cerita sampingan "Beginning and End", cerita dimulai dengan Kei dan Reina, pasangan berusia 19 tahun, yang menghabiskan waktu bersama di taman Grenery. Taman ini dipenuhi dengan pepohonan hijau dan bunga-bunga berwarna cerah, menciptakan suasana yang tenang namun penuh harapan. Momen ini sangat berarti bagi Kei, karena Reina baru saja menerima kabar bahwa dia akan pindah ke Osaka, jauh dari tempat mereka tinggal.
Saat mereka duduk di bangku taman, menikmati keindahan alam dan mengingat kenangan-kenangan indah yang telah mereka bagi, suasana tiba-tiba berubah. Pandangan mereka menjadi gelap, dan mereka dikelilingi oleh cahaya misterius berwarna ungu dan emas. Cahaya ini tampak hidup dan berbicara, membawa pesan yang tidak hanya akan mengubah hidup Kei dan Reina, tetapi juga menguji ikatan persahabatan mereka.
Pesan dari cahaya tersebut mungkin berkisar pada tema perubahan, perpisahan, dan harapan...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Zhang Jiao dengan pasukan mayat hidup.
Langit malam dihiasi bintang-bintang redup, namun tak mampu menembus kabut asap dan debu yang mengepul dari medan pertempuran sengit di bawahnya. Suara gemuruh benturan senjata, raungan prajurit, dan jeritan kematian menggema di antara reruntuhan bangunan. Pedang beradu dengan pedang, tombak menusuk tubuh, dan darah membasahi tanah yang kering dan berdebu. Di tengah kekacauan itu, Kei dan Reina, dengan sayap-sayap mereka yang telah lenyap, mendarat di belakang Liu Bei, sosok pemimpin yang tenang di tengah badai.
Reina, napasnya tersengal, namun senyum tipis tetap menghiasi bibirnya. "Tuan Liu Bei," suaranya bergetar sedikit karena kelelahan, "kami telah membuka jalan!" Kata-kata itu diiringi oleh desingan angin yang berputar-putar di sekeliling mereka, sisa-sisa kekuatan sihir yang mereka gunakan.
Liu Bei, wajahnya dipenuhi oleh bekas luka dan keringat, mengangguk pelan. "Bagus sekali," katanya, suaranya berat namun tegas, diiringi oleh swoosh pedangnya yang membelah tubuh seorang prajurit Zhang Jiao. Cklek! Suara tulang yang patah terdengar jelas. "Namun, waspadalah. Aku telah menghabiskan pemanah di atas benteng, tetapi yang di bawah... mereka diam saja. Ini pasti jebakan Zhang Jiao!"
Kei, dengan tatapan dinginnya yang menusuk, mengamati gerbang benteng yang gelap dan menyeramkan. "Mungkin," gumamnya, suaranya datar seperti batu. Clang! Suara pedang Guan Yu yang membelah tubuh musuh terdengar nyaring.
Zhang Fei dan Guan Yu, dua dewa perang yang perkasa, telah menyelesaikan tugas mereka. Zhang Fei, dengan teriakan kerasnya, Wuaaargghhh!, menerjang musuh dengan tombaknya yang besar, menciptakan thud dan thwack yang kuat setiap kali tombaknya mengenai tubuh musuh. Guan Yu, dengan tenang namun mematikan, mengayunkan Guan Daonya, menciptakan swish dan whoosh yang mematikan, setiap ayunannya menebas musuh dengan presisi mematikan. Splat! Darah muncrat ke udara.
Mereka bergabung dengan Kei, Reina, dan Liu Bei. Zhang Fei, dengan suara kerasnya yang khas, tiba-tiba berseru, "Reina! Pakaianmu berbeda! Kau ingin merayu musuh, hah?!" Tertawa kerasnya menggema di tengah pertempuran.
Reina, pipinya memerah, menjawab dengan lembut, "Tidak, Mas Zhang Fei! Ini efek dari Ashinamaru Mode!" Suaranya masih manis, meskipun di tengah situasi yang menegangkan.
Seketika, suasana berubah. Suara berat Ashura menggema, "Hati-hati! Di dalam sana... sangat berbahaya!"
"Kenapa?" tanya Kei, suaranya tetap datar, tanpa menunjukkan sedikitpun rasa takut.
"Aku merasakan hawa jahat yang sangat kuat," jawab Ashura, suaranya dipenuhi oleh kekhawatiran. "Sepertinya si tua Zhang Jiao telah mengaktifkan sihirnya!"
Reina, dengan mata berbinar, berkata dengan serius, "Ada sedikit peluang. Aku punya barrier cahaya untuk menahan serangan jarak jauh. Setelah kita masuk, pasti mereka akan menyerang dengan brutal."
Kei menatap Reina dengan lembut, "Apa itu?"
"Barrier cahaya," jawab Reina, suaranya tetap lembut, namun matanya menunjukkan tekad yang kuat. Ia menatap gerbang benteng, seolah-olah menantang bahaya yang mengintai di baliknya.
Guan Yu, dengan suara berat dan penuh otoritas, berseru, "Biarkan aku yang melindungimu, Nak. Aku akan berdiri di depan. Saat mereka melepaskan panah, aku akan menahannya dengan angin yang tercipta dari ayunan Guan Dao-ku!" Whoosh! Ayunan Guan Daonya menciptakan angin kencang yang meniup debu dan asap.
Kei, tanpa emosi, berkata, "Baiklah. Mari kita masuk." Tatapannya tetap dingin, namun di balik itu tersimpan tekad yang kuat untuk menghadapi apapun yang menanti mereka di dalam benteng. Langkahnya pasti, menuju gerbang yang gelap dan penuh bahaya. Creak! Suara gerbang yang terbuka, menandakan awal dari pertempuran yang lebih dahsyat.
Dengan ketegangan yang semakin meningkat, mereka berlima melangkah masuk ke dalam gerbang yang gelap. Begitu mereka menyusuri lorong sempit di balik gerbang, serangan yang dijanjikan Reina pun tiba. Ratusan panah melesat dari kegelapan, bersinar tajam di bawah cahaya redup. Dalam sekejap, Reina mengangkat kedua tangannya, memanggil barier cahaya yang bersinar lembut. Bzzzt! Suara magis bergema saat barier itu muncul, melindungi mereka dari serangan mematikan yang datang.
Dengan penuh semangat, Guan Yu mengayunkan Guan Daonya dengan kekuatan luar biasa. Swish! Angin kencang tercipta, memperlambat panah-panah yang melesat ke arah mereka, membuatnya meluncur dengan kecepatan yang berkurang. "Kalian lumayan juga bisa menahan serangan panahku!" Zhang Liang tertawa, suaranya menggelegar di tengah kekacauan.
"Hei! Apa yang lucu?! Kau akan mati nanti!" Zhang Fei berseru, kepalan tinjunya mengancam ke arah Zhang Liang dan Zhang Jiao.
"Ha... coba saja!" Zhang Liang menantang, senyumnya menyebarkan kebencian yang membuat Zhang Fei semakin terbakar emosi. Dia ingin melesat maju, tetapi Liu Bei dengan tenang menahannya.
"Jangan terpancing, Zhang Fei," nasihat Liu Bei, matanya tetap waspada, mengamati sekeliling yang penuh dengan bayangan musuh.
"Merepotkan saja..." Kei, yang sudah muak, menekan tanah dengan tangan kanannya. Dengan kekuatan yang menggetarkan, ia memunculkan lingkaran iblis yang berkilauan. Vwoosh! Barier Reina bergetar, memancarkan material kecil dan tajam berwarna gelap, bercahaya seperti kaca emas dengan aura kegelapan. Mereka melesat ke segala arah, menghantam para pemanah Zhang Jiao dengan brutal. Splat! Tubuh-tubuh prajurit itu terjatuh, berdiri mati dengan darah yang menyembur keluar.
"Hohoho... kekuatan dari neraka... kalian semua melanggar perjanjian Tuhan... surga tidak menerima kalian," Zhang Jiao mengumandangkan suara yang berat, irama jahat menyelimuti kata-katanya.
"Peduli?" Kei menjawab dengan nada datar, suaranya membuat bulu tengkuk Zhang Liang merinding. Namun, Zhang Jiao tidak terpengaruh. Dengan semangat, ia mulai membaca mantra dengan suara yang menggelegar.
"Semuanya... Serang!" teriak Liu Bei, suaranya penuh komando. Tiba-tiba, mantra Zhang Jiao menggema, "O stratiótes tou ouranoú, emfanisteíte kai skotóste aftoús pou paraviázoun tis yposchéseis tou ouranoú!" Suara tawa Zhang Jiao membahana saat empat wadah di sekeliling mereka mengeluarkan ratusan mayat hidup, penampilannya seperti mumi yang menjijikkan.
Mayat hidup itu mengepung mereka, membentuk lingkaran gelap yang mengerikan. "Reina... ini saatnya..." Kei memberi aba-aba, suara tenangnya menampakkan komando yang tegas.
Reina, dengan gerakan anggun, mengeluarkan katana bercahaya. Shing! Katana itu memancarkan cahaya emas yang terang, seolah-olah siap untuk menari dalam kegelapan. Matanya berubah menjadi kilau emas yang memikat, memancarkan kekuatan yang luar biasa. Dengan gerakan tarian yang lembut namun mematikan, ia maju, katana bersinar di tangannya.
Swish! Setelah menari, Reina berdiri tegak, memasukkan katana ke dalam sarungnya. Dalam sekejap, semua mayat hidup itu terbelah dua dengan presisi yang menakjubkan. Thud! Tubuh-tubuh itu jatuh, terpisah tanpa suara, meninggalkan Zhang Liang bergetar ketakutan.
"Ha... apa itu barusan?" Zhang Liang bergetar, matanya melebar penuh ketakutan.
"Tenang saja, saudara... ini akan memudahkan kita menang!" Zhang Jiao tertawa, mengayunkan tongkat merahnya dengan percaya diri.
Namun, mayat-mayat yang terpotong itu perlahan-lahan menyambung kembali, Crack! suara tulang yang bergeser terdengar saat tubuh-tubuh itu bersatu kembali.
"A-apa ini... mereka bisa menyambung kembali?!" Guan Yu berseru, memasang kuda-kuda, siap menghadapi ancaman yang tak terduga.
Zhang Fei dan Guan Yu maju bersama, bersatu dalam kekuatan. Zhang Fei menusukkan Ji Long Qiang-nya ke tubuh mayat hidup, Thrust! "Ha!" Dia mengayunkan senjatanya ke arah puluhan mayat hidup, menciptakan gelombang serangan. Thwack! Mayat-mayat itu terpental, terjatuh dalam keadaan hancur.
Dengan semangat, Guan Yu melangkah maju, dan mengayunkan Guan Daonya dengan penuh kekuatan. Whoosh! Gelombang angin yang dihasilkan membelah dua semua mayat hidup di hadapannya. Crash! Tubuh-tubuh itu terjatuh, tidak mampu melawan serangan yang mematikan.
Kekacauan di sekeliling mereka semakin intens, namun semangat juang mereka takkan pudar. Suara pertempuran yang menggema, teriakan prajurit dan desingan senjata menyatu menjadi satu harmoni penuh keberanian, menandakan bahwa pertempuran ini baru saja dimulai.
Badan-badan mayat hidup itu menyatu kembali, lebih besar, lebih kuat, dan lebih mengerikan. Mereka berlari menuju Kei, Reina, Liu Bei, Zhang Fei, dan Guan Yu, seperti gelombang hitam yang siap menelan semuanya. Reina, dengan kecepatan kilat, kembali mengaktifkan barier cahayanya. Bzzzt! Suara magis bergema saat barier itu terbentuk, namun mayat hidup itu memukulinya dengan kekuatan brutal. CRACK! BOOM! Suara benturan yang mengguncang tanah menggema saat barier Reina bergetar hebat, nyaris runtuh. Beberapa mayat hidup bahkan berhasil menerobos celah kecil di barier, tangan-tangan keriput mereka meraih ke arah Reina.
"Aku punya strategi baru," kata Kei, matanya mengamati Reina yang berjuang keras mempertahankan bariernya. Ia menarik napas dalam-dalam, tangannya mengepal erat gagang kedua pedangnya.
"Apa itu, Kei?" Suara Reina bergetar, napasnya tersengal menahan kekuatan bariernya. Ia melirik sekilas ke arah Kei, matanya memohon bantuan.
"Aku dan Guan Yu akan menghancurkan wadah-wadah sumber kekuatan mayat hidup ini," kata Kei, suaranya tenang namun penuh tekad. Ia menunjuk ke arah empat wadah besar yang memancarkan aura jahat.
"Benarkah? Ashura berkata hanya Guan Dao Guan Yu yang mampu menghancurkan wadah itu," ragu Liu Bei, memegang erat kedua pedang nya. Ia mengamati gerakan mayat hidup yang semakin agresif, beberapa di antaranya sudah mulai mendekat ke arahnya.
"Senjata Kei juga bisa," sahut Ashura. "Kekejamannya telah meningkatkan kekuatan senjata itu jauh melampaui batas."
"Baiklah. Liu Bei dan Reina, serang Zhang Liang. Zhang Fei, halangi mayat hidup agar mereka tidak menyerang Reina dan Liu Bei," perintah Kei, merancang strategi dengan cepat. Ia mengambil posisi siap, kedua pedangnya berkilauan dalam cahaya redup.
"Baiklah! Ayo, Reina! Hajar anjing tua itu!" Zhang Fei berteriak, amarahnya meluap. Ia berlari maju, Ji Long Qiang-nya diayunkan dengan liar, menciptakan angin puyuh yang menerjang mayat hidup di sekitarnya. WHOOSH! THUD! CRACK! Suara tombaknya yang menghantam tubuh mayat hidup terdengar nyaring. Reina, Liu Bei, dan Zhang Fei berlari menuju Zhang Liang, meninggalkan Kei dan Guan Yu untuk menghadapi wadah-wadah itu.
Kei dan Guan Yu berlari menuju wadah-wadah tersebut, mengayunkan senjata mereka untuk menyingkirkan mayat hidup yang menghalangi. Kei bergerak dengan kecepatan luar biasa, kedua pedangnya menari-nari, menciptakan pusaran bayangan yang memotong tubuh mayat hidup. Swish! Clang! Thwack! Suara pedang dan tombak beradu dengan tulang dan daging mayat hidup memenuhi udara. Guan Yu, dengan setiap ayunan Guan Daonya, menciptakan angin tajam yang menerbangkan mayat hidup. WHOOSH! Setiap ayunannya memotong tubuh mayat hidup dengan presisi mematikan.
Pertempuran antara Reina, Liu Bei, dan Zhang Liang sangat sengit. Zhang Liang, dengan pedang panjangnya, memanipulasi air dengan kekuatan dahsyat. WHOOSH! Gelombang air besar menghantam mereka, memaksa Reina dan Liu Bei untuk bertahan. Reina, dengan gerakan lincah, menghindari gelombang air pertama, katananya berkilau saat ia melompat dan melakukan serangan balik cepat. SWISH! Namun, Zhang Liang dengan cepat menangkis serangannya dengan pedangnya, menciptakan percikan air yang membasahi wajah Reina. Liu Bei, dengan menggunakan dua pedang nya, menusuk ke arah Zhang Liang, namun serangannya dihentikan oleh gelombang air yang kuat. Gush! Zhang Liang mengayunkan pedangnya lagi, menciptakan pusaran air yang cepat dan mematikan. Reina, dengan refleks cepat, menarik Liu Bei dan mereka jatuh terguling menghindari serangan mematikan itu.
Kei dan Guan Yu, dengan susah payah, berhasil menghancurkan dua wadah. CRASH! Suara wadah yang hancur bergema, namun mayat hidup itu semakin kuat setiap kali mereka dibunuh. Kei dan Guan Yu mundur beberapa langkah, napas mereka tersengal-sengal.
"Di mana wadah yang tersisa?" Kei bertanya, menahan serangan mayat hidup dengan pedangnya. Ia sengaja tidak membunuh mereka, takut kekuatan mereka akan semakin meningkat.
"Di belakang Zhang Jiao," jawab Guan Yu, napasnya tersengal. Ia mengusap keringat di dahinya, Guan Daonya masih meneteskan darah mayat hidup.
Kei dan Guan Yu berlari menuju Zhang Jiao. Kei mengayunkan kedua pedangnya, menciptakan gelombang kejut aura kegelapan berbentuk X yang melesat cepat. BOOM! Namun, Zhang Jiao dengan mudah menghancurkannya dengan semburan api dari tongkatnya. Api itu membakar udara, menciptakan panas yang menyengat.
"Hahaha... kau pikir bisa melawa-" Zhang Jiao tertawa, namun terpotong. Guan Yu melompat, mengayunkan Guan Daonya dengan kekuatan penuh. WHOOSH! Namun, Zhang Jiao memanipulasi api dari tanah, BLAZE! menghantam Guan Yu dan membuatnya terpental.
"Tuan Guan Yu!" Kei berteriak, melihat Guan Yu terjatuh. Ia segera berlari ke arah Guan Yu, memeriksa keadaannya.
"Keterlaluan!" Kei melompat, menancapkan pedangnya ke tanah, dan mengayunkannya ke atas, menciptakan dua gelombang kejut aura kegelapan berbentuk bulan sabit SLASH! Zhang Jiao menahannya dengan tongkatnya, api membara mengelilinginya. Pertempuran semakin sengit.
Zhang Fei, menyadari bahwa membunuh mayat hidup hanya akan memperkuat mereka, hanya menyerang dengan tinjunya. THUD! THUD! THUD! Tinjunya yang kuat menghantam mayat hidup, namun mereka terus datang. "Haaa!! Kalian makhluk rendahan sok kuat!!" teriaknya, tinjunya melayang di udara, menciptakan angin yang menerbangkan beberapa mayat hidup.
Liu Bei dan Reina kewalahan. Mereka telah melawan ribuan musuh, dan Zhang Liang, dengan mudahnya menahan semua serangan mereka.
"Tuan Liu Bei... dia tak bisa disentuh," Reina berkata, suaranya lelah. Ia mengusap keringat di dahinya, katananya masih berkilauan.
"Ya... semua serangan kita ditangkis dengan mudah," Liu Bei menjawab, napasnya tersengal. Ia mencoba menusuk Zhang Liang dengan dua pedang nya, namun serangannya dihentikan dengan mudah.
"Hahaha... hanya segitu kemampuan kalian?" Zhang Liang mencemooh.
"Jangan sombong dulu, kakek tua!" Reina, amarah menguasainya, melakukan serangan dash yang luar biasa cepat. WHOOSH! Dia menembus gelombang air Zhang Liang, muncul di sampingnya. "Selamat tinggal..." bisiknya, mengayunkan katananya dengan kecepatan kilat. SWISH! Kepala Zhang Liang terpenggal.
Reina jatuh, kelelahan, tubuhnya terhantam gelombang air yang dahsyat. Pertempuran belum berakhir, namun kemenangan pertama telah diraih.
Liu Bei dan Zhang Fei berlari menghampiri Reina yang terjatuh tak berdaya. Zhang Fei, dengan hati-hati, mengangkat kepala Reina dan menyandarkannya pada tubuhnya. Thud tubuh Reina jatuh lemas di dada Zhang Fei.
"Nak... kau baik-baik saja?" tanya Zhang Fei, suaranya dipenuhi kekhawatiran. Ia merasakan getaran lemah di tubuh Reina.
"Aku... tidak apa-apa... bantu aku berdiri..." ucap Reina, menghela napas panjang. Wajahnya pucat pasi, keringat dingin membasahi dahinya. "Tapi serangannya sangat kuat, aku hampir tak bisa menahannya."
"Tapi..." Liu Bei ragu, khawatir Reina akan memaksakan diri dalam keadaan lemah. "Kita harus fokus pada Kei dan Zhang Jiao dulu."
"Aku masih bisa bertarung... aku akan menyembuhkan dua puluh persen daya tahan tubuhku..." Reina berkata dengan suara lemas, namun tekadnya masih terlihat jelas. "Mas Zhang Fei... bantu aku berdiri... aku harus membantu Kei. Kita tak bisa membiarkannya sendirian melawan Zhang Jiao."
Zhang Fei tak punya pilihan. Dengan bantuan Liu Bei yang terus menangkis serangan mayat hidup, ia membantu Reina berdiri. Reina menggenggam kedua tangannya, cahaya keemasan muncul, perlahan memulihkan sedikit kekuatannya. Glimmer!
"Semuanya... bantu Kei...!" Reina berteriak, suaranya meskipun lemah, namun perintahnya tegas. "Dia sendirian menghadapi Zhang Jiao, kita harus segera membantunya!"
Ketiga orang itu bergegas membantu Kei yang terus melancarkan gelombang kejut dari pedangnya. BOOM! BOOM! BOOM! Gelombang demi gelombang kejut menghantam Zhang Jiao, namun api yang melindunginya masih mampu menahan serangan itu. "Serangannya tak mempan!" teriak Kei, napasnya tersengal.
Reina, dengan kecepatan yang menakjubkan, berlari menuju Kei. "Kei! Switch!" Ia menerapkan strategi mereka, sebuah taktik yang membutuhkan koordinasi sempurna. "Aku akan menarik perhatiannya, kau serang dari belakang!"
Kei mundur, menciptakan celah bagi Reina. WHOOSH! Reina menembus pertahanan Zhang Jiao, panas dan rasa sakit membakar tubuhnya. "Agh!" ringis Reina, namun ia tetap maju. THWACK! Katananya menusuk perut Zhang Jiao.
"Haaaa!!!" Jeritan Zhang Jiao menggema saat api yang melindunginya lenyap seketika. Reina melompat mundur, berteriak, "Switch...!" Suaranya lantang, penuh dengan tekad.
Kei maju, kedua pedang kegelapannya menari-nari. SLASH! SLASH! SLASH! Setiap ayunan pedangnya menyayat daging Zhang Jiao. "Rasakan ini!" teriak Kei, amarahnya memuncak. Kei menusuk dada Zhang Jiao dengan kedua pedangnya, lalu melemparkannya ke tengah benteng. Darah menyembur deras, Zhang Jiao roboh tak berdaya. THUD!
Reina, melihat Kei berhasil mengalahkan Zhang Jiao, berlari kecil dan memeluk Kei dari belakang. "Kei... kita berhasil... aku sangat... aku sangat lega..." Suaranya lemas, terbata-bata karena kelelahan.
Kei berbalik, membalas pelukan Reina dengan lembut. "Reina... aku mengkhawatirkanmu..." Suaranya datar, namun di dalamnya tersimpan kelembutan yang tak pernah Reina duga. "Kau terlalu memaksakan diri."
"Hahahahaha... Hahahahaha!" Tawa keras bergema dari arah Zhang Jiao. Ia masih hidup, tubuhnya berubah menjadi raksasa, api membara mengelilinginya. ROAR! "Kalian pikir sudah menang?"
Zhang Jiao, setengah monster raksasa, mengamuk. BLAZE! Serangan api yang dahsyat menerjang Kei, Reina, Liu Bei, Zhang Fei, dan Guan Yu, membuat mereka terpental beberapa meter. Semua mayat hidup hancur karena serangan Zhang Jiao mengenai wadah terakhir. CRASH!
"Kalian telah melanggar janji surga... kalian berhak untuk dihukum!" Suara Zhang Jiao berat, seperti suara monster. "Aku akan membalas dendam atas kematian para prajuritku!"
"Tidak mungkin..." Reina berkata dengan suara lemas, tergeletak tak berdaya, menyaksikan amukan Zhang Jiao. "Dia masih hidup... dan jauh lebih kuat!"
"Kau... perempuan yang berpenampilan seperti bidadari... kau sangat hina... bersengkokol dengan orang berdosa seperti mereka... kau tidak cocok di tinggalkan di surga... dasar bidadari rendahan...." Zhang Jiao mengejek Reina yang tergeletak tak berdaya.
Kei, mendengar ejekan itu, amarahnya meledak. Ia berdiri, sayap dan tanduk iblis muncul di punggungnya. WHOOSH! Aura kegelapan menyelimuti tubuhnya, kedua pedangnya memancarkan aura gelap, memanjang dan menajam. Matanya yang biru berubah menjadi hitam, pupilnya emas. Kei berubah menjadi iblis. "Brengsek!" geram Kei.
"Hei nak... tahan emosi kau! Sebelum kekuatan itu mengendalikanmu sepenuhnya!" peringatan Ashura dari dalam tubuh Kei. Namun, Kei mengabaikannya. "Diam! Aku akan menghabisi monster ini!"
Kei melayang, terbang menuju Zhang Jiao dengan kecepatan luar biasa. WHOOSH! Ia menyerang Zhang Jiao dengan brutal. "Mati kau! Hahahaha..." Kei tertawa, suaranya dingin dan menakutkan. SLASH! SLASH! SLASH! Serangan demi serangan beruntun menghantam Zhang Jiao.
"Haaa!! Sakit!!" Jeritan Zhang Jiao terdengar tertahan. Darah membasahi kedua pedang Kei. Pedang-pedangnya berubah menjadi tangan iblis dengan kuku yang tajam dan panjang, menyatu dengan tangan Kei.
Zhang Jiao terpojok di ujung benteng, wadah mayat hidup sudah hancur. Kei terbang dengan sayap iblisnya, aura kegelapan mengepul di sekelilingnYa. "Kau menghina Reina... mati kau." Kei berkata tanpa emosi. Puluhan bayangan pedang kegelapan muncul di belakangnya. Dengan ayunan tangannya, bayangan-bayangan itu menerjang Zhang Jiao. SLASH! SLASH! SLASH!
Puluhan bayangan pedang menusuk Zhang Jiao hingga ia tak bersuara. Zhang Jiao mati. Kemenangan ada di tangan Kerajaan Han.
Kei mendarat, namun kekuatan Ashura masih mengendalikannya. Tubuhnya bergetar, aura kegelapan semakin kuat. Reina, menangis, berlari ke arah Kei, takut kekasihnya akan terjebak dalam kekuatan gelap itu. Ia memeluk Kei dengan erat, berusaha menenangkannya. "Kei... Kei..." Pertempuran telah berakhir, namun pertarungan batin Kei baru saja dimulai.