Apa jadi nya, jika hidup mu yang datar dan membosankan tiba-tiba berubah berwarna. Semua itu, karena kehadiran orang baru.
Alin yang sudah lama di tinggal Mama nya sedari kecil, menjadi anak yang murung dan pendiam. Hingga tiba suatu hari, sang Papa membawa Ibu Tiri untuk nya.
Bagaimana kah sikap Ibu Tiri, yang selalu di anggap kejam oleh orang-orang?
Akan kah Alin setuju memiliki Mama baru?
Jawaban nya ada di novel ini.
Selamat membaca... 😊😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Alvaaaa! Bangun?"
Hah... Hah.. Hah.
Nafas Aisyah tidak beraturan setelah terbangun dari tidur nya. Ia merasa sangat sulit untuk bernafas.
Calista pun menepuk punggung nya, dan memberikan nya minum. Aisyah minum seperti orang yang tidak pernah minum selama beberapa hari.
"Mimpi yang sama?"
"Benar. Aku tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini mimpi itu selalu hadir. Aku melihat diri ku di sekap di suatu tempat."
"Mungkin karena kamu kelelahan dan tidak sempat beristirahat."
"Cal,, misi kita bahkan lebih parah dari ini. Apa yang terjadi dengan ku saat ini, belum apa-apa nya."
"Hmm, kau benar. Ayo kita turun saja. Tidak usah kau pikirkan mimpi itu. Mungkin hanya bunga tidur saja."
Akhir nya Aisyah dan juga Calista masuk ke toko tersebut. Toko yang terlihat sederhana dari luar. Namun, di dalam nya ada lorong yang begitu banyak.
Lorong-lorong itu sengaja di buat untuk mengelabui orang-orang yang datang ke sana.
Hanya Calista dan para pegawai terlatih yang bisa menghafal kamar-kamar yang ada di lorong tersebut.
Setiap kamar, memiliki tingkatan yang berbeda. Tergantung keuangan dari klien mereka. Karena setiap kali mereka akan menjahit di sana, mereka akan di tanya dulu, berapa uang yang akan mereka habiskan untuk membuat pakaian di sana.
Tenang dulu. Itu berlaku untuk para agen rahasia. Jika untuk manusia biasa kaum mendang mending, tetap harus melalui resepsionis yang ada di ruang utama.
Selain agen dilarang masuk ke lorong-lorong tersebut. Karena jika tersesat, mereka akan linglung selama nya. Jika sudah terjadi, Calista tidak akan bertanggung jawab.
Toko nya juga pernah di selidiki karena ada yang melaporkan tentang toko nya yang aneh. Tapi, Polisi bahkan tidak menemukan keanehan tersebut.
Toko jahit sekaligus butik itu, tampak normal jika di lihat dari kaca mata manusia biasa. Namun, tidak oleh para agen yang sudah biasa ke sana.
"Al, untung saja kamu dalam penyamaran. Hari ini, giliran Black Rose yang datang ke toko milik ku."
"Oh, pantas saja banyak dari mereka yang datang ke sini."
"Tidak sia-sia aku membuat kan pakaian ini untuk mu. Tampak gendut di luar tapi sebenarnya sangat lah ringan."
"Pasti kau ingin di puji, bukan?"
"Al,"
"Iya. Ayo kita bahas bisnis kita. Aku mau tempat aman tanpa ada yang mengganggu."
"Baiklah. Aku akan melayani Black Rose dulu sebentar. Aku malas ketika Bos mereka ngambek seperti dulu."
Ya. Toko milik Calista merupakan area netral. Di sana, Calista bekerja bukan untuk satu agen. Semua agen menjahit baju nya pada Calista.
Akan tetapi, mereka memiliki jadwal nya tersendiri. Tidak boleh seorang agen mengambil jatah milik agen dari organisasi yang lain.
Jika melanggar, maka akan ada tim dari kekuasaan tertinggi yang akan mengeksekusi mereka. Jadi, para agen juga memiliki peraturan tersendiri. Tidak boleh sembarangan.
Setelah Calista melayani pembeli dari kalangan Black Rose, ia pun mulai membahas masalah bisnis dengan Aisyah.
Walaupun Calista melayani semua agen, tapi ia tetap setia pada Aisyah atau Alva. Banyak hutang yang harus di bayar pada Aisyah. Aisyah pernah menyelamatkan hidup nya dan keluarga nya dulu.
Selama ini, tidak ada yang tahu wajah asli agen Alva. Karena organisasi milik nya, akan beraksi dengan menggunakan topeng.
Pernah dulu Calista bertanya, mengapa ia memakai nama Alva. Jawabnya nya, supaya tidak ada yang tahu, jika ia adalah wanita.
Kebanyakan musuh, akan meremehkan nya jika tahu ia adalah wanita. Maka dari itu, ia tidak ingin siapapun tahu tentang identitas milik nya.
"Jadi, bagaimana Calista?" Tanya Aisyah.
"Apa yang bagaimana. Aku harus tetap bekerja keras mulai hari ini."
"Bagus. Kau harus menjadi penjahit yang profesional."
"Al, menjahit dan membuat kain itu berbeda."
"Tapi aku yakin kau bisa. Bukan kah bayaran nya lumayan kali ini."
"Hmm,, apa ini yang terakhir Al?"
"Aku tidak bisa janji. Karena mungkin setelah ini, akan ada lagi pekerjaan untuk kita berdua."
"Al, aku yang bekerja. Bukan kamu."
"Tapi, ide ini dari ku. Bukan kah kita bekerja sama sekarang."
"Terserah kau saja lah. Aku sampai kapan pun tidak akan menang melawan mu."
"Cal,, kau yang terbaik." Ucap Alva sambil tersenyum.
"Jangan tersenyum, kau kelihatan aneh. Seperti psikopret yang bertemu dengan mangsa nya."
"Psikopret?"
"Iya. Psiko kampret."
Alva tertawa sambil memegang perut nya. Calista terkadang suka sekali memakai bahasa baru. Jika sudah seperti itu, maka Alva akan tertawa di buat nya.
Seperti itu lah persahabatan mereka. Yang bahkan masih bertahan hingga saat ini.
*****
Di sekolah nya, Alin menunggu jemputan seperti biasa. Karena tadi ia pergi bersama Bunda nya, dan sekarang ia harus menunggu terlebih dahulu.
Ia duduk di taman yang menghadap ke arah parkiran. Dari sana, ia bisa melihat jika Bunda nya datang nanti.
Untung saja masih ada cemilan yang belum ia makan. Jadi, ia bisa menikmati kue kering itu sambil menunggu di jemput.
"Alin, ngapain kamu di sini?" Tanya salah satu teman Alin yang kebetulan sekelas dengan nya.
"Lagi nunggu di jemput. Kalau kamu?"
"Iya. Aku juga lagi nunggu di jemput. Tapi tumben ya, supir kamu telat."
"Iya, mungkin lagi ada keperluan." Ucap Alin lembut.
"Hmm, Alin. Kamu udah tahu kabar Angel?"
"Tidak. Memang nya kenapa?"
"Tadi Mama nya datang dan langsung bawa Angel pulang. Dan ternyata, mereka kabur." Ucap teman nya Alin sambil berbisik.
"Kabur?"
"Shhhht,, jangan keras-keras. Nanti ada yang dengar."
"Siapa yang dengar? Sekolah udah sepi kayak gini juga."
"Eh,, iya ya." Ucap teman nya itu sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
Alin melanjutkan makan kue kering nya. Ia tidak suka bergosip karena memang tidak pernah sebelumnya.
"Kamu mau?"
"Memang nya boleh?"
"Boleh kok. Aku beneran nawarin kamu. Bukan cuma basa basi. Ambil lah. Kue buatan Bunda ku sangat lah enak."
"Tapi, kue ini bentuk dan rasa nya mirip dengan yang sering di beli Mama ku."
"Mungkin sama cara buat nya."
"Nggak mungkin. Karena cuma di toko itu yang pakai bahan yang lumayan waw. Aku sampai tanda rasa nya. Besok aku bawa jika kamu tidak percaya. Bagaimana?"
"Tidak perlu. Untuk apa juga sampai segitu nya. Yang penting kan ini tetap kue kering yang bisa di makan. Tak peduli siapa yang membuat nya bukan?" Ucap Alin bijaksana.
"Kau benar Alin. Wah, selain pintar, kau juga bijak ya. Selama ini, aku tidak berani bicara pada mu, karena aku kira kamu tidak suka berteman."
"Aku tidak pandai dalam berteman. Karena aku, tidak pintar berpura-pura." Ucap Alin.
ada juga part lawaknya...
kweni...
kau memang anak pintar Alva...
bukan gerahnya.
aku harap Alin adalah yg asli
bermakna ada wanita lain ka?....