Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 18 - Mengekor Di Belakang
"Aruni, selama ini kamu tinggal dengan siapa?" tanya bibi Jema, kini mereka kembali duduk ruang dapur. Aruni masih menggunakan seragam miliknya, bekerja di sini Aruni mendapatkan 7 seragam sekaligus yang akan Aruni gunakan setiap hari.
"Dengan anakku Bi, Adrian namanya."
"Berapa usianya?"
"18 Tahun."
"Sudah besar ya, jika hanya berdua lebih baik anakmu ajak tinggal di sini saja. Jadi kamu tidak perlu repot pulang pergi."
Aruni tersenyum kecil, "Terima kasih tawarannya Bi, nanti akan saya bicarakan dengan Adrian," jawab Aruni, ingin langsung menolak dia merasa tak enak hati.
Dan lebih tak enak hati lagi jika langsung mengiyakan, pasalnya dia belum sepenuhnya bekerja di rumah ini. Setidaknya Aruni harus menunjukkan kinerjanya selama satu bulan ke depan, barulah dia berani mengajak Adrian untuk tinggal di sini.
Memang paviliun di sini lebih lengkap fasilitasnya dibanding kos-kosan, rupanya majikannya benar-benar kaya raya, sampai para pelayannya pun mendapatkan fasilitas yang fantastis.
Tapi Aruni tak ingin takabur, apa yang dia dapatkan sekarang sudah lebih lebih dari cukup.
Sekitar jam 10 pagi akhirnya Aruni pamit untuk pergi, dia telah berkenalan dengan seluruh pelayan di rumah ini, besok mulai jadi tim yang akan melayani sang Tuan.
Keluar dari rumah megah tersebut Aruni sudah melepas baju seragamnya, kembali menggunakan bajunya sendiri yang sudah cukup lusuh. Tapi rambut Aruni yang biasanya hanya diikat biasa saja, kini tetap disanggul dengan rapi.
Hari ini juga Aruni berniat mengurus surat-surat perceraiannya dengan Hendra. Mengakhiri pernikahan yang selama 20 tahun ini dia jalani.
Sebelum jam istirahat, Aruni telah tiba di kantor catatan sipil. Segala berkas dia ajukan dan langsung ditangani.
Harusnya Aruni datang bersama Hendra untuk menandatangani surat perceraian tersebut, tapi karena Hendra tak datang kelak surat ini akan dikirim ke alamat rumah pria itu.
Aruni pikir prosesnya akan sangat panjang dan membutuhkan banyak uang, namun siapa sangka jika hari ini saja dia bisa mendapatkan surat perceraian tersebut, hanya perlu tanda tangan Hendra untuk sah secara hukum.
Bahkan semuanya gratis tanpa dipungut biasa sepeserpun.
"Benar Pak saya tidak perlu bayar?" tanya Aruni. Kata Yanti saja, dulu Yanti perlu banyak uang untuk bisa bercerai dengan suaminya.
"Benar ibu Aruni, anda termasuk warga tidak mampu jadi semua biaya akan ditanggung oleh negara."
"Oh syukurlah," ucap Aruni penuh syukur, sampai menyentuh dadanya sendiri saking terharunya.
Sekali Tuhan membantunya, keberuntungan ini datang bertubi-tubi.
"Bagaimana jika mantan suami saya menolak untuk menandatangani surat ini? Apa proses perceraiannya akan jadi panjang?" tanya Aruni pula, dia belum begitu paham.
Menerka-nerka juga Bagaimana jika tiba-tiba Hendra berubah pikiran. Apalagi sekarang Adrian ikut dengannya, pria itu pasti akan mempersulit semuanya.
"Iya Bu, jika pak Hendra menolak untuk menandatangani surat ini maka proses perceraiannya akan masuk ke pengadilan."
Aruni sontak menghela nafas kasar, mulai ada kegundahan yang kembali mengusik hatinya. "Baik Pak, terima kasih," jawab Aruni.
Kelak pihak catatan sipil lah yang Akan mengirim surat perceraian itu ke rumah Hendra.
"Semoga semuanya bisa selesai dengan cepat," gumam Aruni, seraya mulai berjalan keluar meninggalkan gedung catatan sipil tersebut.
Aruni masih belum tahu juga bahwa semua kemudahan yang dia dapatkan sejak kemarin tak lepas dari campur tangan Gionino.
Bahkan ketika Aruni datang ke sini saja, Gio tetap mengawasinya dari jauh. Dia berada di dalam mobilnya dan melihat Aruni yang berjalan di depan sana.
Melihat Aruni yang terus melangkah seperti tak kenal lelah.
Ingin sekali rasanya Gionino menarik wanita masuk ke dalam mobilnya, ingin sekali rasanya Gio memijat kedua kaki Aruni.
Tapi yang bisa Gionino lakukan sekarang hanyalah mengawasi dari kejauhan.
Gionino pikir Aruni akan langsung pulang ke kos-kosan, ternyata tidak. Ternyata Aruni pergi ke sekolah Adrian untuk menjemput sang anak.
Dari dalam mobil Gionino melihat jelas saat Aruni dan Adrian bertemu, keduanya saling lempar senyum lalu Aruni memeluk lengan sang anak.
Pemandangan yang bagi Gio sangat indah, berharap kelak dia akan masuk ke dalam keluarga kecil tersebut.
"Ibu, cantik sekali," ucap Adrian, baru kali ini dia melihat ibunya mengikat rambutnya rapi seperti ini.
Aruni tersipu malu, dia tidak menjawab apa-apa.
"Kenapa ibu malah datang ke sini?" tanya Adrian pula, dia senang tapi jadi bertanya-tanya juga. Gara-gara sang ibu datang Adrian jadi tidak bisa menemui tuan Gio untuk berterima kasih.
"Tidak apa-apa, ibu melewati sekolahmu jadi kita pulang bersama saja."
"Memangnya ibu dari mana?"
"Mendaftarkan perceraian dengan papamu."
"Syukurlah, aku senang mendengarnya. Sangat senang," balas Adrian, dia sampai memeluk ibunya erat. Tak peduli meski masih berada di dekat sekolah, meski masih banyak teman-teman yang akan melihatnya.
Tapi sungguh, Adrian merasa sangat bersyukur.
Mereka kemudian berjalan menuju halte bus, sementara Gio tetap mengekor di belakang dengan mobil mewahnya.
'Ya Tuhan, mau sampai kapan tuan Gio jadi penguntit seperti ini?' batin Deni yang jadi supir.
do'akan saja pak mereka bisa bersatu dan bahagia.. entah lah org tua Gio masih ada atau ga ya??? sebab sekarang kan sdh 45 tahu.. waktu temen2nya masih baru2 nikah kek nya masih ada sih ya kak???
menjadi pembeda dari sekian banyaknya cerita yang ada
suka sekali dengan lika liku alur ceritanya
very nice to read 👍
wes pokoke Iki Jan kisah nyata jaman aku cilik, bedanya bapak sayang anak, gak bejat kek Bapake Adrian.
Lunoxs 💋💋💋💋💋
aku nek pas lagi jalan trus beli makanan selalu tak bungkus, sebab nek wes nyampe di rumah iso tak tambahin nasi lagi biar bisa wareg di makan bersama anak² 🤣🤣
Semangat ya Gio untuk mendapatkan hati Aruni lagi😊
semoga inilah saatnya runi bisa menggapai bahagia. tidak akan selamanya hujan badai, akan ada saatnya datang pelangi dan cayaha cerah.