mampir mampir mampir
“Mari kita berpisah,”
“Mas rasa pernikahan kita sudah tidak bisa di pertahankan, mungkin ini memang salah mas karena terlalu berekspektasi tinggi dalam pernikahan ini.” Lirih Aaron sambil menyerahkan sesuatu dari sakunya.
Zevanya melakukan kesalahan yang amat fatal, yang mana membuat sang suami memilih untuk melepasnya.
Namun, siapa sangka. Setelah sang suami memutuskan untuk berpisah, Zevanya di nyatakan hamil. Namun, terlambat. Suaminya sudah pergi dan tak lagi kembali.
Bagaimana kisahnya? jadikah mereka bercerai? atau justru kembali rujuk?
Baca yuk baca!!
Ingat! cerita hanya karangan author, fiktif. Cerita yang di buat, bukan kenyataan!!
Bijaklah dalam membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehebohan di rumah baru
Zeva berusaha menjauhkan Aaron dari dirinya, dia menutup pipinya yang memanas. Aaron yang lihat istrinya seperti itu pun seketika tersenyum.
"Kenapa? kamu tidak mau?" Tanya Aaron.
"Bu-bukan seperti itu, aku merasa. Terlalu cepat, kita baru saja kembali bersama." Lirih Zeva.
Aaron menghela nafas pelan, dia meraih tangan Zeva untuk ia genggam. netranya menatap lekat pada mata sang istri.
"Zeva, mas ... mas sudah memaafkan kesalahanmu dulu. Mas mencoba untuk menerima semuanya, selama ini mas tidak bisa menerima kesalahan kamu dan berakhir dengan rasa kecewa yang terpendam. Sulit mengontrol emosi, dan mudah marah."
"Apa kamu tahu, kenapa mas meninggalkanmu saat itu juga?" Tanya Aaron yang di balas gelengan oleh Zeva.
"Karena mas tidak mau bernasib sama seperti papah mas."
"Mamah dan daddy, sebenarnya sudah menjalin hubungan di saat mamah masih menjadi istri papah. Mamah lebih memilih daddy, di banding papah. Papah sangat kecewa, karena dia masih sangat mencintai mamah." Lirih Aaron.
Zeva merasakan emosi suaminya, dirinya terkejut jika mertuanya jiga berselingkuh.
"AKu pikir, mumpung di antara kita belum ada anak. Lebih baik kita berpisah, dari pada kita berpisah setelah ada anak dan anak kita akan sama seperti ku. Hidup tanpa orang tua yang lengkap, itu sulit."
Zeva meraih pipi Aaron, tatapannya kini berembun. Zeva benar-benar tidak akan mengulang kesalahan yang sama, dia tidak akan mengkhianati suaminya lagi.
"Maafkan aku mas, aku berjanji tidak akan berselingkuh darimu lagi hiks ... aku menyesal. Aku menyesal hiks ... maafkan aku, jika perbuatanku membuatmu kembali kecewa." Ungkap Zeva.
Aaron menghapus air mata Zeva yang sempat mengalir, dia menatap istrinya dengan raut wajah bahagia.
"Mari kita saling menerima, maafkan mas juga yang selama ini sering bertindak kasar padamu. Maafkan mas yang menyakiti hatimu," ujar Aaron.
Zeva mengangguk yakin, lalu dia memeluk erat Aaron dengan air mata bahagia. Aaron lum membalas pelukan istrinya dengan erat, air mata pria itu turut terjatuh.
GUBRAK!!!
"EKHEEE! EKHEE! HUAAA!!"
Seketika Zeva dan Aaron sama-sama melepas pelukan mereka. "MARSHA!" Pekik keduanya.
Aaron berlari kencang ke kamar putrinya, setelah sampai. Dirinya melihat putrinya yang tergeletak di lantai dengan kaki yang bersandar di kasur. Seperti nya Marsha naik ke tempat tidurnya dan berakhir jatuh.
Buru-buru Aaron membawa sang putri ke dalam gendongannya, dia mengecek keadaan Marsha di saat putrinya masih menangis kencang.
"Apa yang sakit sayang?" Tanya Zeva yang sudah berada di dekat suami dan putrinya.
Marsha memegang kepalanya, mata Zeva dan Aaron terbelalak lantaran melihat warna perban Marsha yang berubah merah.
"Astaga mas! jaitan Marsha belum terlalu kering!" Pekik Zeva.
Sontak Aaron merogoh sakunya, dia membuat panggilan untuk Jacob.
"Ha ..."
"Halo bang, bisa ke rumahku? di jalan XX, cekat ya bang!! Sepertinya jaitan Marsha terbuka!"
Tuutt!!
Di posis Jacob, kini pria itu tengah merutuki Aaron yang mematikan ponsel seenaknya.
"Kenapa bang?" Tanya Adinda yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Abang keluar dulu yah." Pamit JAcob.
"Tapi, aku kan mau ke salon. Si kembar sama siapa? papah mamah kan sedang keluar?"
Seketika Jacob menepuk dahinya, lalu tatapannya jatuh pada putra kembarnya yang berada di karpet berbulu sedang bermain dengan kucing mereka.
"Yasudah, abang bawa saja. Abang cuman mau ketemu sama Aaron." Pasrah JAcob.
"Lagian abang sih izinin Zeva pulang! jadi repotkan!" Kesal Adinda.
Jacob meneguk ludahnya kasar, dia belum jujur ke istrinya dengan kebenaran tentang Zeva.
"Aku mau ke salon bang, janjian sama Sofia. Dia harus rajin-rajin perawatan, kan bentar lagi nikah," ujar Adinda yang tengah fokus bercermin.
Jacob mendekati istrinya, dia mengusap lengan Adinda dengan pelan.
"Sayang, abang mau kasih tau sesuatu." Cicit Jacob.
"Apa bang?" Tanya Adinda sembari memakai beda di wajahnya.
"Sebenarnya, pernikahan Aaron dan Sofia batal." Ringis Jacob.
"APA?! KOK BISAA!!"
Si kembar bahkan menatap orang tuanya dengan tatapan terkejut, lantaran mendengar suara Adinda yang begitu nyaring.
"Ternyata Aaron sudah menikah, dan punya anak." Pekik Adinda.
Mendengar itu, Adinda meletakkan bedaknya. Dia segera mengambil tasnya dan menarik sang suami keluar kamar. Tatapannya terlihat marah dan kesal.
"Gak jadi aku ke salon! kamu mau ketemuan sama Aaron kan?! AKU IKUT! AKU MAU LIAT SIAPA ISTRINYA!"
Jacob meneguk ludahnya kasar, kemarahan istrinya yang Jacob khawatirkan. Sebab, sang istri kalau sudah ngamuk tak ada celah untuknya membela diri.
"Ariel, Azka! ayo ikut daddy dan mommy!"
***
Marsha tertidur dengan mulut tersumpal dot susu, terdengar bocah menggemaskan itu masih sesenggukan karena menangis terlalu lama.
Zeva yang ikut merebahkan diri di samping putrinya hanya bisa membantu putrinya tidur sampai Jacob datang.
"Mana lagi bang Jacob, lama banget!" Gerutu Aaron, sedari tadi dia mencoba menghubungi Jacob sembari mondar-mandir.
Ting Tong!
Ting Tong!
"Nah, itu pasti dia!" Seru Aaron dan bergegas turun.
Ting! Tong!
"Gak sabaran banget sih!" Kesal Aaron.
"Iya sabar!" Gerutu Aaron dan membuka pintu.
Cklek!
"E-eh!!"
Baru saja membuka pintu, tubuhnya di dorong oleh Adinda. Adinda memaksa masuk dan menatap sekeliling rumah adik iparnya.
"Mana istri kamu?" Tanya Adinda dengan tatapan tajam.
Bukannya menjawab Aaron menatap Jacob yang masih berdiri di ambang pintu bersama si kembar.
"Istri abang kenapa?" Tanya Aaron dengan bingung.
Adinda menatap ke sekitar, lalu netranya tak sengaja menatap ke arah lantai dua.
"Oh, istrimu ada di atas? kakak mau ke atas."
"Eh bang! bini abang gimana sih!!" Pekik Aaron kesal.
"Dia udah tahu pernikahan kamu dan sofia batal, makanya dia marah." Vetus Jacob.
Aaron dan Jacob pun menyusul Adinda yang berjalan cepat menuju lantai 2, kedua pria itu bahkan berlari menyusul Adinda yang sudah sampai di ambang pintu Marsha.
"Mana istri Aa ... loh, Zeva?! kok kamu disini?!"
Zeva yang melihat kehadiran Adinda sontak saja terkejut, dia segera mendudukkan dirinya dan beranjak berdiri dengan canggung.
"Kak Adinda, disini?" Tanya Zeva dan meneguk ludahnya kasar.
Adinda menatap ke arah Aaron, lalu beralih menatap Zeva. Hingga tatapannya jatuh pada seorang bocah yang tertidur.
"Ja-jangan bilang kalau Zeva itu istri kamu Aaron?! dan anak itu, anak kalian?!" Pekik Adinda.
Aaron mengacak kasar rambutnya, keadaan putrinya genting dan kakak iparnya malah membuat drama syok.
"Nanti aja dulu yah kak, bang coba periksa anakku. Kayaknya jaitannya kebuka, sempat jatuh tadi." Pekik Aaron dan segera menarik Jacob menuju putrinya.
JAcob mendengus sebal, tapi tak urung dia duduk di tepi ranjang Marsha dan mengecek keadaan lukanya.
Si kembar yang ada di sana turut melihat Marsha, keduanya sama-sama membulatkan mulut sesaat melihat wajah Marsha.
"Tantikna." Gumam Keduanya.
Mendengar putrinya sedang di kagumi, Aaron segera mengusap wajah keponakannya itu
"Anak uncle jangan di liatin terus, gak boleh!" Larang Aaron.
"IIHH!!" Pekik keduanya dengan kesal memukul tangan Aaron.
Adinda mengamati wajah Zeva yang terlihat cemas, dirinya tak menyangka jika Zeva adalah istri adik iparnya.
"Kenapa kamu gak hilang kalau kamu itu istri Aaron?" Tanya Adinda dengan tatapan yang tak bisa di baca.
Mengetahui istrinya sedang di tekan, Aaron segera mendekat.
"Kak, Zeva gak salah. Kami pun sama-sama. bingung harus bagaimana saat itu," ujar Aaron.
Adinda memutar bola matanya malas, dia melipat tangannya di d4da dan kembali menatap Zeva dengan serius.
"Sudahlah kak, jangan pojokin istriku terus." Aaron berusaha untuk melindungi istrinya.
"Kamu, diam!" Unjuk Adinda pada Aaron.
"Katakan pada kakak, apakah pria ini meninggalkanmu di saat hamil?"
Zeva melebarkan matanya, dirinya pikir Adinda akan mempermasalahkan status dirinya. Sebab, karena dirinyalah Aaron gagal menikah dengan sahabat Adinda.
"Jawab saja, jangan takut." Desak Adinda.
Zeva malah melirik Aaron, yang di lirik pun hanya diam.
"Diam mu, membetulkan segalanya. Untung nya sahabatku dan suamimu tak jadi menikah, dengan istrinya saja dia begitu. Bikin malu keluarga!"
Zeva melongo, sedari tadi dia cemas karena khawatir Adinda akan membencinya sama seperti Laras.
Tangan Adinda terangkat dan menyentuh tangan Zeva.
"Gak di sangka, baby sitter ku adalah adik iparku." Seru Adinda.
Adinda tersenyum lebar, baru saja dia akan kembali berbicara. Azka dan Ariel menarik dress miliknya.
"MOMMY!! MOMMY!" Pekik keduanya.
"Apa sayang?" Tanya Adinda.
"Bawa pulang adek itu, Alil cuka cama dia," ujar Ariel.
"Iya mommy, Acka cuka. Mau dia, mau dia!!"
Aaron merasa tak terima, dia segera melirik tajam keponakannya yang menatapnya sinis.
"Apa-apaan! enggak! gak ada! dia anak uncle yah! bukan adik kalian! noh! adik kalian masih dalam perut!" Omel Aaron.
"UNCLE PELITT!! DACAAL!"
lucu banget daah...
syedih nih kayanya..
perlu bawa kanebo kering gak yaaaah
K E R E N !!!!