Di dunia yang dikendalikan oleh faksi-faksi politik korup, seorang mantan prajurit elit yang dipenjara karena pengkhianatan berusaha balas dendam terhadap kekaisaran yang telah menghancurkan hidupnya. Bersama dengan para pemberontak yang tersembunyi di bawah tanah kota, ia harus mengungkap konspirasi besar yang melibatkan para bangsawan dan militer. Keadilan tidak lagi menjadi hak istimewa para penguasa, tetapi sesuatu yang harus diperjuangkan dengan darah dan api.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairatin Khair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
Matahari pagi yang hangat menyinari kota Valyria, tapi bagi Ares, kehangatan itu terasa menipu. Dia berdiri di balkon istana, menatap lautan bangunan dan jalanan di bawah, menyaksikan kehidupan yang perlahan kembali normal. Kekaisaran yang selama ini terbungkus dalam tirani Ragnar kini berada di ambang kebebasan—tapi kebebasan apa?
Di belakangnya, Liora dan para pemberontak bergerak cepat, merayakan kemenangan yang baru saja diraih. Tapi Ares tidak bisa ikut merayakan. Ada sesuatu yang terus mengganjal dalam benaknya—kata-kata terakhir Ragnar yang penuh misteri dan ancaman.
"Kekaisaran ini sudah mati," Ragnar telah berkata. Tapi Ares masih belum bisa memahami apa yang dimaksud oleh jenderal itu. Apakah ini hanya keputusasaan seseorang yang tahu bahwa kekuasaannya akan runtuh? Atau ada sesuatu yang lebih besar di balik kata-katanya?
Suara langkah kaki di belakangnya membuat Ares berbalik. Liora mendekat, wajahnya serius meskipun ada sedikit kelegaan setelah kemenangan mereka.
"Kita berhasil, Ares," katanya, menatap Ares dengan tegas. "Ragnar telah jatuh. Ini saatnya kita mengambil alih dan membangun kembali kekaisaran yang hancur."
Ares mengangguk perlahan, tapi wajahnya tidak menunjukkan kegembiraan. "Kau mendengar sendiri kata-kata terakhirnya, Liora. Dia memperingatkan kita tentang sesuatu. Sesuatu yang lebih besar dari sekadar dirinya."
Liora menyipitkan mata. "Aku dengar. Tapi aku tidak percaya pada peringatan dari seorang tiran yang sekarat. Ragnar menggunakan sihir gelap untuk mempertahankan kekuasaannya. Kini dia sudah mati, begitu pula sihirnya."
Ares ingin percaya, tapi hatinya masih penuh keraguan. Dia memandang jauh ke arah cakrawala, di mana gunung-gunung yang diliputi kabut melingkari Valyria seperti benteng alami. "Jika apa yang dia katakan benar, maka kita mungkin menghadapi ancaman yang jauh lebih besar."
Liora menepuk bahu Ares dengan lembut. "Kita sudah mengatasi yang terburuk. Jika ada ancaman lain, kita akan siap menghadapinya. Kita tidak boleh takut pada bayangan yang dilemparkan oleh orang mati."
Ares tersenyum tipis, namun itu tidak cukup untuk mengusir kecemasannya. Di dalam dirinya, ada sesuatu yang mengingatkan bahwa perjuangan mereka belum selesai. Bayangan kekaisaran masih bersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk muncul kembali.
---
Di bawah istana, para pemberontak mengadakan pertemuan cepat. Mereka sudah menyebarkan kabar tentang kematian Ragnar ke seluruh penjuru Valyria. Penduduk kota mulai mendengar bahwa tirani telah berakhir, dan harapan perlahan bangkit di antara rakyat.
Namun, di tengah kegembiraan itu, beberapa pemberontak yang lebih tua—mereka yang pernah melihat kekaisaran di masa kejayaannya—terlihat lebih berhati-hati. Salah satu dari mereka, seorang pria tua bernama Gaius, berdiri dan angkat bicara di hadapan yang lain.
"Kita mungkin sudah menyingkirkan Ragnar," katanya dengan suara serak, "tapi kita tidak boleh mengabaikan apa yang dia tinggalkan. Sihir yang dia gunakan bukanlah sesuatu yang bisa lenyap begitu saja. Ada kekuatan di luar kendali kita yang belum kita pahami."
Liora yang duduk di ujung meja mendengarkan dengan saksama. "Apa yang kau maksud, Gaius?"
Gaius menatap mata Liora dengan penuh kekhawatiran. "Aku sudah hidup cukup lama untuk melihat banyak hal dalam kekaisaran ini. Kekuatan yang dimiliki Ragnar berasal dari ritual-ritual kuno. Sumbernya bukan hanya sihir biasa. Ada sesuatu yang lebih gelap, sesuatu yang mengakar dalam sejarah kekaisaran kita. Dan jika kita tidak hati-hati, kekuatan itu bisa bangkit lagi."
"Apa maksudmu?" tanya salah satu pemberontak muda dengan nada skeptis. "Ragnar sudah mati. Apa lagi yang perlu kita khawatirkan?"
Gaius menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Kekuatan yang digunakan Ragnar berasal dari Kuil Bayangan. Tempat itu telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, tapi sihir yang ada di sana masih hidup. Dan sekarang, setelah Ragnar mati, kekuatan itu mungkin mencari inang baru."
Ruangan itu menjadi sunyi. Kata-kata Gaius menciptakan gelombang ketidaknyamanan di antara para pemberontak. Beberapa dari mereka mulai bertanya-tanya apakah kemenangan mereka benar-benar final, atau hanya pembuka bagi sesuatu yang lebih buruk.
Ares, yang berada di sudut ruangan, mendengarkan dengan seksama. "Kuil Bayangan," gumamnya, mengingat sesuatu dari masa lalunya sebagai prajurit elit. Kuil itu disebut-sebut dalam legenda sebagai tempat di mana kekuatan gelap Valyria berasal. Namun, tak ada yang pernah berani mengunjungi tempat itu—bahkan para penyihir kekaisaran.
"Aku tahu tentang Kuil Bayangan," lanjut Gaius. "Itu adalah tempat di mana para kaisar pertama kali mendapatkan kekuatan mereka. Di sana, mereka melakukan ritual untuk mengendalikan kekuatan gelap yang memberi mereka kendali atas kekaisaran selama berabad-abad. Ragnar menemukannya lagi, dan dia menggunakannya untuk memperpanjang kekuasaannya."
"Apa yang bisa kita lakukan?" tanya Ares akhirnya, suaranya tegas namun penuh pertanyaan.
Gaius menatapnya. "Kita harus menghancurkan sumber kekuatan itu. Jika tidak, kekuatan itu akan terus mencari jalan untuk bangkit. Dan Valyria akan jatuh ke dalam kegelapan yang lebih dalam daripada yang pernah kita bayangkan."
---
Hari berikutnya, Ares dan Liora berdiri di depan gerbang istana, memimpin sekelompok kecil pemberontak yang dipilih dengan cermat. Mereka bersiap untuk perjalanan yang berbahaya menuju Kuil Bayangan, yang terletak di pegunungan utara Valyria. Tempat itu terletak jauh di luar jangkauan, di balik hutan lebat yang hampir tidak pernah dijelajahi selama bertahun-tahun.
"Ini akan menjadi perjalanan yang panjang," kata Ares sambil memeriksa perlengkapannya. "Dan kita mungkin tidak akan kembali dengan selamat."
Liora menatap Ares dengan keyakinan. "Apapun yang terjadi, kita harus menghentikan kekuatan ini sebelum itu menghancurkan segalanya."
Mereka menaiki kuda dan memulai perjalanan panjang mereka menuju Kuil Bayangan, tempat di mana kegelapan sejati Valyria tersembunyi. Di balik gunung dan hutan lebat, rahasia kekaisaran yang terlupakan sedang menunggu untuk diungkap. Tapi Ares tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang menghancurkan kuil. Ini tentang menghadapi bayang-bayang yang telah lama menghantui Valyria—dan dirinya sendiri.
---
Di tempat lain, jauh di dalam hutan pegunungan, bayangan gelap merayap di antara pepohonan. Di tengah hutan yang sepi, Kuil Bayangan berdiri dalam diam, dipenuhi dengan kekuatan yang tertidur. Tetapi kini, dengan kematian Ragnar, kekuatan itu mulai terbangun, menunggu untuk dilepaskan sekali lagi.
---
cerita othor keren nih...