Di tengah gemuruh ombak kota kecil Cilacap, enam anak muda yang terikat oleh kecintaan mereka pada musik membentuk Dolphin Band sebuah grup yang lahir dari persahabatan dan semangat pantang menyerah. Ayya, Tiara, Puji, Damas, Iqbal, dan Ferdy, tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga impian untuk menciptakan karya yang menyentuh hati. Terinspirasi oleh kecerdasan dan keceriaan lumba-lumba, mereka bertekad menaklukkan tantangan dengan nada-nada penuh makna. Inilah perjalanan mereka, sebuah kisah tentang musik, persahabatan, dan perjuangan tak kenal lelah untuk mewujudkan mimpi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon F3rdy 25, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Syukuran tempat baru
Hari itu adalah salah satu hari paling membahagiakan bagi anggota *Dolfin Band*. Setelah kemenangan besar di festival musik dan kini memiliki basecamp baru berkat kejutan dari Iqbal, mereka merasakan bahwa impian mereka semakin dekat untuk menjadi nyata.
Studio baru itu bukan hanya tempat latihan, melainkan simbol dari perjalanan panjang mereka sejak awal pertemuan di SMP hingga sekarang. Setiap sudut studio itu seperti merekam kenangan, perjuangan, dan persahabatan mereka.
Ketika Ferdy pertama kali memasuki ruangan khusus di studio itu, ia tertegun.
Ruangan tersebut dipenuhi dengan foto-foto yang diatur dengan rapi di dinding, memajang momen-momen penting perjalanan *Dolpfin Band*. Mulai dari penampilan mereka yang pertama kali di panggung SMP, konser kecil di SMA, hingga foto mereka saat menjadi juara di festival musik kemarin.
Di tengah ruangan, ada lemari kaca kecil yang menampilkan piala-piala yang telah mereka raih selama ini, termasuk duplikat piala asli yang disimpan di sekolah.
“Gila, ini keren banget, Bal,” ujar Ferdy dengan suara pelan, penuh kekaguman.
Iqbal yang berdiri di sampingnya tersenyum bangga. "Gue pengen semua kenangan kita tersimpan di sini, biar kita selalu inget dari mana kita mulai."
Tiara menatap piala terbesar yang diletakkan di posisi paling mencolok di dalam lemari kaca itu. Piala itu adalah simbol kemenangan pertama mereka sebagai *Dolfin Band*, dan itu berarti segalanya bagi mereka.
“Lo beneran nggak tanggung-tanggung ya, Bal,” kata Tiara, suaranya terdengar haru. “Lo bahkan bikin duplikasi piala ini?”
Iqbal mengangguk. “Gue mau semua orang yang datang ke sini tahu seberapa jauh kita udah melangkah. Piala-piala ini mewakili kerja keras kita.”
Ayya, yang selalu suka mengomentari hal-hal kecil, tertawa kecil sambil menunjuk salah satu foto lama mereka. "Eh, inget gak waktu ini? Gue sampe kepeleset di panggung pas main gitar."
Semua tertawa. Kenangan itu selalu membuat mereka geli. Pertunjukan itu mungkin kacau, tapi bagi mereka, momen-momen itulah yang membentuk *Dolfin Band* hingga seperti sekarang.
Namun, di tengah kebahagiaan ini, Ferdy, yang masih teguh memegang adat Jawa, mengingatkan mereka akan tradisi yang menurutnya penting untuk dilakukan.
"Eh, guys, sebelum kita mulai latihan di sini, gimana kalau kita bikin syukuran dulu? Kita kan orang Jawa, harusnya ada doa-doa dulu buat tempat baru kayak gini."
Puji yang sedang duduk di sofa sambil bermain gitar kecil langsung mengangguk setuju.
"Gue setuju. Kalau ada syukuran kan berkahnya nambah, siapa tau kita jadi band terkenal internasional. Amin!"
"Syukuran? Maksud lo kita undang orang-orang gitu, Ferdy?" tanya Damas sambil mengernyitkan alisnya, mencoba memahami maksud temannya itu.
"Yap," jawab Ferdy dengan mantap. "Cuma kecil-kecilan aja. Kita undang keluarga, tokoh agama setempat, sama anak yatim. Kita doa bareng biar tempat ini berkah dan sukses buat kita ke depannya."
Tiara, yang selalu suka dengan ide-ide yang melibatkan keluarga dan orang-orang sekitar, langsung mengacungkan jempolnya.
"Setuju banget! Dan lo inget kan, kita punya uang hadiah sepuluh juta dari festival kemarin? Kita bisa pake sebagian buat acara syukuran itu."
“Bagus, gue suka ide ini,” Iqbal menambahkan. “Gue juga bisa minta tolong bokap buat urusan undangan dan makanan.”
Mereka semua setuju dengan rencana Ferdy. Mereka memutuskan untuk mengadakan acara syukuran pada malam Jumat berikutnya, di mana mereka hanya akan mengundang keluarga, tokoh agama setempat, dan anak-anak yatim piatu dari panti asuhan terdekat.
Malam yang dinantikan akhirnya tiba. Basecamp *Dolpfin Band* yang baru saja direnovasi tampak meriah dengan hiasan sederhana berupa lampu-lampu gantung dan bunga-bunga segar yang diletakkan di beberapa sudut ruangan.
Di luar studio, meja panjang telah disiapkan dengan berbagai hidangan untuk para tamu, mulai dari nasi tumpeng hingga kue-kue tradisional.
Iqbal berdiri di depan pintu, menyambut tamu-tamu yang datang bersama orang tuanya.
Keluarga dari masing-masing anggota band mulai berdatangan, disusul oleh beberapa tetangga dekat dan tokoh agama setempat, Pak Ustadz Marwan.
Tak ketinggalan, sekelompok anak yatim dari panti asuhan ikut hadir dengan wajah penuh kebahagiaan.
“Terima kasih sudah datang, Pak Ustadz,” sapa Iqbal sambil menjabat tangan Pak Marwan. “Semoga syukuran ini membawa berkah buat kita semua.”
Pak Marwan tersenyum hangat. "Insya Allah, Nak Iqbal. Semoga tempat ini menjadi tempat yang penuh berkah dan membawa kesuksesan bagi kalian."
Setelah semua tamu hadir, acara dimulai dengan doa bersama yang dipimpin oleh Pak Marwan. Semua anggota *Dolfin Band* duduk bersila di lantai bersama keluarga mereka, mendengarkan lantunan doa dengan khusyuk.
Sesekali, Tiara melirik ke arah ayah dan ibunya yang duduk di sebelahnya, merasa bangga bahwa mereka ada di sana mendukungnya.
Setelah doa selesai, suasana syukuran menjadi lebih santai.
Semua tamu mulai menikmati hidangan yang telah disiapkan. Suara tawa dan obrolan hangat terdengar di seluruh ruangan.
"Tiara jadi kalian nanti bakal sering latihan di sini sekarang, ya?" tanya Pak Indra, ayah Tiara, sambil mencicipi nasi tumpeng.
"Iya, Pak. Berkat Iqbal, kita nggak perlu lagi sewa studio," jawab Tiara penuh semangat.
Di sisi lain, Ferdy tampak sibuk berbicara dengan Pak Yono, ayahnya. "Yah, Ferdy nggak nyangka ya bisa sejauh ini," kata Pak Yono dengan nada bangga. "Kamu dan teman-teman udah kerja keras banget."
Ferdy hanya tersenyum. "Ini baru permulaan, Yah. Masih panjang perjalanan kita."
Malam itu, suasana di basecamp *Dolfin Band* begitu hangat dan penuh kebahagiaan.
Bahkan anak-anak yatim yang hadir pun tampak sangat senang, terutama ketika mereka mendengar beberapa lagu yang dimainkan oleh para anggota band.
Setelah makan malam, Iqbal, Tiara, Ayya, Damas, Puji, dan Ferdy mempersiapkan alat-alat acoustic dan memainkan beberapa lagu favorit mereka sebagai hiburan bagi tamu-tamu yang hadir.
"Lagu apa dulu, nih?" tanya Iqbal dari balik set drum, suaranya menggema di mikrofon.
"Kayaknya kita harus mulai dengan lagu andalan kita," jawab Ayya sambil mengatur gitarnya.
Tiara mengangguk setuju. "Bener banget. Lagu yang selalu bikin kita inget kenapa kita mulai band ini."
Dan dengan nada pertama yang dimainkan, suasana malam itu berubah menjadi lebih meriah.
Semua orang menikmati penampilan spontan *Dolfin Band*.
Mereka memainkan lagu-lagu yang sudah menjadi ciri khas mereka, penuh dengan semangat, tawa, dan kebahagiaan.
Syukuran itu berakhir dengan sukses. Setelah para tamu pulang, anggota *Dolfin Band* masih tinggal di basecamp untuk membereskan tempat.
Di tengah malam yang tenang, mereka duduk bersama di sofa, menatap basecamp mereka yang kini tak lagi hanya sekadar tempat, melainkan simbol dari perjuangan dan impian bersama.
“Gue nggak nyangka kita udah sejauh ini,” ujar Puji tiba-tiba, suaranya penuh haru.
“Gue juga,” jawab Tiara sambil tersenyum. “Tapi ini baru permulaan, guys. Masih banyak hal keren yang nunggu di depan.”
Iqbal mengangguk. "Dan dengan tempat ini, kita bakal siap menghadapi semuanya."
Mereka semua saling berpandangan dengan penuh keyakinan.
Dengan hati yang penuh kebahagiaan, mereka tahu bahwa apapun yang akan datang, mereka akan selalu bersama, sebagai *Dolfin Band*
saya Pocipan ingin mengajak kaka untuk bergabung di Gc Bcm
di sini kita adakan Event dan juga belajar bersama dengan mentor senior.
jika kaka bersedia untuk bergabung
wajib follow saya lebih dulu untuk saya undang langsung. Terima Kasih.