalanya tentang ku, Kevin. Ketika Kakek masih muda, Kakek terbiasa memakai perhiasan khusus pria dan Kakek membuat para wanita terpesona dengan ketampanan Kakek." Kata Robert dengan serius.
Kevin menggelengkan kepalanya setelah mendengarkan kata-kata Kakeknya. "Apakah Kakek bisa memberitahuku keadaan darurat apa yang terjadi sekarang?."
"Keadaan daruratnya adalah Kakek ingin bertemu dengan Davina atau Nona D. Jadi, tolong undang dia ke rumah."
Kevin terkejut. "Benarkah, Kakek? Aku pikir ada sesuatu yang serius yang terjadi pada perusahaan." Kata Kevin.
Robert melayangkan tatapan tajamnya kearah Kevin. "Ini masalah yang serius. Aku tidak pernah tahu kalau Davina adalah Nona D yang misterius ketika Kakek bertemu dengan Davina dan tidak memberinya perlakukan yang pantas untungnya. Undang dia pulang, Kevin. Kakek juga ingin mengajak Nona D dalam proyek pribadi."
"Proyek pribadi?." Kevin menatap Kakeknya dengan tatapan curiga. "Dan apa itu?."
"Kakek perlu memesan, Kevin. Kakek memang sudah tua, tapi Kakek akan tetap terlihat menarik dengan perhiasan pria." Kata Robert. "Jadi, kapan menurutmu kamu bisa mengajak Davina pulang?."
Kevin mengernyitkan dahinya. Davina telah menjelaskan bahwa dia tidak ingin melakukan apa pun bersamanya. Bagaimana dirinya bisa tiba-tiba mengundang Davina untuk di ajak pulang? Kevin menggelengkan kepalanya. "Kakek, aku rasa Davina tidak akan—"
Robert menggebrak meja dengan tangannya. "Jangan menyerah, Kevin! Kakek sudah mengatakan kalau ini darurat! Kakek ingin kamu mengundang Nona D pulang! Pergelangan tangan Kakek gatal ingin sekali melihat perhiasan!"
"Baiklah, Kakek." Kata Kevin akhirnya mengalah. Bagaimanapun, kakeknya baru saja memberinya alasan untuk menghubungi Davina.
Robert menyembunyikan senyumannya ketika mendapati Kevin setuju dengan permintaannya.
***
Sementara itu, Davina tengah berada di tempat kerja di hari Senin pagi dan langsung menuju ruang konferensi untuk menghadiri rapat darurat yang diatur oleh anggota dewan.
Ruang konferensi dipenuhi ketegangan karena para anggota dewan terlibat pertengkaran sengit di antara mereka sendiri.
Davina bisa mendengar suara mereka di lorong ketika dia mendekati ruang konferensi. Davina mengernyitkan dahinya dan menoleh Kearah Olafia. "Apa yang terjadi?."
Olafia mengedikkan kedua bahunya. "Saya tidak tahu, Nona. Tapi mereka meminta saya untuk memanggil anda dan melakukan rapat darurat."
Ketika langkah kaki Davina memasuki ruang konferensi. Ia mendengar suara ayahnya menggema di ruangan itu. "Tenang saja semuanya, Davina akan menangani masalah ini—"
"Dengan segala hormat, Tuan Edwar, putri anda memang desainer legendaris, Nona D, tapi dia tidak memiliki keterampilan manajerial. Bagaimana dia bisa memimpin perusahaan jika pengiriman barang hilang ketika dia yang mengambil alih?." Pria yang buka suara itu tidak lain adalah Lewis Hendrik, direktur pelaksana Ardonio Corporation.
Lewis, seorang pemuda jangkung dengan rambut coklat dan mata biru, adalah pilihan yang disukai kandidat untuk posisi CEO sebelum Edwar Ardonio menunjuk Davina sebagai penggantinya.
Lewis berada di luar negeri selama serah terima dan baru-baru ini kembali ke kota.
Mendengar perkataan Lewis pada Edwar, anggota dewan lainnya setuju dengannya.
"Itu benar... kita tidak dapat membantah bahwa dia adalah seorang desainer jenius. Mungkin jurusan desain akan lebih sesuai dengan bidang pekerjaannya," Kata Albert Brave— Ayah Lewis ikut menimpali.
Davina melanjutkan langkahnya menuju tempat duduknya dan semua orang meliriknya. Begitu dia duduk, salah satu anggota dewan menyerangnya dengan pertanyaan.
"Nona Davina, kiriman berisi batu-batu mulia tiba-tiba hilang di bawah pengawasan Anda. Apa pendapat Anda tentang hal itu? Bagaimana Anda menjalankan perusahaan ini jika barang-barang senilai jutaan dolar dapat dengan mudah hilang tanpa penjelasan yang jelas?"
Davina menoleh kearah pria itu. "Kenapa aku tidak diberi tahu tentang kiriman yang hilang dan siapa yang meminta pertemuan ini?"
"Ya." Jawab Lewis menoleh ke arah Davina. "Sebelum anda kembali, Nona Davina, saya sudah mengurus segala sesuatunya di sini. Tapi, sejak anda mengambil alih, keadaan di perusahaan menjadi kacau. Ini pertama kalinya kami kehilangan kiriman dan barang-barang di dalam kontainer itu bernilai sangat mahal. Saya meminta pertemuan ini untuk membahas bagaimana kita akan menangani masalah ini."
Davina menatap Lewis dan mengajukan pertanyaannya. ""Sebagai direktur pelaksana, kepada siapa Anda melapor? Apakah kepada dewan direksi, atau saya, sebagai CEO Anda?"
Lewis mengepalkan tangannya mendengar pertanyaan itu. Ia menjawab dengan gigi terkatup, "Saya laporkan kepada Anda, Nona Davina!."
"Jadi, kenapa anda memanggil saya untuk rapat tanpa memberitahu saya terlebih dahulu tentang masalahnya? Jika anda melapor dulu pada saya, masalah ini bisa segera diselesaikan sekarang dan tidak perlu lagi merepotkan anggota dewan," kata Davina.
"Apakah Anda mengatakan bahwa Anda dapat menemukan kiriman yang hilang itu, Nona Davina?" Lewis mengajukan pertanyaan kepada Davina.
Jika di lihat, Lewis tampak tenang, tetapi kemarahannya mendidih. 'Beraninya wanita bodoh ini mempermalukan aku di depan anggota dewan? Dia pikir dia siapa?.' Batin Lewis.
Davina mengangguk dengan percaya diri. "Tentu saja, saya akan menemukan kiriman yang hilang itu dalam dua hari."
"Bagaimana jika tidak? Apakah Anda bersedia mengundurkan diri dari jabatan Anda?"
"Lewis!." Teriak Edwar.
"Tidak masalah, sebagai seorang pemimpin, saya seharusnya memberikan contoh dan menyelesaikan tugas-tugas seperti ini. Jika saya tidak menemukan kiriman yang hilang dalam dua hari, saya akan mengundurkan diri dengan senang hati," Jawab Davina.
Lewis diam-diam menyeringai dan berbagi pandangan dengan Ayahnya— Albert Brave dan beberapa anggota dewan yang lainnya.
Davina meninggalkan ruang konferensi dan mulai menelepon seseorang. Tepat ketika ia hendak pergi setelah selesai menghubungi seseorang dan menerima petunjuk tentang pengiriman itu, teleponnya berdering.
Davina mengira itu berita tentang pengiriman, jadi ia segera menjawab panggilan tersebut tanpa melihat ke arah layar ponselnya.
"Halo, Davina Grizelle Ardonio."
Davina membeku ketika mendengar suara Kevin, ia memutar matanya malas dan kemudian membentak Kevin. "Ada apa, Tuan Kevin?."
"Aku ingin mengundangmu makan malam di rumah, Kakek—"
"Bisakah kamu berhenti menggangguku? Sangat menyebalkan!." Bentak Davina lagi dan langsung memutuskan sambungan panggilan, rasa frustasi merayapi dirinya.
Sementara itu, pada saat yang sama, Kevin melayangkan tatapan tajamnya kearah ponselnya setelah Davina memutuskan sambungan panggilan mereka.
"Davina, berani kamu menutup panggilan ku seperti ini?." Monolognya.
Ketidakpedulian Davina membuat Kevin merasa kesal.