NovelToon NovelToon
AIR MATA SURGA

AIR MATA SURGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Pengganti / Beda Usia / Teen Angst
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

Ciara Tamara, hanya memiliki sahabat yang dirinya punya. bukan tanpa alasan ia berpikir seperti itu Cia cukup berhutang budi terhadap orang tua sahabat nya Daliya Karimatun Nisa.

apapun akan Ciara lakukan demi kebahagiaan sahabatnya sekali pun ia harus berpindah agama, menaruh dirinya sebagai istri kedua untuk sahabat Suaminya Keenan Algazi Ustman.

Demi permintaan Daliya yang mengalami sakit kanker otak selama bertahun-tahun Cia harus rela mengorbankan kebahagiaan untuk diberikan kepada Gus Azi yang terpaksa menikahinya demi permintaan terakhir Daliya sebelum wanita itu pergi untuk selamanya.

Daliya cukup beruntung bisa dicintai dan disayangi suami dan keluarga nya, wanita yang begitu sempurna tapi hanya satu kekurangannya ia tidak bisa memberikan kehadiran anak dalam rumah tangga mereka.

Daliya ingin memberikan keluarga yang utuh untuk suaminya, cuman Ciara saja lah yang bisa memenuhi keinginannya walaupun dirinya terkesan egois Cia rela melakukan nya dengan ikhlas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AMS-6

3 MINGGU KEMUDIAN. 

Selama hari itu, Cia dan Gus Azi bergantian menjaga Daliya pasalnya lelaki itu lebih sering berada di luar dari pada bersama Daliya jadilah Cia yang menemani sahabatnya. 

Hampir setiap hari mereka cekcok  entah apa yang menjadi permasalah diantara mereka padahal menurut Daliya tidak ada hanya mereka saja yang suka membesarkan suatu masalah. 

Tapi adanya seperti itu, membuat Daliya merasa terhibur melihat tingkah Cia yang keras kepala dan Gus Azi yang tidak mau mengalah seperti kucing dan tikus melambaikan permusuhan. 

Tapi mereka tidak menyadari kedekatan diantara keduanya, tapi Daliya cukup menyadarinya kerena dia sendiri yang ingin mendekatkan Cia dan Gus Azi. 

Walaupun sering sekali mendapatkan penolakan keras dari keduanya namun Daliya pandai membalikan keadaan seolah-olah dirinya yang  paling ingin dimengerti. 

Terkesan licik tapi hanya dengan cara ini saja yang bisa Daliya lakukan agar mereka terlihat dekat. 

Seperti hari ini, Daliya menyuruh Cia menemani Gus Azi pergi ke kantin membeli makan siang buat mereka. Daliya sudah mendapatkan makan siangnya satu jam yang lalu dan wanita itu sudah kenyang. 

" Biar aku saja yang pergi! suamimu disini saja. " ucap Cia masih kukuh. 

" Tidak, Mas kamu temani Cia pergi kekantin. " ucap Daliya menyuruh suamnya. 

" Gak usah Gus! gak usah dengarin ucapan Aya! " ucap Cia melotot tajam pada Gus Azi. 

" Cia bisa sendiri sayang, aku disini saja. " ucap Gus Azi. 

" Mas? aku tahu kau lapar, pergilah. kalian harus makan siang. jangan sampai kalian yang sakit menjaga ku disni. "ucap Daliya keras kepala. 

" Terus yang menjaga mu disini siapa? " tanya Cia. 

" Aku bisa sendiri Cia, kalian juga tidak akan lama. " ucap Daliya. 

" Tidak us- "

" Aku mohon Cia? sekali saja ya? " ucap Daliya memohon. 

" Baiklah, kita akan pergi ke kantin. cukup kali ini saja kau merengek pada kita Daliya. " ucap Gus Azi memilih mengalah. 

BLAM... 

Daliya menatap kepergian keduanya dalam tatapan sendunya. 

" Maaf, hanya dengan cara ini saja yang bisa aku lakukan agar mendekatkan kalian berdua. " 

Sedangkan di sisi lain.

Cia mendengus kesal, wanita itu tanpa sadar menghentakkan kakinya meninggalkan Gus Azi yang berjalan dibelakang nya. 

" Sial!! kenapa Daliya menyuruhku pergi bersama Gus Azi terus? emang sahabat kurang ajar! berasa selingkuhan Gus Azi kalau begini. aku tidak tahu apa yang dipikirkan Aya, tapi perasaan ku tidak enak dari ucapan nya yang seolah-olah mendekatkan kami berdua. "

" Kenapa pria itu mau-mau saja lagi? aneh banget nih suami orang! " batin Cia misuh-misuh tidak jelas melanjutkan langkahnya sesekali menatap sewot Gus Azi.

Saat sampai di kantin, Cia pergi begitu saja menuju ke tempat makan yang di inginkan nya. Gus Azi hanya menatap wanita itu saja dan melanjutkan langkahnya kearah sebaliknya. 

Gus Azi hanya memasang raut datar saja saat Cia menatapnya sinis dan marah. 

" Aku tidak tahu, apa yang kamu pikirkan di otak pintar mu sayang, dengan menyuruhku selalu bersama sahabatmu? aku tidak masalah hanya sesekali. tapi aku cukup keberatan jika harus setiap waktu. "

Setelah mendapatkan pesanan nya, Cia mencari-cari tempat yang kosong untuk nya duduk namun tidak ada. hari ini kantin rumah sakit begitu padat dan ramai membuat Cia sedikit kewalahan membawa nampan ditangannya yang harus berdesakan. 

Cia masih melihat area sekitar tanpa tahu ada seseorang yang mendekatinya mengambil nampan ditangan nya, Cia yang terkesiap melihatnya. 

" HUh!!!! Gus Azi!!! " seru Cia kaget. 

Yang ditatap hanya menampilkan wajah biasa saja. 

" Bikin kaget aja loh!! " sambung Cia mengelus dadanya. 

" Kenapa berdiri? " tanya Gus Azi. 

" Mau cari tempat kosong lah. " ucap Cia sewot. 

" Ikut saya. " ucap Gus Azi mau tidak mau Cia menuruti lelaki itu. 

Saat ini mereka duduk dipojokkan kantin untung saja masih ada tersisa dua bangku kosong. mereka mulai makan dengan hikmat masing-masing. 

" Aku ke duluan ya. " ucap Cia yang sudah selesai terlebih dahulu. 

" Kenapa tidak habiskan? " tanya Gus Azi melihat makan siang milik Cia masih ada. 

" Kenyang, aku lagi diet. " jawab Cia seadanya. 

Gus Azi tidak menjawab ia melanjutkan makannya. Cia yang merasa tidak masalah meninggalkan lelaki itu sendirian disana. 

" Tunggu! sama-sama saya. " ucap Gus Azi melihat Cia hendak melangkah pergi. 

Setelah Gus Azi menghabiskan makan siangnya, mereka kembali kedalam ruangan rawat Daliya. 

Malam harinya, Gus Azi harus pergi ke pondok pesantren ada masalah disana. Daliya yang memang tahu kalau suaminya seorang ketua disana mengizinkan saja jadilah Cia yang menemani Daliya. 

" Apa ku gundul saja ya rambut ku Cia? " tanya Daliya membuka suara. 

" Buat apa? rambutmu sudah bagus Aya, tinggal menunggu panjang saja. " jawab Cia. 

" Tapi, rambutku mulai rontok kembali Cia, aku sedih melihat rambutku yang tidak bisa seperti mu. " ucap Daliya sendu. 

" Hei! gak boleh gitu, rambutmu akan lebih panjang dan cantik setelah kau sembuh. mungkin akan lebih indah dari rambutku. " jawab Cia.

" Kau selalu berkata seperti itu, kadang hatiku sedikit tenang saat kau mengeluarkan kata-kata mutiaramu. tapi saat aku melihat diriku sendiri depan cermin rasanya mustahil bisa kembali lagi. " ucap Daliya. 

" Gak boleh nyerah, kamu harus kuat! ingat ada masa depan yang menanti kita. " ucap Cia menyemangati. 

" Sepertinya kamu takut banget kalau aku mati. " ucap Daliya. 

" Mulutnya! gak boleh bilang gitu! " ucap Cia mendelik. 

" Tapi benarkan? " tanya Daliya telak. 

" Jelaslah, cuman kamu satu-satunya sahabat aku. suka duka kita selalu bareng terutama keluarga mu yang selalu membantuku sampai detik inipun kalau bukan karena orang tuamu aku bukan apa-apa. " jelas Cia yang masih mengingat setiap perjuangan kehidupannya sampai bisa sukses seperti sekarang. 

" Intinya kita sama-sama berjuang. " ucap Daliya. 

Mereka berbincang entah sampai jam berapa akhirnya mereka tertidur tanpa sadar sampai menjelang pagi. 

 

4 BULAN TELAH BERLALU. 

Begitu banyak yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir seperti Daliya yang hanya dapat terbaring lemah di bankar rumah sakit wajah wanita itu tampak tirus dan pucat berat badan yang merosot drastis. 

Tidak ada lagi tawa dan candaan yang dilontarkan nya tubuhnya semakin hari semakin di gerogoti penyakit. senyuman Daliya tidak lagi bisa mereka lihat semenjak wanita itu kehilangan mahkota berharganya. 

Rambut indahnya yang selalu ia impikan akan memanjang kini tidak ada sehelai pun semuanya rontok seiring penyakitnya yang berkembang. 

Daliya tidak mampu lagi bangkit dari kasur, tubuhnya seperti rapuh di sentuh sedikit saja seperti akan hancur. setiap ingin kemanapun Daliya harus dibantu seseorang sebab itulah Cia dan Gus Azi siaga 24 jam tanpa lelah. 

Cia menatap sahabatnya sedih, semenjak rambutnya tidak ada lagi Daliya hanya mengenakan hoddie kebesaran dan menutup kepalanya menggunakan tudung hoddie dilapisi pakaian rumah sakit. 

Daliya jadi lebih sensitif ia tidak mau ada yang memeriksa tubuhnya sedikitpun termasuk suaminya tidak akan Daliya perlihatkan kecuali dokter Aidan yang akan memeriksanya. 

Daliya menatap dirinya di cermin kecil dan memandingkan wajah serta tubuhnya dengan foto diponsel yang diambil beberapa tahun lalu saat tubuhnya masih sehat penyakit nya tidak separah sekarang. 

" Aku merindukan moment saat rambutku masih panjang, tubuhku sehat dibeberapa tahun lalu. apa aku bisa sembuh seperti dulu lagi di keadaan ku sekarang Tuhan? " batin Cia mengusap layar ponselnya pelan. 

Tanpa sadar air matanya menetes, Daliya memejamkan nya dadanya begitu sesak mengingat perkataan dokter Aidan di beberapa jam yang lalu. 

FLASHBACK ON. 

" Maaf Nyonya Daliya, saya hanya ingin menyampaikan penyakit Nyonya sudah tidak bisa kami sembuhkan lagi. kami hanya akan mengandalkan pada peralatan medis saja. " 

" Kemungkinan hanya 20 persen Nyonya bisa bertahan hidup, saya hanya dokter yang bisa memperkirakan seperti itu jika Tuhan berkehendak Nyonya pasti akan sembuh. " jelas dokter Aidan setelah memeriksa kesehatan riwayat Daliya. 

" Apa tidak ada jalan lain dok? " tanya Daliya. 

" Tidak bisa Nyonya Daliya, kami para dokter sudah berupaya semaksimal mungkin karena penyakit Nyonya kembali ke tahap tumor ganas kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi. " ucap dokter Aidan terdengar berat sekali dari nada bicaranya. 

" Berapa lama tubuh saya akan bertahan hidup dari 20 persen itu dok? " tanya Daliya. 

" Kemungkinan dalam beberapa bulan, Selama itu mungkin Nyonya akan sering mengalami kondisi tidak sadar diri tiba-tiba dan paling beratnya mungkin kritis. " sambung dokter Aidan.

" Baiklah dok, tolong jangan beritahu siapapun mengenai ini ya. " ucap Daliya. 

" Tidak bisa Nyonya, keluarga anda harus tahu. ini menyangkut kehidupan dan mati nyonya. " ucap dokter Aidan. 

" Tolong dok, cukup saya saja yang tahu. " ucap Daliya. 

" Baiklah, saya tidak janji akan hal itu. saya permisi dulu." ucap dokter Aidan berpamitan pergi. 

FLASHBACK OFF.

1
Samsiah Yuliana
lanjut kak,,,
Ana Isti
bagus sih cerita nya tapi sayang daliya sama gus azi terlalu egois sama cia
Ana Isti
daliya terkesan sangat " egois
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!