NovelToon NovelToon
Shadow Of The Old Promises

Shadow Of The Old Promises

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan
Popularitas:604
Nilai: 5
Nama Author: Galaxy_k1910

Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.

Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.

Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah hantu

Seminggu kemudian. Berita tentang kemunculan ruang gelap di pasar malam yang awalnya terselesaikan dan muncul kembali pun menggegerkan masyarakat daerah Gunung Tua.

Para Awakening dan polisi mulai melakukan pendataan untuk mengetahui jumlah pasti korban hilang.

Dalam televisi tipis berwarna hitam yang terpasang di ruang tamu memperlihatkan foto berserta data diri para korban yang diketahui hilang. Paling muda berusia 9 tahun dan paling tua berusia 50 tahun dan kebanyakan para korban merupakan warga biasa.

Rahayu yang sedang menonton tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya ketika melihat sebuah video salah satu orang tua korban yang menangis histeris karena kehilangan anaknya.

"Ma~ papa bilang bakalan pulang lebih malam." Ekilah yang baru datang dari rumah pohon pun sedikit terkejut melihat sang ibu.

Rahayu melirik sang putri. "Eki, mama khawatir sama adikmu, sekolahnya kan dekat sama lokasi pasar malam nanti kamu yang jemput adikmu ya."

Awalnya Ekilah hendak menolak. Lagi pula sekolah adiknya memiliki Awakening kelas silver yang berjaga. Akan tetapi, melihat ekspresi sang ibu ia pun menerimanya.

Jam dinding menunjukkan pukul 03.40 Ekilah sudah menyiapkan motornya untuk menjemput sang adik. Selagi memanaskan mesin motor, Ekilah mulai membaca informasi misi dari federasi melalui aplikasi khusus para awakening.

"Ruang gelap yang awalnya sudah diselesaikan sekarang muncul lagi? Kayaknya para awakening itu tidak benar-benar menyelesaikannya."

Setelah mesin motor sudah panas Ekilah pun berangkat menjemput Arkara. Tak lupa ia juga sudah memberi salam pada Rahayu.

Setibanya di sekolah, Ekilah perlu menunggu beberapa menit sebelum bel sekolah berbunyi. Dia pun membeli jus buah sambil memainkan game online di ponselnya.

"Loh, Ekilah."

Ekilah menoleh singkat ke seseorang yang memanggilnya. Itu Rizal. Perempuan bermata biru itu pun kembali fokus pada layar ponselnya.

"Wah, kacang," ujar Rizal.

"Lagi sibuk."

Pemuda berambut tosca itu pun duduk di samping Ekilah. "Jadi gimana pekerjaanmu?"

"Sekarang aku sudah resmi jadi awakening."

"Terus? Mau gabung sama Federasi atau guild?" Rizal ikut memesan jus buah.

"Belum tahu kalau itu. Dua-duanya bisa berbahaya," jawab Ekilah.

"Levelmu?"

"Perunggu."

"Bohong."

Sret!

Ekilah memperlihatkan kartu awakening-nya pada pemuda itu. Raut wajah Rizal tidak menunjukkan jika dia percaya pada ucapan Ekilah.

"Gua baru tahu kalau seorang platinum bisa menyembunyikan energinya."

"Tenang saja, gua bicara lewat telepati kok," ujar Rizal.

"Aku tahu." Ekilah masih fokus pada ponselnya.

Dia sesekali meminum jus buah naganya.

Keadaan kembali hening. Rizal mengambil pesanannya yang sudah jadi. Pemuda itu lalu bertanya pada Ekilah.

"Lo gak mau ikut berita yang lagi viral itu?"

"Enggak ada hubungannya denganku," jawab Ekilah ketus.

Rizal tidak menampilkan wajah kecewa. Dia sudah kenal dengan Ekilah sejak kecil. Rizal Mahendra, dia satu-satunya sepupu jauh Ekilah yang masih memiliki hubungan dekat.

Jika seseorang bertanya tentang pendapat Rizal tentang Ekilah maka pemuda itu akan menjawab dalam satu kata. Monster.

Setelah beberapa menit, Ekilah kembali menegakkan posisi duduknya ketika kata winner muncul pada layar ponselnya.

"Kamu gak mau jadi awakening juga?" Tanya Ekilah sembari meminum jus buahnya.

"Dan meninggalkan semua kucing-kucing imutku? Tidak terima kasih. Ditinggalkan sendirian itu menyakitkan," balas Rizal.

Ekilah tak ambil pusing. Dia sedikit menyayangkan bakat sepupunya ini.

Teeet! Teeet!

Bel tanda jam pulang pun berbunyi. Kini Ekilah hanya perlu mencari keberadaan Arkara. Dari kejauhan, Ekilah pun melihat sang adik sedang berjalan bersama teman-temannya.

Sebuah ide jahil pun muncul di kepala Ekilah.

Ketika Arkara sudah berada di luar area sekolah Ekilah segera berlari mendekat.

Grep!

"Arkara sayang! Aku kangen loh."

"Hah!?"

Sontak teman-teman Arkara yang tidak mengetahui identitas Ekilah pun kaget bukan main. Arkara berusaha melepaskan pelukan sang kakak namun tak bisa.

"Ar-Arkara kamu... Kamu ternyata suka cewek yang lebih tua ternyata!?" Teman Arkara bertanya.

"Bukan!!"

Melihat ekspresi terkejut serta malu Arkara membuat Ekilah senang. Dia pun melepaskan pelukannya.

Perempuan berambut putih itu tertawa kencang.

"Nih!" Dia memberikan sisa jus buahnya pada Arkara yang langsung diterima.

"Dia pacarmu Arkara?" Tanya salah satu teman laki-lakinya.

"Bukan. Dia kakakku, namanya Ekilah."

Ekilah memasang senyuman lebar. "Halo adik-adik!"

Puk!

Ekilah menepuk kepala Arkara beberapa kali sambil mengacak-acak rambutnya. Mata biru Ekilah mengamati 3 remaja di hadapannya yang terdiri dari 2 cowok dan 1 cewek lalu kembali memandang sang adik.

"Kamu gak ada kerja kelompok kan?"

Arkara menggeleng. "Gak ada. Ayo pulang, duluan ya, teman-teman."

"Ah, iya."

"Lain kali jangan memelukku dong, itu memalukan," ucap Arkara dengan wajah cemberut.

Ekilah hanya bisa tertawa kecil. Sebagai seorang kakak dia sangat suka saat menjahili adiknya ini. Walau kadang dia memang agak berlebihan.

"Tadi itu temen dekanmu?"

Arkara mengangguk kecil. Dia segera membuang kemasan jus buah yang sudah habis ke tempat sampah terdekat.

"Iyut. Kenapa?"

Ekilah terdiam sebentar. "Bukan apa-apa... Cuman, pertemanan kalian agak unik ya."

Arkara menaikkan satu alisnya bingung. Detik berikutnya dia mengabaikan ucapan Ekilah dan menganggapnya sebagai angin lalu.

Remaja itu memberi salam singkat pada Rizal yang sedang duduk di dekat tempat parkir.

Biasanya, sepulang sekolah Arkara akan mampir sebentar ke bengkel tempat Rizal bekerja sembari menyapa adik sepupunya yang sedang sakit namun karena hari ini dia dijemput oleh Ekilah ia pun tidak bisa menjenguknya.

Setibanya di rumah, Ekilah melihat ibunya duduk di depan televisi yang masih menayangkan berita tentang ruang gelap di pasar malam yang terus-menerus muncul.

"Para awakening ini benar-benar tidak berguna," batin Ekilah kesal.

Ketidakmampuan para awakening dalam menangani ruang gelap tersebut tidak hanya membuat Rahayu, ibunya, bersedih, tapi juga membuat Karsa, ayahnya yang seorang dokter forensik, tidak bisa pulang.

Ekilah menghela napas panjang.

Malam itu, sambil menyendiri di rumah pohon, Ekilah memeriksa daftar misi untuk para awakening dari Federasi.

"Ternyata misi ruang gelap di pasar malam kini meningkat menjadi misi tingkat B," gumamnya pelan.

Perempuan itu berdiri, lalu menarik sebuah kardus besar berisi barang-barang pribadi miliknya di sudut ruangan. Tangan Ekilah terulur mengambil masker hitam berbahan kain, kacamata hitam serta topi hitam.

"Semoga mama tidak tahu aku keluar," batin Ekilah.

Setelah mengenakan beberapa barang tadi Ekilah langsung berjalan menuju lokasi pasar malam.

.

.

.

Di salah satu pos darurat di dekat pasar malam, terlihat 2 orang polisi sedang berjaga mengawasi sekitar sembari mengobrol ringan.

"Bro, kenapa semuanya kelihatan hijau."

"Lepas kacamata pengelihatan malammu itu dodol."

"Eh, tau gak katanya kita bisa lihat di malam hari pakek filter negatif di toktok."

"Gak nanyak sumpah!"

"Ayolah bro, jangan tegang gitu."

"!!"

Srak!

Salah satu dari mereka langsung menyadari keberadaan Ekilah yang datang tanpa suara dan memasang posisi siaga dengan senjatanya.

"Siapa di sana?!"

Perlahan, Ekilah berjalan keluar dari gang gelap. Ia mengangkat kedua tangan, kode agar polisi itu menurunkan menjaganya.

Ekilah membuka masker dan mengambil kartu awakening-nya. "Aku awakening yang mau membereskan ruang gelap."

Wajah polisi itu menunjukkan ekspresi heran. "Bukankah, awakening dari guild-"

"Aku awakening independen," sela Ekilah.

Kedua polisi itu pun tidak punya pilihan lain selain mengijinkan Ekilah masuk. Di negara ini banyak awakening yang bertingkah seolah derajat mereka lebih tinggi dari para polisi meski sebenarnya bukan.

"Permisi," ucap Ekilah sebelum pergi melewati keduanya.

Hanya beberapa langkah masuk ke area pasar malam Ekilah bisa melihat sekumpulan asal hitam yang memenuhi wahana rumah hantu.

Mata biru kehijauannya melihat sekeliling. Harusnya ada beberapa Awakening yang berjalan di luar.

"Sepertinya mereka ikut tersedot ke dalam ruang gelap," pikir Ekilah.

Tanpa rasa takut dan gugup Ekilah pun memasuki ruang gelap itu. Hilangnya para awakening yang berjaga bisa berdampak baik dan buruk.

1
Dian
Semangat trus berkarya thor 💪🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!