Emily, 25 tahun. Dia harus terjebak diantara permintaan bos nya untuk bisa diterima menjadi sekretaris di PT Dinar Sastra.
Satria,35 tahun . Pimpinan yg dikenal dingin dan jutek itu memiliki kepribadian unik. Tempramental dan manja seperti layaknya bayi .
Namun, siapa sangka seiring berjalannya waktu bersama mereka berdua menumbuh kan rasa cinta tetapi bagaimana status Satria yg masih memiliki istri ?,Bisakah mereka bersatu diantara kecaman keluarga mereka..?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lulu Berlian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Emily tidak memperdulikan ,ia segera menaiki taksi yang ia pesan meninggalkan rumah penuh kenangan itu ,Kenangan manis hanya sampai ketika ayahnya masih hidup , setelah itu keseharian nya berubah seperti di neraka.
****
"Gue di telpon Ibu katanya lo pergi dari rumah ? Sekarang lo ada di mana?"
Seketika selera makannya menghilang ,ia kira Sebastian menelpon nya ada perlu apa ternyata menanyai masalah itu .
"Gue lagi makan "
"Ya ...di mana ?"
Emily melihat sekitar , dirinya saat ini sedang berada di mall ternama di ibu kota sengaja tidak langsung puyke apartment toh di sana sendirian, lagi pula menikmati hari libur kapan lagi bisa seperti ini.
"Gue lagi di mall"
"Di mana ..? Gue samperin.."
Emily mengembuskan napas pelan apakah Sebastian ingin menceramahinya ?
"Tar gue share lock!".
"Oke.."
Setelah telepon terputus Emily mengirimkan posisi nya ,saat ini lalu melanjutkan makan siang nya yg tertunda.
Tidak ingin menyia-nyiakan yg sudah Satria beri untuk nya ,satu ayam utuh dengan kepedasan maksimal ia pesan beserta menu best seller lainnya.
Jangankan ayam utuh seperti ini dirinya setelah gajian bahkan belum juga sampai rumah sudah habis di hadang para penagih paling ada sisa untuk transportasi beberapa Minggu ke depan.
"Emily..!'
Tak ada lagi pemilik suara ini ,ia sudah sangat hapal benar saja menengok ke belakang Sebastian sedang berlari kecil menuju ke meja makan nya.
"Njir ..udah berapa minggu lu gak makan..?" keliatan dari luar lahap amat.?"
Restoran itu hanya di sekat oleh kaca besar transparan ,jadi pengunjung mall bisa melihat dari luar .
"Lu mau gak.? Pesan aja sendiri ya."
Ucap Emily dalam mulut nya penuh dengan daging ayam.
"Ampun deh ....pelan pelan!"
Sebastian mengusap sudut bibir Emily .
Emily terdiam selama beberapa detik setelah itu tersadar ,kembali mempotek paha ayam dari dada lalu mengunyahnya dalam sekali masuk."
"Ehmmm...juice banget lo wajib coba deh ,kali ini gue yg bayar deh.."
"Sok sok an lu....gajihan aja belum.."
"Ya anggap aja ucapan terima kasih gue karena udah di bawa ke kantor lo."
"Haaaaa......Its oke , syukur aja kalo Pak Satria cocok sama lo . Biasanya dua hari aja udah kabur gak ada yg betah .."
"Ah ..Masa sih..? Emang Pak Satria itu gimana??"
Sebastian memajukan badannya sebelum itu menengok kanan dan kiri terlebih dahulu.
"Pak Satria itu terkenal kejam dan suka marah marah ,bahkan rumornya dia suka ngisep.."
Jantung Emily berdetak lebih kencang ,apakah semua orang kantor tau bahwasannya dirinya akan menjadi bahan dari kelainan Bos nya itu .
"Ngisep..?"
Wajah Sebastian semakin serius .
"Iya ..ngisep darah.."
Brakkk....
Emily tanpa sadar membanting sendoknya membuat semua pengunjung menatap mereka keheranan .
""Kenapa ...? Lo kaget ya ...?"
Emily mengangguk canggung ..
"I ..iya..."
Syukurlah orang orang tidak tau kegilaan Bos nya itu , seperti ada pengancaman dari sekretaris sekretaris sebelumnya untuk tidak membuka suara kepada orang orang.
"Tapi lo gak usah khawatir , tinggal telepon gue di jamin akan selalu siap buat lo jangan sungkan ya..!"
Emily bingung merespon nya ,tidak mungkin dirinya mengatakan kegilaan Bos nya itu .Apalagi dirinya sudah tanda tangan kontrak dan program laktasi ini tidak bisa di hentikan.
"Tapi ngomong ngomong lo mau kemana nanti..?"
Sebastian menengok kanan dan kiri mencari keberadaan tas , Emily tidak terlihat seperti orang akan kabur . Wanita itu hanya membawa tas jinjing.
"Em.. Gue mau ke apartment temen.."
"Apartment temen..?
Kening Sebastian mengerut.
"Temen yg mana ??"
"Temen SMA dulu "
"Cewek ??"
Emily terpaksa mengangguk ,tidak mungkin dirinya bilang pria sudah di pastikan Sebastian pasti akan menghalanginya.
"Elo yakin ..dia bisa di ajak tinggal serumah ? Gue gak keberatan kalo lo harus tinggal di apartment gue dulu.."
Mata Emily melotot sempurna , menyadari itu Sebastian segera meralat.
"Maksudnya elo bisa pake apartment gue dulu ,gue bisa tidur di rumah nyokap ."
"Apa jauh..? Mau gue anter??"
Emily menggeleng cepat.
"Enggak."
"Maksudnya gue udah nyewa taksi ko ."
"Oh ..trus lo gak bawa tas ". Emily mengembuskan napas lega .
"Ada kok,ada di lobi gue titipin.."
Jika seperti ini kan kaya orang mau kabur dari rumah, padahal yg ia bawa cuma sedikit bahkan tidak ada satupun baju yg di bawa toh di apartment ada lebih dan banyak.
"Tapi ...Kalo boleh tau ,rumah temen lo di mana..?"
Emily terdiam ,tidak ada dalam skenario untuk melabuhi Sebastian .
"Aduh...mampus gue kan udah lama gak punya temen ,gimana kalo dia juga nanya nama .?"
"Di em Menteng .."
"Ohh .."
Tidak ada tanggapan lebih , syukurlah Sebastian seperti mempercayainya .
"Taxi udah dateng, gue duluan ya.."
Sebastian mengangguk ,ia membantu Emily memasukkan koper kecil di bagasi belakang.
"Kalo udah sampai, telepon ya..!"
"Oke ..thank ya ."
Sebastian mengangguk ,ia melihat sampai taxi itu jauh dari jangkauannya ,diam diam pria itu mencatat nomor taxi yg di tumpangi Emily.
****
"Hah...gila ..cape banget hari ini ..!"
Emily menaruh asal kopernya ,merasa seperti bertemu surga ketika kembali merasakan AC, Dirinya rebahan di ruang tamu .
"Sepi ..Apa Pak Satria masih di luar??"
Memang sedari tadi pagi tidak ada panggilan atau pesan masuk dari pria itu , ketika dirinya ingin ke luar Satria sudah lebih dulu tidak ada keberadaannya.
"Perasaan kalo di rumah merdeka amat ngerasain rumah sepi ,tapi ini giliran sekarang rasanya hampa.'"
Emily meraih remote televisi mencari saluran yg dapat ia tonton ,tapi ternyata semua isinya membosankan .Teringat bel mengabari Sebastian ia segera meraih tas nya .
"Ah...sial baterainya habis.."
Emily melanjutkan kembali posisi tengkurap nya di atas karpet tanpa sadar lama lama matanya terasa berat hingga semuanya terpejam sempurna.
Dalam tidurnya ia merasa kan kasur empuk perasaan tadi di atas karpet bulu tetapi yg ia rasakan sekali ada selimut yg membungkus tubuhnya.
"Enghhmmm".
Emily menggeliat ,perlahan matanya terbuka .Benar saja saat ini dirinya berada di dalam kamar siapa yg memindahkannya ?
"Sudah bangun..?"
Emily terlonjak kaget ,suara bass itu seketika membuat diri yg tadinya terbaring kini langsung terduduk .
"Tidak perlu kaget seperti itu ,saya bukan orang jahat..!"
"Eh....emmm .....Maaf Mas..!"
Satria tanpa malu membuka kemejanya di depan kamar itu terdapat Emily , bagaimana bisa gadis itu tidak salah tingkah dengan segera memalingkan wajahnya .
"Makan dulu ..Saya sudah bawakan makan malam.."
"Malam..?"
Emily membeo kala bola matanya bergerak mencari jam seketika melotot . Sebegitu lamanya kah ia tertidur ? Perasaan baru saja ,tapi ternyata sudah enam jam .
"Udah pulang dari tadi Mas .?"
Tanya Emily dengan wajah menunduk karena saat ini Satria lebih parah lagi ia hanya mengenakan...