Vika Amalia, seorang gadis ceria, giat, tangguh dan juga paling menomor satukan uang di atas segalanya. Keadaan yang membuatnya menjadikan dia matre karena pengalaman buruk keluarganya, Namun, hidup Vika berubah setelah kejadian fatal menimpanya kesalahan yang bukan sengaja terjadi malah jadi cerita baru di hidupnya. Arya Mahesa, adalah seorang Chef terkenal dengan keahlian memasak ala dirinya yang selalu cool terlebih lagi selalu menemukan resep baru di setiap sentuhan masaknya. membuat Arya begitu digemari oleh kaum hawa. dia mencintai Chika (kekasihnya) tapi terjebak dalam kesalahan pada Vika..
cerita menarik untuk mengisi waktu luang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Auzora samudra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ke KUA
"Sorry sorry.. ini bukan karena kau menginjak kasurnya, tapi bukankah kesehatan kalian lebih penting dari sebuah kasur?" Ekspresinya kini berubah menjadi lebih lembut
Vika terdiam, namun masih bisa mengontrol emosinya agar tidak menumpahkan air mata di depan Rara
"Ra, tolong ambilkan air minum" Arya meminta adiknya dengan tanpa sadar kalau perilaku dia sangat aneh
Lah yang demam kan adiknya. Kenapa dia perhatian sama Vika... Aaa.. haha jangan-jangan kakak udah mulai jatuh cinta nih sama dia... Yesss
Dengan sedikit bingung Namum juga bahagia Rara mengambil gelas dan menuangkan air, yang kebetulan ada di pinggir tempat tidurnya kemudian memberikan pada Arya
"Duduklah" perintahnya sambil memapah Vika "minum dulu" lalu dia mengeluarkan obat dari sakunya "sekali lagi saya minta maaf, minum ini" Arya begitu telaten memberikan beberapa butir vitamin langsung ke mulut Vika
What aku lagi nggak mimpi kan? ini beneran kak Arya? Sebenarnya dia kenapa sampai perhatian kayak gitu sama Vika
"Sini saya bisa sendiri" Vika mengambilnya dari tangan Arya dengan sedikit canggung, apalagi di sana ada Rara yang sudah pasti akan terus mengejeknya
"It's oke maafkan saya" Arya sendiri begitu gugup karena hatinya bergejolak tidak karu-karuan apalagi saat menatap perut Vika yang rasanya ingin sekali menyentuhnya "kalau begitu saya pergi dulu dan ini obat-obatan kamu jangan sampai tidak diminum" Arya memberikan bungkusan yang dari tadi digenggamnya kemudian meninggalkan ruangan itu tanpa melirik pada Rara lagi
"Eh? Kak Arya sebenarnya lagi kenapa sih? Kok hari ini sikapnya aneh banget"
"Mana aku tahu, memang dari pagi sebenarnya dia sangat baik mungkin pengaruh lamaran semalam. Tapi gila, sumpah aku tadi kaget banget" Vika mengusap dadanya
"Sama aku juga, kirain dia marah karena takut kasurnya rusak eh ternyata malah khawatir"
"Iya aku pikir juga gitu. Eh tapi, memang ada sedikit yang aneh juga sih sama kakak kamu gimana kalau kita selidiki dia, kali aja ada bahan gosip di grup restoran haha"
"Yang mau kamu digosipin itu kakakku loh" wajah Rara sedikit serius
"Kamu keberatan" Vika mengejeknya
"Hahaha nggak dong" Rara memeluk Vika yang kemudian keduanya menjatuhkan diri di kasur
"Aww.!!". Vika meringis sambil memegangi perutnya
"Kamu kenapa Vi?" Rara langsung panik
"Nggak apa-apa, cuma sedikit sakit aja tadi ketekan sikut kamu" Vika berbohong padahal itu terasa sangat sakit
"Ah Vika, maafin aku ya?" Rara meniup sambil mengelus elus perut sahabatnya "kamu terlalu banyak makan sih sekarang jadi agak gendut iya"
ucapannya dibenarkan oleh Vika "nggak tahu nih bentar-bentar pengennya makan bentar-bentar pengennya ngemil celana aku aja sekarang udah pada sempit"
"Mulai besok jangan terlalu banyak makan ya!"
"Kenapa?"
"Nanti kak Arya nggak akan tertarik sama kamu. Dia kan sukanya sama cewek yang seksi menggoda kayak si cicak"
"Dasar bodoh, masih aja usaha" Vika berdiri dan kemudian mengambil handuk lalu berjalan ke kamar mandi
"Biarin. Usaha kan nggak pernah mengkhianati hasil" timpalnya
"Terserah" Vika mengunci pintu kamar mandi karena tidak mau mendengarkan ocehan Rara selanjutnya
Hari berikutnya
Pagi ini Vika sudah siap dengan pakaian serta buku-buku yang akan dibawanya ke kampus, dia terpaksa menginap lagi di kediaman Mahesa karena Rara yang memohon padanya. Vika juga ke kampus seorang diri soalnya Rara masih dalam masa pemulihan
"Maaf Nona" ibu Ina adalah asisten rumah tangga namun seperti ibu kandung bagi Arya, dia adalah sosok yang luar biasa melebihi Nadia, karena sejak dirinya dilahirkan, ibu Ina sudah mulai merawatnya sampai besar seperti ini. Walaupun sekedar asisten rumah tangga tapi Bu ina juga berperan penting di hati Arya
"Eh iya Bu" Vika menghentikan langkah kakinya tepat di tangga terakhir dia turun
"Sarapan dulu"
"Terima kasih banyak, saya sarapan di kampus aja" tolaknya dengan sopan
"Tidak boleh ada yang keluar dari rumah ini sebelum sarapan" suara dari atas tangga mengejutkannya
Duh, dia nih kenapa lagi.. pagi-pagi udah bikin mood gak enak aja
"Bukan begitu Chef, saya sudah ada janji sarapan di kampus" jawabnya tidak begitu perduli
"Ada sesuatu yang harus kamu lakukan dan ini sangat penting. Jadi harus sarapan dulu, setelah itu ikut saya"
Apaan sih bikin agenda seenak jidatnya, aku juga kan lagi sibuk
"Tapi Chef, ini kan di luar jam kerja"
Arya tidak mempedulikannya dia langsung menggenggam tangan Vika dan menariknya kemeja makan
"Arya perlahan dia kan...!" Bu Ina tidak meneruskannya karena Arya langsung menghentikan langkah kakinya "maaf" bisiknya perlahan. Kisah antara Arya dan Vika ternyata dia sudah memberitahunya pada Bu Ina, mungkin di rumah ini hanya dialah satu-satunya orang yang dapat dipercaya untuk mengurus calon bayinya nanti
Ach!! Aku lupa dia sedang mengandung
Lalu mempersilahkan Vika duduk untuk sarapan. Di sana tersaji buah-buahan,. nasi merah serta lauk pauk yang sehat, segelas susu juga vitamin yang dari dokter sudah Arya bagi dua. Ini untuk jaga-jaga karena dia yakin gadis ini tidak akan meminum obat-obatan itu selain ada yang menyuruhnya
"Ini semua siapa yang siapkan?" Vika bingung karena makanan ini tersaji pagi-pagi sekali
"Ibu yang siapkan, dan ini susunya kamu harus habiskan" Bu ina menjawab
"Tapi aku nggak suka susu" Vika mengekspresikan wajahnya dengan nyata kalau dia benar-benar tidak menyukai itu
"Suka atau tidak, mulai hari ini kamu harus minum" belaian tangan Bu Ina seperti seorang ibu yang sedang mengkhawatirkan kesehatan anaknya. Dan ini membuat Fika yang kehausan akan kasih sayang orang tua pun luluh. Dia tersenyum dan langsung meneguk habis susu itu tanpa bantahan lagi
Bu Ina memang sosok luar biasa. Aku yakin dia bisa merawatnya nanti
"Oke sudah selesai sarapannya ikut saya"
"Tapi aku ada kuliah Chef!"
"Sebentar saja"
Sebenarnya dia mau ke mana sih
"Ya udah deh, bener ya jangan lama?" Vika masih protes
"hmm" jawabnya singkat
Arya membawa Vika menempuh jalan sejuk di pagi hari. Udara yang masih segar tanpa polusi itu sungguh membuat indra penciuman siapapun terasa nyaman. Setelah kurang lebih hampir 30 menit mobil itu pun terparkir di sebuah bangunan besar yang bertuliskan. Gedung kementerian agama. Vika masih bersikap biasa saja meskipun dia tahu setiap orang yang datang ke sana untuk apa. Tapi yang bersamanya saat ini adalah Chef Arya Mahesa, dan di kantor manapun sudah sering dia datangi untuk catering makanan dari restorannya
"Ayo" Arya membukakan pintu mobil untuk Vika
"Saya ikut?"
"Tentu saja"
Vika menuruti apa yang Arya perintahkan, dia turun tanpa ada rasa curiga sama sekali karena pria itu membawanya ke sini. Di dalam ternyata Arya malah sibuk mengurus beberapa lembar kertas yang sudah dari tadi dibawanya.
"Ayo ikut" Arya menggandeng tangan Vika namun dengan tidak nyaman gadis itu malah menepisnya
"Saya bisa sendiri Chef, gak perlu kaya gini. Nanti orang nyangkanya kita mau apa"
Arya tersenyum dan memasuki salah satu ruangan yang mana di sana sudah ada penghulu saksi dan wali hakim
"Silakan duduk!!, apa ini calon mempelai wanitanya?" Tanya penghulu itu
"Ya" jawab Arya
"Tunggu" Vika terkejut "ini ada yang salah. Apa maksudnya?" Dia sedikit kesal namun masih bisa terkontrol
"Duduk dulu nanti saya jelaskan" Arya bersikap sangat lembut dan begitu tenangnya