Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Mungkin peribahasa ini sangat cocok untuk menggambarkan kehidupan gadis ini.
Meyva Maharani Nareswari, gadis muda, cantik nan mandiri, kini tengah di hantam dengan kepahitan yang luar biasa dalam hidupnya. Kecewa yang berlipat karena melihat sang kekasih hati yang berselingkuh dengan saudari tirinya sendiri. Di tambah lagi dengan fitnah keji yang di lempar sang mantan dengan tujuan untuk membuat playing victim agar pria itu tak di salahkan dan berbalik semua kesalahan justru jatuh pada Meyva.
Di selingkuhi, di fitnah, di tikung dari belakang, di usir dan satu lagi ... harus menikah dengan seseorang yang baru dia kenal secara mendadak.
Apakah Meyva bisa melewati semuanya?
Apakah kehidupan Meyva bisa jauh lebih bahagia setelah menikah atau justru sebaliknya?
Penasaran dengan kisah kehidupan Meyva?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ennita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
❤️ Happy Reading ❤️
Lima hari berlalu, tak sadar yang menanyakan kabar atau sekedar bertanya dirinya saat ini. Benar-benar definisi orang yang sudah tak di pedulikan atau yang lebih parah sudah di lupakan.
"Huh, seperti sudah hidup sebatang kara tanpa keluarga." gumam Meyva sambil mengeringkan rambut basahnya di depan cermin.
Dirinya baru saja selesai mandi di kamar pribadinya yang ada di toko.
"Apa sebegitu marahnya ayah sampai sama sekali tak mencari tau tentang kabarku? Sebenci itukah beliau? Setidak percayanya pada putri kandungnya sendiri." katanya dengan meringis nyeri di hatinya.
Sampai Meyva sendiri tak sadar jika kini lagi dan lagi air matanya sudah tumpah tanpa permisi.
"Aduh Meyva kenapa mesti nangis lagi sih, mau sampai kapan kamu kayak gini." gumamnya pada dirinya sendiri begitu sadar dengan air matanya. "Gak boleh lemah, harus kuat dan buktikan kalau kamu bisa tanpa mereka, bikin mereka menyesal bukan malah kamu yang terus terpuruk kayak gini." ucapnya menyemangati dirinya sendiri dengan tangan yang menghapus air matanya. "Ayo kamu bisa yok, semangat." imbuhnya lagi.
Butuh waktu kurang dari lima belas menit untuk Meyva merapikan penampilannya sebelum turun ke lantai bawah untuk membuka pintu yang masih terkunci sebab ini sudah waktunya dimana para karyawannya mulai datang.
Keluar dari kamar dan berjalan dengan santai namun pasti menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai bawah.
Baru juga membuka pintu, ternyata di luar sudah ada dua karyawannya yang datang.
"Selamat pagi." sapa keduanya yang bernama Deni dan Anis.
"Pagi." sahut Meyva.
Semua karyawannya memang sudah tau jika bos mereka itu tinggal di sana. Mereka sering merasa kasihan dengan nasib miris perempuan itu. Masih muda namun sudah mendapatkan cobaan yang beruntun, tapi tetap berusaha untuk tegar.
"Mbak Meyva, ini ibu titip makanan untuk sarapan mbak." kata Anis sambil menyodorkan satu kotak yang berisi makan untuk Meyva.
"Ya ampun Nis, kok malah jadi repot-repot kayak gini." kata Meyva.
"Gak repot kok mbak." kata Anis.
"Terimakasih ya, bilangin sama ibu juga." ucap Meyva.
"Iya mbak, kalau gitu aku kedalam dulu." kata Anis yang akan meletakan tasnya di dalam sebelum mulai pekerjaannya.
Beginilah Meyva dengan para karyawannya, dia yang merupakan sosok owner yang baik, ramah, membuat begitu dekat dengan para karyawannya.
Rata-rata yang bekerja di sana adalah orang-orang yang tidak mampu, mereka tidak melamar pekerjaan di sana melainkan Meyva lah yang menawari mereka pekerjaan.
Ada Bu Meri yang hanya ibu rumah tangga dengan suami butuh pabrik, ada Anis yang merupakan anak yatim dengan jenjang pendidikan lulusan SMA dengan ibu yang hanya buruh cuci serta memiliki dua orang adik yang masih duduk di sekolah dasar dan menengah pertama. Dulu Meyva bertemu dengan gadis itu saat Anis berdiri di depan warung makan dengan tatapan nanar, karena gadis itu tak memiliki uang untuk membelinya sedangkan perutnya terasa sangat lapar serta adik-adiknya pun butuh makan dengan ibu yang sedang sakit kala itu. Singkat cerita, Meyva menolongnya waktu itu dan menawarinya pekerjaan.
Deni, pemuda itu dulu pertama kali ketemu dengan keadaan yang tak begitu baik. Deni yang tak memiliki pekerjaan terpaksa mencuri beberapa roti di warung dan nyaris di pukuli warga kalau tak bertemu Meyva.
Ada Ana, Santi, Rini dan Edi yang kehidupannya tak jauh berbeda dari Anis, Deni juga Bu Meri.
Tak berselang lama dari kehadiran Anis dan Deni, satu persatu pekerja yang lain pun datang sehingga membuat toko yang tadinya sepi kini menjadi ramai karena celotehan mereka sambil mengerjakan pekerjaan masing-masing.
❤️
Cklek
Dave yang hendak mengumpati orang yang dengan seenaknya masuk ke dalam ruangannya pun mengurungkan niatnya kala melihat siapa yang masuk.
"Sibuk Dave?" kata orang itu sambil berjalan ke arah dimana Dave berada.
Dave pun berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan menuju ke arah orang itu. Menyambar dan tak lupa mencium punggung tangannya.
"Kesini kok gak ngabarin pa?" tanya Dave
"Apa kalau mau kesini, ketemu dengan putra papa sendiri harus membuat janji dulu?" tanyanya sambil menjatuhkan bobot tumbuhnya di sofa.
"Bukan begitu pa, takutnya nanti kalau Dave malah gak ada di kantor." sahut Dave yang ikut duduk tak jauh dari papanya duduk. "Papa gak ke rumah sakit?" tanya Dave karena ini masih jam kerja, baru pukul sepuluh pagi.
"Papa kebetulan habis ketemu teman lama di sekitar sini, jadi sekalian mampir." jawab papa Delon yang membuat sebelah alis Dave terangkat, karena tak papanya itu tak akan menemuinya kalau memang tak ada yang ingin di bicarakan.
"O iya, kapan kamu akan meresmikan hubunganmu dan Meyva, Dave?" nah kan benar apa dugaan Dave. "Ingat, umur kamu itu sudah gak muda lagi Dave." kata papa Delon lagi.
"Lah kok jadi bawa-bawa umur sih pa." protes Dave.
"Karena apa yang papa katakan itu benar adanya Dave." ucap papa Delon. "Lihat, Daniel yang notabene adalah adik kamu saja sudah menikah, apa kamu mau kalau sampai Dena juga menikah lebih dulu." sarkasnya. "Apa salahnya sih Dave kalau kalian cepat menikah, atau jangan-jangan sebenarnya Meyva bukan kekasih kamu?" tuduh papa Delon dengan mata yang memincing ke arah Dave.
"Ah bu-bukan begitu pa." sahut Dave dengan sedikit gugup dan menerka-nerka dalam otaknya apakah papanya itu menaruh curiga dengan hubungannya dan Meyva." Baiklah, nanti akan Dave bicarakan dengan Meyva." ujar Dave selanjutnya.
"Oke, kalau gitu papa pergi dulu dan ingat papa tunggu kabar dari kalian berdua." kata papa Delon yang sudah berdiri dari duduknya.
Sepeninggal papa Delon, Dave kembali mendudukkan tubuhnya di kursi kerjanya. Kedatangan sang papa nyatanya membuat pikirannya menjadi tidak fokus.
"Aku harus bicarain sama Meyva." gumam Dave.
Baru hendak meraih ponselnya yang ada di meja, terdengar ketukan pintu yang yang membuatnya mengurungkan niatnya itu.
"Masuk." seru Dave.
Cklek
"Maaf tuan, anda mendapatkan undangan dari tuan Nareswari untuk acara pertunangan putrinya." ucap Nikolas dengan tangan yang menyerahkan undang pada Dave.
"Bukannya Nareswari itu keluarga Meyva?" tanya Dave dengan tangan terulur meraih undangan.
"Benar tuan dan yang bertunangan adalah saudara tiri dan mantan calon suami nona Meyva." jelas Nikolas.
"Tunggu Nik, kok saya dapat undangan? Apa kita ada kerja sama dengan perusahannya?" tanya Dave, karena dia tak mengenal Baim tuan Surya sehingga tak ada alasan yang bisa membuatnya di undang.
"Tidak ada tuan, namun perusahan Nareswari beberapa kali memang mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita." jawab Nikolas.
"Oh begitu." beo Dave.
pesan buat author tetap semangat ya..,Jgn perduli kan orang ya gak mengerti susah nya perjuangan seorang buat bikin ni novel💪💪👍👍👍