Setelah divonis 20 tahun penjara, yaaa mau tidak mau, Sobarna 30 Tahun, harus rela berpisah dengan isteri tercintanya, Larsih 28 tahun yang baru saja melahirkan anak pertamanya. Sedikit beruntung, Sobarna divonis penjara setelah anak perempuannya lahir, dan baru usia 1 bulan. bahkan yang ngasih nama pada anak perempuannya itu Sobarna sendiri sebagai ayah kandungnya, yaa walaupun nama anaknya agak sedikit berbeda dengan nama-nama bayi di kampungnya itu.
Nama bayi perempuan yang malang itu, adalah Berkah Rahayu.
Siapapun pasti mengira, betapa berat dan sengsaranya seorang isteri yang ditinggal suaminya, bukan ditinggalkan untuk mencari nafkah, melainkan ditinggal demi menjalani hukuman.
Apalagi Larsih. wanita sebatang kara yang dinikahi Sobarna.
Dengan penuh keprihatinan. Terpaksa Larsih harus mampu berjuang membesarkan putri kesayangannya itu. Dan diuji kesetiaan sebagai seorang Isteri yang masih bersuami yang Sah.
Simak yah alur ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abah NasMuf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Di Pos Ronda
Dalam waktu yang sama, Ki Gendut Ireng dan Si Codet masih berada di kamar Juragan Basri. kedua tangan si codet sudah berhasil menenteng tas yang sudah ada uang dan perhiasannya.
Sementara Ki Gendut Ireng, ia sedang mengacak-acak isi nakas barangkali masih ada simpanan uang atau barang berharga lainnya di dalam nakas.
Begitu mendengar suara teriakan minta tolong dari Juragan Basri yang sangat keras dan suara Anan yang kesakitan, Ki Gendut Ireng dan Si Codet saling tatap. Rasa takut tampak terpancar dari kedua bandit itu.
*****
#Di pos ronda.
Malam kian larut, hembusan anginnya terasa membekukan badan. Terutama bagi keempat orang yang sedang bertugas ronda yang sudah terlelap akibat pengaruh obat tidur yang ditaburkan Si Codet ke dalam termos air di saat para ronda sedang keliling kampung.
Kang Adun terbangun karena gigitan nyamuk yang menganggunya, membuat dirinya tidak bisa memejamkan matanya lagi, sepertinya pengaruh obat tidurnya juga sudah habis, lagi pula tadi kang Adun meminum air kopi hanya dua sampe tiga sendok saja. Ia tidak suka kopi. Dan sisanya Juhro yang menghabiskan.
Dilihatnya jam di dinding pos ronda menunjukkan ke angka dua.
Adun melangkahkan kaki nya mendekati kentongan yang bergelantung pada tiang pos ronda.
"troktoktoktoktoktok...
Tok...
(jeda dua detik)
Tok...
Trok tok tok tok tok tok..."
Suara kentongan dipukul dua kali oleh kang Adun. Kemudian ia melihat perapian yang hampir padam dan terisisa hanya bara nya saja. Adun melangkahkan kakinya mendekati perapian yang hampir padam tertiup angin malam. Kemudian ia menambah ranting dan dahan kayu kering ke perapian.
Beberapa menit kemudian. Api sudah menyala kembali, Adun langsung menghangatkan badannya. Ekor mata Adun menoleh pada bawah tiang Pos. Dilihatnya ada sisa singkong yang masih belum dibakar. Adun tersenyum senang.
"Wah lumayan nih. Buat mengganjal perut yang meronta saat jelang dini hari." Gumamnya.
Kemudian Adun mengambil singkong yang masih tersisa beberapa buah lagi. Sambil menunggu bakar singkingnya matang, Adun menyulutkan sebatang rokoknya yang siap dihisap. Adun menoleh pada ketiga temannya yang masih dalam mode perlombaan mendengkur.
"Hmmm... tidur kok kayak kebo saja... bagaimana kalau kampung ini nggak aman, misal ada pencurian atau bencana, kalau rondanya saja seperti ini hehehehe." Gumam Adun. Dihisapnya rokok yang sudah berapi itu. Rasa dinginnya terasa sedikit berkurang.
Beberapa menit kemudian.
"Tolooong.... Toloooong...maliiing... toloooong"
Dengan jelas, Adun mendengar suara laki-laki yang berteriak minta tolong. Adun langsung berdiri. Dipasangkanya lagi kedua telinganya, dari arah mana suara yang minta tolong itu.
"Seperti ada yang minta tolong... Tapi... dari arah mana yah, suaranya terseok-seok angin malam jadi belum jelas dari arah mana." Gumam Adun. Kemudian ia agak menjauh dari bangunan pos ronda mencari dan memastikan ingin jelas suara yang minta tolong yang barusan ia dengar.
"Tolooong... maliiing.... ada maliiiing di rumah Sayaaaaaa.....tolooong.... !!!"
Kali ini terdengar lebih jelas lagi.
"Aku rasa suaranya dari arah sebelah timur... Tapi... " Gumam Adun lagi sambil terus mendengarkan jelasnya suara teriakan minta tolong lagi.
"Hmmmm gue harus membangunkan yang lain..."
Adun melangkahkan kakinya mendekati pos ronda lagi. Dan membangunkan ketiga orang temannya yang masih terlelap.
"Juhro... Ubed... woii... bangun wooiii... bangun... ada yang minta tolong. Juhro... Juhroo.... duh ini mah kayak orang pingsan saja. Juhro... bangun woi...!!" Adun menggoyang-goyangkan badan Juhro. Juhro menggeliat, kedua matanya masih terpejam. Adun kembali lagi menggoyahkan Juhro. Ro... Juhro... bangun.... bangun... Ada yang minta tolong...Ro.. Juhrooo"
"Jam seginih mah belum buka warung lontongnya Kang Aduun. hoaaam... " Kata Juhro, matanya masih terpejam. " Lagian kalau mau berangkat ronda makan dulu Kang. Biar tidak lapar!" Sambung Juhro lagi sambil membenarkan sarungnya. Kemudian membelakangi Adun.
Melihat keadaan si Juhro yang mengigau, Adun hanya bisa geleng-geleng kelapa eh kepala. Rasa jengkel dan ingin tertawa bercampur di dadanya. Adun hanya bisa mendengus dan menarik nafas panjang.
Tiba-tiba. Adun dikagetkan dengan kedatangan seseorang yang kepalanya tertutup kain sampai telinganya.
"Ha... Han...hantuuuu... !!!" Adun berteriak, kedua bola matanya hampir loncat dari wajahnya. Jantungnya serasa mau lepas. Dengan reflek, Adun memeluk Juhro yang sedang membelakanginya.
"Hai...Duuun... Aduuuun... Ini Aku... Pak Er Teeeee ... !!!" Teriak laki-laki yang barusaja datang ke Pos ronda.
Mendengar suara dari laki-laki tersebut. Adun tertegun dan ia membalikkan badanya pada suara tadi.
"Astaghfurullohaladziiim..!!" Adun beristighfar. Setelah mengucek ngucek matanya. Kemudian ia bangun dari tidurnya. Sembari cengengesan dan sedikit malu, Adun berkata.
"Hehehehe... P...pak RT... saya kira ada hantu. Hehe.. mma..maafkan Saya, Pak RT." Adun tersipu sambil menyodorkan tangan kanannya ngajak bersalaman.
"Huuuuh...emangnnya, aku kayak hantu apa? Ada-ada saja." Cetus pak RT yang langsung membalas tangan Adun.
"Hehehe...habis pak RT hanya terlihat wajah saja. Lagian, kalau malam pandangan mata saya ngeblur dan kurang jelas. Apalagi kalau di tempat yang gelap. Mata saya nggak bisa melihat." Adun kembali cengengesan sambil beralasan yang konyol dengan mengatakan matanya nggak bisa melihat jelas kalau di malam hari dan di tempat yang gelap.
"Kalau itu mah, Aku juga sama Dun. Sama-sama kurang jelas. Apalagi dalam keadaan gelap. Ada-ada saja." Pak RT sedikit menggerutu.
"O iya.. Kok Pak RT tumben. Malam-malam bahkan dini hari ginih kesini. Pulang dari mana apa sengaja?". tanya Adun.
"Sengaja Aku ke sini. Kamu denger nggak... Ada yang minta tolong. Makanya Aku langsung ke Pos, mau menanyakan siapa yang minta tolong. Tadi pas Aku di rumah, suaranya belum jelas di mana-mananya. Khawatirnya ada kejahatan atau apa yang menimpa kampung kita."Jelas Pak RT panjang lebar kali tinggi.
Tiba-tiba...
"Waduuuuh gawat...!!!" Adun memekik sambil loncat dari tempat duduknya. Pak RT juga ikut-ikutan lompat mengikuti Adun.
"A...ada apa, Duuun...!" Pak RT gugup. Badanya bergetar.
"Singkongnya gosong. Saya hampir lupa, Pak RT.."
"Astaghfirulloooooh... Hadeeeeeh... Aduuun aduuun...!! Jantungku hampir copot.!!" Pak RT menghela nafas.
*****
Lope buat kalian yah para reder...
Tinggalkan jejak jari eh jempol
Happy Reading...
harta paling indah itu isteri sholehah
aku rindu komen sampeyan.
author baik... aku suka. hehehe