Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.
Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.
Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—selaku pria dari masa lalunya yang kini sangat sukses, datang. Selain membantu, Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, juga mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka yang sempat kandas di masa lalu, meski kini mereka sama-sama lansia.
Masalahnya, Salman masih memiliki istri bahkan anak...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Delapan Belas
Lokasi tempat rukiyah dan rutan Pelangi sempat ditahan, terbilang jauh. Sekitar pukul tiga, mereka baru tiba di lokasi. Kelakuan Pelangi sudah mirip bayi lagi. Jika dituruti, Pelangi minta digendong Salman.
Ternyata, jika pasien umum dan tak memiliki jalur dalam, mereka harus antre sekaligus menunggu lama untuk bisa mendapatkan jadwal ditangani. Mendung mendadak tak bisa komentar, meski ia yang ditanya. Efek pasien di sebelahnya menjawab, bahwa wanita tua itu sudah antre dari satu bulan lalu.
Sementara itu, alasan Salman tak lagi menjadi fokus perhatian, tentu karen Salman sengaja menggunakan topi sekaligus masker. Hingga sebagian besar wajahnya tertutup. Hanya orang-orang jeli saja yang bisa mengenalinya. Masalahnya, apakah di tengah antrean penanganan pengobatan dan sudah sangat bosan layaknya sekarang, ada yang mau mengawasi orang lain dengan saksama?
“Mungkin karena mas Salman punya orang dalam, makanya kami langsung ditangani,” pikir Mendung ketika akhirnya nama Pelangi dipanggil.
Mendung menggandeng tangan kiri Pelangi, sementara dari sebelah kanan, ada Salman yang sampai dirangkul oleh Pelangi. Mendung berpikir bahwa sang putri mengira, Salman itu ayahnya.
Sampai di tempat rukiyah dan lokasinya terbuka, beramai-ramai dengan pasien lain yang ditangani. Awalnya Pelangi kebingungan, dan perlahan cekikikan. Merasa tangis meraung-raung dan reaksi histeris lainnya lucu. Padahal ketika giliran Pelangi, gadis itu juga turut menangis meraung-raung. Mendung dan Salman yang memeganginya sampai mental. Pelangi tak mau diam kesakitan, tapi harusnya luka Pelangi bukan karena jin dan sebangsanya. Luka Pelangi murni karena beban mentalnya yang begitu berat.
Sepanjang Pelangi menangis-nangis, selama itu juga Mendung berlinang air mata dan sampai sesenggukan.
Salman meraih kemudian menggenggam tangan Mendung. Mendung membalasnya kemudian menunduk sambil tersedu-sedu.
“Ya Allah ... aku mohon, cepatlah berlalu. Tolong tunjukan kuasamu!” batin Mendung.
Sekitar satu jam kemudian, Pelangi menjadi pribadi yang jauh lebih tenang. Pelangi bahkan tidak tantrum dan langsung menangis di setiap ia melihat Mendung. Namun, Pelangi tak sedikit pun berbicara. Hanya air matanya saja yang beberapa kali berlinang mengurai cerita.
“Ayo cerita ke Bunda. Enggak apa-apa, Bundamu ini sangat kuat, kok,” lembut Mendung. Namun dalam dekapannya, Pelangi hanya sesenggukan.
“Kita pulang,'' sergah Salman yang mengulurkan kedua tangannya kepada Mendung maupun Pelangi.
Setelah melihat tangan Salman, Pelangi jadi mencoba mengawasi wajah pria itu.
“Itu Om Salman, ... bukan ayah, Ngie. Namun, Bunda berjanji akan bercerai dari ayah, sesuai permintaan kamu,” ucap Mendung yang yakin, alasan Pelangi mengawasi wajah Salman karena putrinya itu mengira bahwa Salman merupakan Andika sang ayah.
***
Sepanjang perjalanan, Pelangi kembali tidur. Di pangkuan Mendung, Pelangi tampak sangat lelap dan tak lagi ada emosi berarti. Di kesempatan tersebut pula, Mendung membahas status Salman yang ia ketahui merupakan suami orang.
“Seharian ini, kamu dengan kami. Aku bahkan belum tanya kabarmu, Mas. Kabar istri dan anakmu,” ucap Mendung yang jadi bingung. Apa yang harus ia bahas. Ingin meminta Salman untuk tak membantunya, itu tidak mungkin karena sampai detik ini, Mendung masih sangat membutuhkan uluran tangan Salman. Apalagi berkat peran Salman, selain Pelangi bisa meninggalkan rutan, Pelangi juga dipermudah ketika rukiyah.
“Kamu jangan berpikir aneh-aneh,” ucap Salman.
“Enggak mungkin aku enggak mikir aneh-aneh, Mas. Masalahnya, aku apalagi Pelangi masih butuh bantuan Mas—”
“Nah, kita fokus ke sana saja. Kita fokus ke keadilan untuk kalian,” sergah Salman memotong balasan Salman.
“Tetap saja aku tidak boleh egois. Istrimu tahu, sekarang kita sedang bersama karena Mas sedang menolongku?” balas Mendung. “Apa bedanya aku dengan Yanti, kalau aku mengganggu rumah kamu dan istrimu?”
Salman mendengkus berat. Ia tak lagi menjawab Mendung dan membuat Mendung merasa tak enak hati. Mendung merasa bersalah sekaligus serba salah.
“Aku memang butuh, bahkan sangat butuh bantuan dari Mas. Namun aku sadar, adanya aku dalam hubungan kalian, bisa melukai istri dan anak Mas.
“Fokus ke kasus kalian saja, Ndung. Aku dan istriku ... kami akan bercerai.”
Pengakuan dari Salman barusan, sukses membuat Mendung membeku.
“M–Mas?”
“Kamu tidak perlu tahu alasannya.”
“Pas di acara Yanti, ada anak perempuan yang manggil-manggil Mas papa, dan bilang bahwa mamanya, ... pingsan?” Mendung masih berusaha mencari tahu.
“Setelah kasus kamu selesai, baru kita bahas itu,” sergah Salman segera menutup obrolan.
“Tapi, Mas. Lihat Pelangi, ... Pelangi begini karena papanya diambil pelakor. Sama halnya jika Mas lebih pro ke kami. Itu bisa melukai putri Mas!” sergah Mendung.
“Lalu, kamu maunya bagaimana?” sergah Mendung.
Mendung merenung serius seiring ia yang menunduk. “Kalau Mas mau menolongku, ... sepertinya harus lewat perantara, Mas. Jangan sampai kita langsung gini.”
Salman yang jadi kehilangan banyak maksudnya, berangsur mengerjap beberapa kali. “Kamu akan bercerai dari Andika, kan?” ucapnya dengan nada suara yang turun drastis.
Mendung mengangguk tanpa kembali menatap Salman. Mereka tak lagi bertatapan sekaligus berinteraksi melalui kaca spion yang ada di atas Salman.
“Cukup siapkan berkasnya. Nanti pengacaraku yang urus, agar kamu enggak capek!” sergah Salman lebih semangat dari sebelum disinggung perihal Salman dan hubungannya dengan istri maupun sang putri.
Sekitar pukul delapan malam, mobil Salman memasuki halaman rumah kelewat sederhana selaku tempat tinggal Mendung. Di depan rumah berdinding bilik dan memiliki halaman cukup luas, Salman menurunkan Mendung dan Pelangi. Mendung menolak diantar Salman lagi.
“Pulang lah, Mas. Anak istri Mas sudah menunggu. Jangan pedulikan aku berlebihan meski aku menang sangat membutuhkan bantuan dari Mas. Cukup utus orang untuk membantuku. Kasihan istri dan anakmu. Jangan sampai, aku malah jadi Yanti karena mendadak jadi duri rumah tangga Mas dan istri Mas. Sementara putri Mas, ... cukup Pelangi saja yang begini, Mas,” ucap Mendung pada Salman yang berdiri loyo di hadapannya. Jarak mereka tak kurang dari satu meter.
“Kita sudah sama-sama tua. Kita ini sudah nyaris lansia, Mas. Andai memang masih ada sisa-sisa kisah kita di masa lalu. Anak dan pasangan Mas yang sekarang, jauh lebih harus diutamakan.” Mendung sengaja memapah Pelangi yang masih terkantuk-kantuk. Ia kesulitan melakukannya, tetapi tetap menolak uluran tangan Salman.
Penuh kelembutan sekaligus pengertian, Mendung terus meminta Salman untuk segera kembali ke istri dan juga anaknya.
“Ayo kita menikah. Setelah urusan kita dengan pasangan kita yang sekarang, selesai!” tegas Salman kepada Mendung yang ia tatap penuh keseriusan.
Sungguh itu yang Salman katakan, hingga Mendung tercengang. Mendung sulit percaya, kenapa Salman justru mengajaknya menikah dan tak segan mengakhiri pernikahan yang sekarang. Atau memang, sebenarnya pernikahan Salman juga bermasalah layaknya pernikahan Mendung? Pikir Mendung.
(Ramaikan yaa. Tolong kompak mau perhitungan retensi besok 🙏)