Sepuluh tahun Carla Magdalena mencintai Paman angkatnya, yang menjadi walinya, menggantikan ke-dua orang tuanya yang sudah meninggal.
Carla begitu posesif pada Pamannya, ia akan marah, serta berteriak kepada setiap wanita, yang mendekat pada Pamannya, Bastian Kenneth.
Sehingga Bastian begitu membenci Carla, dan selalu mengabaikan Carla.
Sepupu jauh Carla, Ivanka Caroline, pihak dari Ayah Carla, menjadi saingan Carla untuk mendapatkan cinta Bastian.
Ivanka Caroline menghasut Bastian, sehingga Bastian semakin membenci Carla.
Sampai Carla meregang nyawa di tangan sepupunya itu, Bastian tidak perduli sama sekali.
Sakit hati melihat kenyataan, membuat Carla menyadari, kalau ia begitu bodoh, terlalu mencintai Bastian Kenneth.
Seandainya ia di beri kesempatan, untuk menjalani kehidupan kedua, Carla berjanji, tidak akan pernah mencintai Bastian lagi, ia menyesal telah jatuh cinta kepada Bastian Kenneth.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25.
Brak!!
Bastian menutup kembali pintu kamar Carla, saat Carla baru saja akan membuka pintu kamarnya.
"Carla! katakan ada apa? kalau Paman ada menyakitimu, katakan pada Paman, jangan seperti ini! kalau kamu tidak ingin Ivanka berada di Mansion Miller, untuk membantu Paman memperhatikan kamu, Paman akan beritahukan kepada orang tuanya, agar menjaga Ivanka jangan masuk lagi ke Mansion Miller!"
Bastian berdiri di depan pintu kamar Carla, menjadi penghalang, agar Carla tidak masuk ke dalam kamar.
"Cih! lagu lama! tidak usah mencari perhatianku, dengan cara menyingkirkan Ivanka, kalian berdua tidak akan terpisahkan!" ujar Carla ketus.
Di kehidupannya yang lalu, Bastian pernah memarahi Ivanka, tapi amarahnya hanya beberapa hari saja, setelah itu Bastian kembali percaya dengan apa yang selalu di katakan Ivanka.
Ia kembali menjadi seseorang yang tidak penting, yang tidak di dengarkan sedikit pun keluh kesahnya oleh Bastian.
Ia pernah sampai menangis mengatakan kepada Bastian, kalau Ivanka mencoba ingin mencelakainya.
Tapi, apa jawaban Bastian? Paman angkatnya itu mengatakan, kalau ia sungguh tidak masuk akal, memfitnah Ivanka.
Hati Carla sangat sakit sekali kala itu, ia jadi semakin menangis saking kesalnya. Dan tangisan nya, membuat Bastian menjadi jengkel, sampai Bastian melontarkan kata-kata, yang membuat Carla semakin sakit hati.
"Kamu sungguh menyusahkan! membuat aku muak padamu! kenapa kamu di titipkan kak Frederick padaku! membuat hidupku sangat kesulitan!!"
Saat itu, hati Carla seperti di tusuk jarum, sangat menyakitkan, dan terasa bagaikan meneteskan darah.
Bastian membiarkan Ivanka menarik dirinya, bahkan sampai setengah di seret oleh Ivanka.
Carla memejamkan matanya, saat mengingat peristiwa itu, hatinya kembali terasa sangat sakit.
Rasanya, ia baru saja mengalami kejadiannya itu, membuat tubuhnya gemetar saat mengingat kembali, bagaimana sakitnya penganiayaan yang di lakukan Ivanka.
"Carla! Paman bersungguh-sungguh padamu, Paman ingin memperbaiki kembali hubungan kita, Paman tidak akan membiarkan siapapun lagi, untuk merusak hubungan kita!" Bastian dengan nada yang tegas mencoba menyakinkan Carla.
Carla mendengus dingin mendengar perkataan Bastian, ia tidak tergugah sedikit pun.
"Menyingkir!" sahut Carla dengan dingin.
"Tidak! sebelum kita selesai bicara, untuk menuntaskan permasalahan yang ada di antara kita, kamu katakan apa salah Paman!"
"Salahmu terlalu cerewet! aku tidak ingin kamu pura-pura perhatian padaku!!"
"Aku tidak pura-pura, saat ini Paman bersungguh-sungguh ingin memperbaiki hubungan kita!"
"Tapi aku sudah tidak tertarik lagi, awas! menjauh dari depanku!!
Carla mendorong tubuh Bastian dengan kuat, untuk menyingkir dari depan pintu kamarnya.
Bastian meraih tangan Carla, dan Carla dengan cepat menarik kembali tangannya, agar jangan sampai di pegang Bastian.
"Pergi!!" teriak Carla dengan kencang.
Ia kesulitan untuk membuat Bastian menyingkir dari depan kamarnya.
Kembali Bastian meraih tangan Carla. Ia sepertinya perlu upaya yang gigih, untuk melunakkan hati Carla yang penuh rasa emosi.
Carla kembali menghindari tangan Bastian, dengan cepat ia mundur ke belakang, yang nyaris saja di raih Bastian.
"Sekali lagi ku katakan! Bastian menyingkir dari depan pintu kamarku! apa kamu tidak punya kerjaan mengurusi aku? apa kamu tidak pergi kerja? jangan mengganggu aku, pergilah!!" sahut Carla dengan kencang.
Wajah Carla kembali memerah karena emosi, sampai urat lehernya menonjol saat ia berteriak.
Beberapa Pelayan yang akan lewat dari koridor kamar Carla, memutar kembali tidak berani untuk lewat dari sana.
"Kamu membuat seisi Mansion ketakutan mendengar teriakanmu! sudah... jangan berteriak lagi, nanti kamu akan sakit Carla!" Bastian perlahan mendekati Carla.
Wajah memerah Carla terlihat begitu menggemaskan, membuat rona pada kulit wajahnya terlihat begitu segar.
"Sudah ku katakan berkali-kali, aku sudah tidak butuh perhatian mu lagi! berikan saja kepada si Ivanka itu, dia lebih membutuhkan mu dari pada aku!!"
"Bagaimana bisa kamu mengatakan seperti begitu, tentu kamu lebih utama dari pada dia! memangnya siapa dia harus ku perhatikan?"
"Ka.. kamu sialan Bastian! jangan pura-pura kamu! aku tahu seperti apa hubungan kalian berdua!!" Carla sangat emosi mendengar perkataan Bastian.
Seandainya di kehidupannya yang lalu, Bastian memikirkan Ivanka tidak begitu penting, ia pasti tidak akan mati di tangan sepupunya tersebut.
Carla tidak menduga, tiba-tiba Bastian sudah berdiri di depannya, berdiri hampir dekat padanya.
Plak!!
Satu tamparan melayang kembali, di berikan Carla ke wajah Bastian, karena Bastian mencoba meraih tangannya.
"Akh!!"
Bastian menahan sakit pada kakinya, saat Carla tiba-tiba menendang kakinya.
Ia tetap berdiri di tempatnya, membiarkan Carla kembali menamparnya.
Plak!!
"Pergi kamu Bastian! jangan pura-pura baik padaku! sialan kamu Bastian!!" jerit Carla melengking, penuh rasa jengkel yang sangat dalam.
Tangan Bastian meraih Carla, lalu membawa tubuh mungil Carla ke dalam dekapannya.
Tangan Carla tanpa henti memukul tubuhnya, dan ia membiarkan saja Carla memukulnya, tanpa berusaha untuk menghindar. Ia membiarkan Carla melampiaskan amarahnya.
Ia pantas mendapat pukulan dari Carla.
Bersambung.....