NovelToon NovelToon
Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Tuan Kuda Laut & Nona Ikan Guppy

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cintamanis / Murid Genius / Angst
Popularitas:19.3k
Nilai: 5
Nama Author: yellowchipsz

Di sekolah, Dikta jatuh hati pada gadis pengagum rahasia yang sering mengirimkan surat cinta di bawah kolong mejanya. Gadis itu memiliki julukan Nona Ikan Guppy yang menjadi candunya Dikta setiap hari.

Akan tetapi, dunia Dikta menjadi semrawut dikarenakan pintu dimensi lain yang berada di perpustakaan rumahnya terbuka! Pintu itu membawanya kepada sosok gadis lain agar melupakan Nona Ikan Guppy.

Apakah Dikta akan bertahan dengan dunianya atau tergoda untuk memilih dimensi lain sebagai rumah barunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yellowchipsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cupu!

...٩꒰。•‿•。꒱۶...

...𝙏𝙐𝘼𝙉 𝙆𝙐𝘿𝘼 𝙇𝘼𝙐𝙏 & 𝙉𝙊𝙉𝘼 𝙄𝙆𝘼𝙉 𝙂𝙐𝙋𝙋𝙔...

...© Yellowchipsz...

...—Bandit berkedok Bintang kelas lebih menjerat pesona Langit; daripada si Teladan yang disanjung Bumi sekolah, tapi melucuti belas kasih.—...

...♡˖꒰ᵕ༚ᵕ⑅꒱...

"Aku maunya di sini!" jawab Saila ketus menghindari Arjuna.

"Balik! Kelas ini nggak cocok buat kamu!" bentak Arjuna kasar dan menyeret lengan Saila sampai memerah. Berikutnya, tarikan Arjuna yang tertahan membuatnya terpaksa menoleh ke belakang lagi.

Ternyata, lengan Saila satu lagi sudah di genggaman Dikta.

Tanpa mengurangi rasa takzim, Dikta menegaskan, "Saila Guppy sudah menjadi bagian dari keluarga Dua Belas IPA Dua!"

Getaran ego yang tinggi mempertuan akalnya, memicu Arjuna untuk makin kuat merampas Saila agar Dikta tidak menghambat obsesinya.

"Cuma IPA Satu yang pantas untuk Saila!" geram Arjuna yang tidak rela kalau Saila benar-benar pindah kelas.

Sendu kian merasuk jika terus menarik paksa lengan Saila yang memendam pedih, maka Dikta melepas pelan genggamannya. Namun, ini bukanlah kekandasan.

Arjuna memepet, lalu meninggikan diri tepat di hadapan wajah Dikta. "Berani lo nyentuh Saila gue?!" berang Arjuna sembari menyeret kasar Saila ke belakangnya.

Dikta memamerkan gerak tawa ekspresif tanpa suara, berusaha menyamarkan kekehannya. "Saila milik lo?"

"Ya, terus milik siapa?" tantang Arjuna membengis, "Milik lo? Ngaca! Lo itu bandit berkedok bintang kelas!"

"Hah! Bandit?" gelak Dikta menganggap Arjuna sedang melawak. "Lo merasa kecurian, Jun? Mungkin lebih tepatnya lo memaksakan sesuatu buat menjadi milik lo. Padahal, garis hidup lo menolak."

Saila mengulum senyum meski bulir beningnya sudah di ujung kelopak, itu karena Dikta menebarkan tatapan hangat padanya. Seperti tidak ada alasan bagi Saila tuk lara kian dalam, menyerap energi senyuman Dikta adalah mendapatkan harsa yang lembut.

"BERANI LO!!!" bentak Arjuna, berdesing semua telinga karenanya, apalagi Dikta yang menjadi pelampiasan utama.

Saila membangkang terhadap keinginan Arjuna dan berusaha melepaskan diri dari cengkeraman paksaan itu.

"Jangan marahin Dikta!" kesal Saila yang terus menjotos lengan Arjuna.

"Nggak usah nakal, Saila!" sentak Arjuna yang membuat jiwa Saila tertekan lagi.

Puri beraksi menyibak surai pendeknya, lalu mendorong Arjuna agar tidak menentang Dikta. "Eh, Juna! Berani lo sentuh Dikta, gue cakar muka lo!"

"Cakar? Silakan! Lo bakal masuk catatan buku hitam sekolah!" Arjuna menyodorkan mukanya ke hadapan Puri, minta dicakar sukarela. "Ayo, cakar! Meong Puri! Haha!"

"Puri!" panggil Lingga cemas, tidak ingin Puri tersandung persoalan.

Dikta membujuk Puri agar menjauhi Arjuna. "Pur-ikan! Nggak usah ikut-ikut! Lo sama Lingga aja!"

"T-tapi," bantah Puri.

"Percaya sama gue!" tegas Dikta hingga membuat Puri beredar menuju ke bangku Lingga.

Murid-murid 12 IPA 2 lainnya menjadikan kejadian ini sebagai bahan tontonan yang spektakuler, meski ada rasa karut jika terjadi peperangan besar.

Arjuna tersenyum bengkok dan mencibir Dikta, "Kenapa lo ngebet nahan Saila? Lo siapa? Kesenengan Saila duduk di depan lo?!"

"Gue ketua kelas dan Saila wakil gue. Pak Satria juga sudah menambahkan nama Saila secara resmi di kantor sebagai keluarga Dua Belas IPA Dua," terang Dikta ramah, masih berbaik hati.

"Heh, sok Malaikat," decak Arjuna, "padahal Iblis."

Dikta masih menahan untuk tidak meloloskan iblis kemarahan. Dia menegaskan, "Keluar dari kelas gue tanpa ngajak Saila. Sebelum gue puter tangan lo."

Atensi Arjuna pun condong ke arah Lingga yang cedera dan mengenakan gips di lengan kiri. Arjuna tentu mengetahui perkelahian antara Dikta dan Lingga beberapa hari yang lalu. Dia sedapat mungkin menelan saliva yang mendadak seret.

Selajur Lingga membalas Arjuna dengan satir, "Eh, Juna. Sebutan Iblis dari lo buat Dikta tuh nggak lengkap. Harusnya, lo bilang kalau dia ... Iblis bertangan beton! Siap-siap badan lo dipatahin sama dia, setelah gue."

Arjuna tergeleng-geleng menanggapinya.

"Hahah!" Dikta malah tertawa menggubris Lingga yang membahas IBLIS BERTANGAN BETON. Itu adalah julukan untuk Dikta di dalam buku Bukan Malaikat Hujan milik abangnya. Dikta tidak marah karena perkataan Lingga, malah berselera dirinya yang ingin membogem Arjuna!

Arjuna mencibir Dikta, Lingga, dan Puri bersamaan, "Kalian bertiga dari dulu memang aneh! Sekarang makin aneh!"

Dikta, Lingga, Puri, dan Arjuna saling bertatapan, bergantian. Itu adalah tatapan kenangan lama. Kenyataannya, mereka berempat sudah lama saling mengenal, saat masih di bangku SMP dulu.

Ada sebuah problematika yang membuat hubungan mereka begitu dingin, terutama antara Arjuna dan Dikta, sampai menyebabkan Arjuna pindah sekolah. Terpisah cukup lama dengan Arjuna, hingga mereka kembali dipertemukan oleh takdir di SMA Permata Laut ini. Buana waktu ini begitu renik sampai membuat Dikta merasa lucu dengan permainan nasib.

"Dih! Lo yang aneh!" cibir Puri balik pada Arjuna.

Saila yang mencubit-cubit lengan Arjuna pun berhasil menarik langkah seribu, menuju ke belakang jasmani Dikta yang hangat.

"SAILA!!!" bentak Arjuna tak dapat mengontrol nafsu amarah.

Semua murid tampak tak percaya dengan sikap Arjuna sebagai murid teladan yang terkenal santun dan lembut pada guru. Ternyata, beginikah aslinya?

Puri berdecak eksentrik, "Woah! Harusnya, guru-guru melihat sikap kasar seorang Arjuna Barz! Apa kalian semua masih bangga dengan Juara Satu Umum ini?"

Dikta mengusap-usap telinganya yang berdengung akibat gema suara Arjuna yang menulikan komentar sekitar. "Tolong, ini kelas gue. Yang berhak ribut cuma gue sama anak-anak IPA Dua. Lo dilarang keras," peringat Dikta.

"Saila nggak akan konsen belajar di kelas lo yang kayak kandang b*bi!" marah Arjuna menekan dada Dikta menggunakan telunjuknya.

"Kandang apa tadi?" pinta Dikta agar Arjuna mengulang kata-kata busuk itu. Dengan sekali tarikan kuat, lengan kanan Dikta menerkam kerah Arjuna sampai kancing yang paling atas copot dan jatuh hina ke lantai.

"Dikta!" cegah Saila panik, "Nanti repot berurusan sama Arjuna!"

Dikta refleks melepas cengkeramannya terhadap Arjuna. Benar apa yang dikatakan Saila. Bukan hanya Arjuna yang berkuasa sebagai juara satu umum di sekolah, tapi orang tua Arjuna adalah donatur nomor satu untuk sekolah ini. Terlebih, Dikta luar biasa hapal siapa sosok ayahnya Arjuna—ialah orang besar yang berpengaruh, juga berbahaya.

Dikta ingin melupakan semua kejadian lampau tentang ayahnya Arjuna, tapi mustahil. Hah—tapi Dikta tidak takut mau sehebat apa peran Arjuna di sekolah ini. Dikta mengalah karena Saila yang meminta.

Arjuna terbatuk usai lepas dari amarah Dikta yang sementara.

Lingga merasa kelas menjadi tidak harmoni karena menyaksikan kericuhan gara-gara kehadiran Arjuna.

"Mentang-mentang juara satu umum, perkataan lo seolah-olah kelas IPA Dua ini rendahan dibandingkan IPA Satu? Kalau ini kandang b*bi, lo berarti jadi b*bi juga karena udah masuk ke sini!" tantang Lingga yang duduk malas di bangkunya sambil memegangi lengan kirinya yang mengenakan gips.

"Lo nggak usah ikut campur! Sembuhin dulu tangan lo yang cacat!" cerca Arjuna melotot pada Lingga.

"Cu-pu!" sindir Lingga sengaja membesarkan api di hati Arjuna.

Arjuna membatin tidak ikhlas disebut cupu. Gue pastikan pulang sekolah nanti lo bersujud di kaki gue, Lingga!

Bersambung ... 👑

1
.......
semangat terus kak chipppp /Smirk//Smirk/
yanah~
semangat kak 💪 di tunggu bab selanjutnya 💪🤗
Pamela Zahra
kok kasian ya sama dikta dan juna /Sob//Sob//Sob/ tp saila jga berhak memilih tanpa paksaan
chiaa🐤
WOWWW KERENNN BANGETTT KATA-KATA NYAA🥰
chipsz🌙: MAKASIIII KA CHIAA😘😘😘✨
total 1 replies
Pamela Zahra
aku ketagihan bacain cerita ka chipszzz🌹🌹❤️‍🔥
ChaManda
malah rebutannn😭👊
dipikir saila mainan?/Sob/
ChaManda
😭😭😭😭
DIBA V☔💧🌧️
SELALU DITUNGGU TULISANNNN MOMMMMKUUU🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️🤸🏻‍♀️🥰🥰🥰🥰
DIBA V☔💧🌧️
itu maaah, sosok yg dicintai sama Saila 😭😭😭😭🤎🤎🤎🤎 Diktaaaaa
DIBA V☔💧🌧️
astaga sailaaaa ga gitu😭😭😭😭😭
DIBA V☔💧🌧️
kalo ngerasain posisi tiap karakter, ada sedihnya semua😭😭😭😭😭😭
DIBA V☔💧🌧️
Saila maksdnya apa tntg kamu ga smpurna lagi??😭😭
DIBA V☔💧🌧️
bruno hahahha bruno🙂🙂🙂
DIBA V☔💧🌧️
andai mama tau yg sebenernya 🙂🙂🙂
DIBA V☔💧🌧️
Nona impiannya tentu nona ikan guppy🥺🥺🥺🥰🥰🥰🥰
DIBA V☔💧🌧️
ngakak seember😭😭😭😭😭😭bener bener ya lu susenooo, nama ig nya aja upil
DIBA V☔💧🌧️
PAKKKKK SINI KUGUNDULIN RAMBUT BAPAAKKKK😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
DIBA V☔💧🌧️
mengamok ayang lingga🤣🤣🤣🤣
DIBA V☔💧🌧️
cowooo impianku juga 😫😫😫🤎🤎🤎🤎
DIBA V☔💧🌧️
gmn kalo misal jejak akun sosmednya dikta diliat mamanya saila👀👀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!