Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Para tetangga yang menyaksikan kejadian itu, langsung masuk dan memeluk Tania dan Talita. Pelaku pembunuhan telah di amankan polisi dan langsung di bawa ke kantor polisi.
Tania masih saja gemetaran, walaupun tadi ia berusaha untuk baik-baik saja. Luka di leher nya pun telah diobati oleh tim medis.
Polisi juga menghubungi tim medis untuk keadaan darurat. Memang tetangga mereka cepat tanggap kalau soal beginian.
"Ya ampun Tania, sini ibu peluk dulu." Ucap Bu Romlah sambil menangis.
"Tania nggak apa kok, Bu."
"Apa nya yang nggak papa, ni tubuh kamu sampe gemetaran kayak gini." Bu Romlah memeluk sambil membelai kepala Tania.
Walau seperti apapun, Tania masih lah seorang anak yang membutuhkan kasih sayang dan belaian. Saat di peluk Bu Romlah, Tania merasa seperti di peluk oleh Ibu nya sendiri. Tanpa sadar ia memanggil Bu Romlah dengan panggilan, Ibu.
"Ibu,,"
"Iya, nak. Ada apa? Kalau takut kamu bisa bilang takut. Kalau ingin menangis, kamu bisa langsung menangis. Kamu cuma manusia, Tania."
Mendengar ucapan Bu Romlah, Tania langsung saja menangis. Sedih sekali rasa nya saat para tetangga mendengar tangisan nya itu.
Harus nya di saat seperti ini, ada orang tua yang memeluk dan menenangkan sambil mengatakan. Tidak apa-apa sayang, semua akan baik-baik saja.
Tapi pada kenyataannya, Tania hanya memiliki Talita dan para tetangga untuk saat ini. Tidak ada yang namanya Ibu ataupun Ayah.
Tania tersadar, bahwa Ibu dan Ayah nya telah membuang mereka. Iya, mereka telah lama di buang dan tidak di inginkan lagi. Layak nya membuang sampah, seperti itu lah mereka saat ini.
"Dek, sudah ya. Penjahat nya sudah di bawa ke kantor polisi."
"Tapi, tadi ada yang nembak tu penjahat, kak. Memang nya pak polisi? Kalau seandainya bukan penjahat nya yang kena gimana kak? Tapi malah Talita yang kena tembak." Ucap Talita masih dengan tubuh gemetar nya.
"Dek, Pak polisi pasti udah pinter. Kayak kakak yang pinter buat kue dan Tania yang pinter di sekolah. Mereka udah pengalaman. Sebelum masuk di akademi kepolisian, mereka juga sudah banyak berlatih."
Tiba-tiba salah satu tetangga ada yang berkata.
"Tapi, kata polisi itu bukan mereka yang melepaskan tembakan. Polisi pun masih mencari siapa pelaku nya."
"Tuh kan, kak. Jangan-jangan sasaran nya, Tania lagi. Tapi karena meleset, makanya penjahat nya yang kena."
"Tania, nggak usah kepedean dek. Untuk apa penembak itu mau menembak kamu. Emang kamu punya apa?"
Tania kemudian terdiam dan berpikir sejenak. Betul juga apa yang di katakan oleh kakak nya.
"Iya juga ya kak. Buat apa dia nembak Tania. Kenal juga enggak. Kalau sama penjahat itu, mungkin dia ada urusan nya sendiri. Atau itu pak polisi lain yang sedang melindungi kita dari jauh."
"Itu benar. Adik kakak kan pintar. Masak mikir gitu aja nggak bisa."
"Bukan nya nggak bisa kak. Tapi kan lagi panik."
Setelah itu, Tania dan Talita akhirnya bisa tertawa dan bercanda kembali setelah insiden itu. Mereka sangat bersyukur karena para tetangga sangat perhatian pada mereka berdua.
Di lain tempat, si penembak jitu akhir nya pergi setelah melihat keadaan sudah aman dan terkendali. Penembak jitu itu berada jauh beberapa meter dari rumah milik Talita dan Tania.
Tut.....
Penembak jitu sedang menelpon seseorang.
"Halo,, bagaimana?"
"Misi sukses,, dua gadis itu aman."
"Terima kasih. Dan tetap lah berada di sisi mereka."
Panggilan pun berakhir.
*****
Pagi menyapa dengan sinar sang surya yang menghangatkan dunia. Kicau burung pun menambah semarak nya suasana di pagi hari.
Setelah beberapa hari libur berjualan, hari ini Talita memulai berjualan kembali. Walaupun uang sudah banyak dan mendapatkan banyak warisan, Talita tidak ingin hanya bersantai saja.
Ia akan giat mencari uang agar menjadi kaya raya dan tidak ada satu orang pun yang akan meremehkan nya nanti.
Bu Romlah sekarang sudah bisa dilepas sendiri tanpa pengawasan. Talita sangat senang karena ada yang ikut membantu usaha nya.
Bukan hanya Bu Romlah, Talita juga mempekerjakan banyak tetangga yang menganggur.
Rencana nya ia akan mulai berjualan di toko milik Tania. Talita juga membeli satu mobil pick up agar bisa mengantarkan barang pesanan ke mana-mana.
"3T"
Itu lah nama toko kue dan katering milik nya saat ini. Banyak tetangga yang membantu sukses nya launching toko itu.
Talita memang tidak main-main saat memberikan bonus kepada pekerja yang bekerja bersama nya. Makanya para Ibu-ibu itu sangat betah bekerja di sana.
"Talita, terima kasih ya. Karena kami bekerja di sini sekarang anak-anak udah nggak susah lagi kalau mau pergi ke sekolah."
"Sama-sama Ibu-ibu. Talita juga berterima kasih pada kalian semua. Di sini kita saling bekerja sama ya. Jika ada kendala atau salah satu dari kita memiliki masalah, harus saling jujur dan terbuka. Ingat, di sini nggak boleh main rahasia."
"Baik Talita. Ibu senang sekali rasa nya."
Setelah sesuai beres-beres di toko, mereka pun pulang. Rencananya besok acara pembukaan toko akan di laksanakan. Berhubung besok minggu, pasti akan ramai orang yang datang.
Tania dan Talita juga menyiapkan seragam cantik untuk para Ibu-ibu itu. Mereka ingin semua senang saat acara besok.
*****
Naina sangat penasaran dengan toko yang baru buka itu. Ada rasa yang lain saat ia membaca nama toko yang tertera di hadapan nya.
Toko itu sangat ramai karena hari pertama buka. Dan kebanyakan yang datang adalah para pelanggan Talita dan teman-teman sekolah Tania beserta keluarga nya.
Naina menyipitkan mata nya saat melihat dua orang anak yang sangat ia kenali sedang melayani para pelanggan.
"Jadi, kalian bekerja di sini sekarang?" Tanya Naina dengan nada meremehkan.
"Memang nya kenapa kalau kami bekerja di sini, Bu Naina. Kami sudah yatim piatu jadi, apapun yang menghasilkan uang pasti akan kami lakukan."
"Termasuk merayu para lelaki dan menjual tubuh mu?"
"Sungguh anda memang bukan orang yang terpelajar. Di depan seorang anak kecil berani sekali berkata kotor seperti itu. Apa kah anda punya anak? Oh saya lupa kalau anda telah membuang anak anda sendiri." Ucap Talita geram.
"Ku-rang a-jaaaaaar. Panggil pemilik tempat ini. Akan aku pastikan kalian di pecat hari ini juga. Dasar anak tak tahu diri."
"Setidak nya kami tidak mengemis pada mu."
"Ada apa ini, Tania,Talita? Tanya Bu Romlah saat melihat anak-anak itu bersitegang dengan seorang wanita cantik yng sudah berumur.
"Apa kamu pemilik tempat ini? Apa kamu tahu, mereka berdua sudah sangat menghina saya. Saya tidak terima. Saya mau pecat mereka hari ini juga. Saya sebagai pelanggan merasa di kecewakan." Suara Naina menggelegar di dalam tempat itu.
Banyak pelanggan yang melihat adegan itu sangat menyayangkan sikap arogan milik Naina.
Mereka juga tahu seperti apa sikap Talita dan Tania selama ini. Mereka adalah anak-anak yang baik dan berbudi luhur. Banyak anak-anak di sekolah itu yang selalu mendapatkan kue gratis dari Talita.
Sehingga mereka tidak kelaparan saat orang tua mereka tidak menyediakan sarapan di rumah.
"Bu, jika ingin membuat keributan sebaik nya di luar saja." Ucap salah satu orang tua yang sangat mengenal Tania.
"Kalian itu tidak tahu apa-apa tentang gadis ini."
"Kami tahu, sangat tahu. Anda lah yang tidak tahu siapa mereka. Mereka ini anak yatim piatu yang keren. Di usia nya sudah bisa membuka toko sendiri dan berjualan kue juga membuka jasa katering."
"Maksud kalian apa?"
"Lihatlah, ternyata Ibu ini tamu yang tidak di undang. Dia bahkan tidak tahu sama sekali dengan kehidupan Tania dan Talita."
"Kalian itu kenapa sih, membela dua anak tak tahu diri ini?"
"Hey Nyonya! Dengar ya, dengarkan mulut ku berbicara. Aku tidak akan mengulang untuk yang kesekian kali nya." Ucap Bu Romlah dengan nada tinggi.
Siapapun juga tahu, bagaimana kalau Bu Romlah sudah bicara dengan nada tinggi dan mengeluarkan suara cempreng nya itu.
" Apa yang harus aku dengar? "Tanya Naina lagi.
" Mereka ini, anak-anak yang Nyonya hina, adalah pemilik sah tempat ini. Toko ini atas nama mereka berdua. Begitu juga dengan usaha ini. Mereka lah bos nya, Bu Nyonya yang terhormat dengan segala ketidak tahuan anda."
" Apa? Coba ulangi sekali lagi?"
"Anda ini budek atau gimana sih. Kan tadi aku sudah bilang untuk nggak mengulang apa yang sudah aku katakan."
"Jadi, mereka pemilik nya? Bukan pekerja?"
"Woy buk, yang pekerja itu kami-kami di sini." Tunjuk salah satu Ibu-ibu ke arah Ibu-ibu lainnya yang memakai seragam yang sama.
Naina syok. Ia sangat terkejut. Bagaimana mungkin si ja-lang Talita bisa se beruntung ini.
"Katakan Talita! Laki-laki mana lagi yang telah kau berikan tubuh mu? Hah! Jawab!"
Plak....
Wajah Naina di tam-par oleh Bu Romlah. Ibu-ibu yang lain juga mengambil semangkuk sup buah dan menyiramkan nya ke atas kepala Naina.
"Nih, biar kepala lu dingin ya neng. Mulut mu kotor sih."
"Kalian.. Apa kalian tahu siapa aku? Aku Ibu nya mereka. Aku Ibu nya!" lantang suara Naina menyebutkan hal itu.
Semua yang ada di sana terkejut bukan main. Tidak ada yang menyangka akan seperti ini jadi nya.
"Tidaaaakkk. Wanita ini bukan Ibu kami."Tania berteriak sambil memeluk Bu Romlah.
" Tania, tenang sayang. "Ucap Talita bijak.
" Nggak bisa kak. Wanita itu sudah membuang kita ke jalanan. Dia juga yang sudah mengambil rumah kita dan memberikan nya kepada suami barunya."
"Bukankah sudah kukatakan kalian itu sangat merepotkan. Uangku banyak habis dengan membesarkan kalian. Sehingga aku harus menjual rumah itu kepada suamiku baru ku. Jadi Salahkan diri kalian itu. Mengapa tidak dari dulu kalian bekerja seperti ini. Setidaknya aku tidak perlu membuang kalian."Ucap Naina tanpa rasa bersalah.
"Pergi kau dari sini, dasar ibu kandung yang kejam." ucap Bu Romlah berapi-api. Hampir saja gelas dan piring melayang ke arah Naina.
Tania dan Talita menangis sangat sedih saat mendengar perkataan Naina. Mereka tidak menyangka Ibu yang telah melahirkan mereka ke dunia ini tega berkata seperti itu.
Semua orang yang ada di sana ikut merasakan kesedihan Tania dan Talita. Tanpa ada yang tahu. Di sudut tempat itu, ada sepasang mata yang dari tadi memperhatikan mereka.