NovelToon NovelToon
Shadow Of The Old Promises

Shadow Of The Old Promises

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Epik Petualangan
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Galaxy_k1910

Sebuah ramalan kemunculan raja iblis berhasil membuat dunia kacau balau akibat kemunculan para monster, makhluk mistis serta fenomena alam baru.

Untungnya manusia masih memiliki secercah harapan. Mereka adalah para manusia yang berhasil membangkitkan kekuatan hebat, mereka disebut Awakening.

Akan tetapi, apakah secercah cahaya itu dapat mengalahkan kegelapan yang begitu besar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galaxy_k1910, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pindahan 2

Ekilah langsung bangun ketika merasakan getaran dan suara dari mesin mobil semakin kecil.

Begitu membuka mata, hal pertama yang Ekilah lihat adalah sebuah gerbang besi yang cukup besar dan panjang. Gerbang dan pagar itu membentang mengelilingi seluruh gunung Murkastra.

Butuh waktu sekitar 5 menit untuk sampai di mansion utama.

"Oh, rasanya kayak liat bangunan di dalam film-film," batik Ekilah.

"Pa, Ma, aku mau lihat-lihat kamarku dulu ya," ujar Ekilah yang langsung masuk ke dalam mansion.

Pintu utama sudah dibuka oleh para pelayan. Di luar dugaan, mansion ini hanya memiliki 3 lantai namun dengan luas yang cukup besar.

Ting!

Ponsel Ekilah bergetar pelan ketika ia hendak ke lantai 2. Perempuan itu melihat layar ponselnya yang memperlihatkan denah mansion.

"Gila, luasnya sampek 100 km lebih!"

Ekilah tidak berani membayangkan berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membeli tempat seperti ini.

Setelah beberapa saat akhirnya Ekilah sampai di kamar yang sudah disiapkan untuknya. Itu sebuah kamar yang cukup luas dengan kamar mandi dalam dan pemandangan yang langsung ke kota.

Di dalam kamar itu ada tv besar yang berhadapan langsung dengan tempat tidur, dan ada juga sofa panjang dan tunggal. Untuk balkonnya tidak terlalu luar tapi cukup untuk sekedar duduk sembari menikmati angin.

[Kamu tidak terlihat terkejut.]

"Aku kaget kok."

Bruk!

Ekilah menjatuhkan badannya ke sofa panjang. Ia lalu menaikkan kakinya ke atas meja. Tangan kanan Ekilah mengambil remot dan menekan sebuah saluran televisi.

[Apa kamu tidak ingin berkeliling rumah? Untuk mencari dapur atau yang lain.]

Ekilah mengangkat ponselnya. "Denah rumah ini sudah ada di dalam ponselku. Paling-paling yang tidak ditunjukkan di denah ini cuman lorong rahasia."

[Sekarang rencanamu apa?]

Perempuan berambut putih itu terdiam sebentar memikirkan rencana selanjutnya. Sekarang, keluarganya adalah keluarga utama bangsawan Rajendra.

Walau tergolong bangsawan dengan kekuasaan yang agak kurang, bangsawan tetaplah bangsawan. Mereka akan menjadi saingan utama para keluarga elit.

Saat ini, keluarga Deimos pasti sedang gelagapan mencari identitas asli dari Kapten Malam yang sudah membuat Bima menjadi seperti orang linglung yang terus menjawab pertanyaan orang lain dengan jujur dan melaksanakan apapun yang diperintahkan tak peduli dari keluarga atau orang asing.

.

.

.

Ini adalah hari pertama Arkara memasuki sekolah barunya.

"Rasanya seperti masuk ke dunia lain," gumam remaja bermata ungu itu. "... Mirip seperti waktu itu," sambungannya dalam batin.

Perhatian pertama Arkara ada pada sebuah gerbang besar berbahan logam keras yang dihiasi dengan ukiran unik dan simbol-simbol yang belum pernah Arkara lihat. Gerbang itu menjulang kokoh dan nampak mengintimidasi.

Mobil yang dikendarainya oleh Giovano itu berhenti di dekat gerbang.

Aturan sekolah tidak memperbolehkan seluruh siswa membawa pengawal mereka memasuki area sekolah tanpa ijin.

"Tuan muda, ada anda gugup?" Tanya Giovano sambil membukakan pintu mobil.

Arkara tersenyum lembut. "Bohong kalau aku bilang tidak. Omong-omong, apa aku harus langsung ke ruang kepala sekolah atau ke kelas?"

"Untuk itu," Giovano melirik seorang pria dengan jas khusus yang berdiri di depan gerbang, "sekolah sudah menyiapkan orang untuk anda."

Arkara melihat ke arah yang dituju oleh Giovano.

Tepat di depan gerbang, seorang wanita berusia kisaran 30 tahunan akhir berdiri dengan senyuman lembut yang tertuju pada Arkara. Wanita itu mengenakan seragam khusus guru berwarna coklat gelap dengan garis-garis di sekitar kerah dan ujung tangan berwarna silver.

"Kalau begitu aku pergi dulu ya, Kak Giovano."

"Ya, Tuan muda."

Mata Giovano melirik punggung Arkara hingga menghilang dari balik gerbang. Setelah itu, Giovano pun kembali ke dalam mobil dan pergi.

Di dalam sekolah.

"Kamu murid baru itu bukan? Nama saya, Safira Sonata, guru pengajar kimia sekaligus wali kelasmu."

Safira mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

Arkara menerima jabatan tangan itu dengan singkat.

"Saya, Arkara Rajendra."

Wanita berambut hitam bergelombang itu terdiam sesaat. Detik berikutnya ia lalu mengantarkan Arkara menuju ruang kepala sekolah sebelum ke ruang kelas.

Krieet!

Pintu ruang kepala sekolah terbuka, memperlihatkan sang kepala sekolah yang merupakan wanita tua berusia sekitar 50 tahunan awal. Kepala sekolah itu bernama Agis Donovan.

"Selamat datang, Arkara Rejendra," wanita itu menyapa dengan senyuman bisnis lalu mempersilahkan Arkara untuk duduk.

Tangan wanita itu lalu mengambil berkas tentang Arkara.

"Kamu selalu mendapatkan peringkat 1 paralel di sekolah sebelumnya, nilaimu juga semakin naik. Boleh ibu tanya alasan kamu ingin pindah kemari?"

"Alasan saya pindah kemari adalah karena sekolah ini bisa memberikan pendidikan dan fasilitas yang lebih dalam untuk mendukung cita-cita saya. Di tambah lagi, sekolah ini memiliki hubungan baik dengan sebuah akademi kepolisian jadi cara saya untuk menjadi detektif akan lebih banyak dengan memasuki sekolah ini."

Agis terdiam sebentar. "Kamu benar-benar berbeda dengan kakakmu ya."

"?" Arkara memiringkan kepalanya bingung.

Wanita berambut merah gelap itu memberikan sebuah flashdisk yang bisa terhubung pada ponsel.

"Flashdisk ini berisi peraturan di sekolah dan denah sekolah."

Arkara menerima flashdisk itu dan berterima kasih.

"Oh, boleh aku minta tolong padamu, Arkara."

"Tentu."

Sret!

Agis menyodorkan sebuah surat dengan stempel bersama emas di atasnya pada Arkara. "Tolong berikan ini pada kakakmu ya. Aku menantikan balasannya."

Arkara pun keluar dari ruang kepala sekolah bersama dengan Safira, wali kelasnya. Kelas satu berada di lantai dua, kelas dua berada di lantai satu dan kelas tiga berada di lantai tiga.

Ada dua bangunan utama di sekolah ini. Bangunan untuk kegiatan belajar dan ekstrakulikuler.

"Sekolah ini benar-benar luar biasa," pikir Arkara sambil tersenyum tipis, "ada banyak tempat untuk bolos dan keluar sekolah."

Setibanya di depan kelas semua mata langsung tertuju pada Arkara yang berdiri di sebelah Safira.

Dilihat dari kondisi kelas yang kurang tertata membuat Arkara tahu jika Safira bukanlah tipe guru killer yang ditakuti oleh anak-anak kelas.

"Selamat pagi anak-anak~ hari ini kita ada murid baru, tolong perkenalkan dirimu." Safira menatap ke arah Arkara.

"Namaku Arkara Rajendra, pindahan dari sekolah negeri 1 Kota Ujung Batu."

Bisik-bisik murid mulai terdengar. Sebagian dari mereka bertanya-tanya bagaimana bisa Arkara pindah ke sekolah elit ini. Sebagian lain menunjukkan ketertarikan pada Arkara.

Melihat tidak ada siswa yang mengangkat tangan untuk mengajukan pertanyaan, Safira pun menyadari perkenalkan diri Arkara dan menyuruhnya duduk.

Ada satu tempat kosong dan itu berada di barisan paling belakang bagian tengah.

Arkara langsung duduk di tempatnya. Berbeda dengan sekolah biasa, di sini Arkara membawa buku mata pelajaran yang sudah diberitahukan oleh pihak sekolah. Mereka tidak ingin pelajaran tertunda hanya karena kedatangan murid baru.

Bel istirahat pertama pun berbunyi.

Meja tempat Arkara duduk seketika didatangi oleh sebagian siswa kelas. Mereka tidak benar-benar ingin berteman dengan Arkara, mereka hanya ingin memuaskan rasa penasarannya.

Salah satu siswa mengulurkan tangannya pada Arkara.

"Namaku Fajar Pratama."

Arkara menerima jabatan tangan itu dengan singkat.

"Karena ini hari pertamamu di sekolah bagaimana kalau aku mengajakmu berkeliling?" Tanya Fajar.

Arkara mengangguk. Dia tidak punya alasan untuk menolak.

Hari pertama sekolah tidak terlalu buruk bagi Arkara. Sekolah ini juga jaraknya tidak terlalu jauh dari mansion Rajendra yang baru.

Entah karena keamanan atau apa, pihak sekolah membangun sekolah unik ini dikawasan Gunung Tua yang merupakan kawasan paling aman karena fenomena ruang gelap dan kemunculan monster jarang terjadi di sini.

1
Celing Danakarya 0211
karakternya ada yang reinkarnasi ada juga yang mengulang waktu kembali ceritanya seru.
Siswa Rey
kalau tidak ada awakening terus gimana mereka mengalahkan raja iblis?
Galaxy_k1910: manusia berkemampuan khusus ada cuman mereka disebut pahlawan bukan awakening.
total 1 replies
Dian
Semangat trus berkarya thor 💪🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!