NovelToon NovelToon
Pesona Majikan BuleKu

Pesona Majikan BuleKu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Pembantu
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: ninaammar

Menjadi pembantu bukanlah rencana awal Sukma mencari pekerjaan. Setidaknya dengan bekal ijazahnya yang hanya tamat SMA.

Dia berharap bisa bekerja menjadi buruh pabrik, atau karyawan swasta. Himpitan ekonomi memaksa dirinya untuk segera mendapatkan pekerjaan.

Hingga akhirnya seseorang menawarkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga. Tanpa pikir panjang Sukma menerima tawaran kerja yang cukup jauh dari kampung halamannya.

Gimana ya kelanjutan hidup Sukma Ajeng sebagai Asisten Majikan Bulenya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ninaammar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sampai Di Istanah Mewah

Pesawat dengan maskapai penerbangan, Java Air boeing 339. Mendarat sempurna di bandara Ngurah Rai, disana pria berkemeja biru. Berdiri di samping bodi mobil berkutat dengan benda sejuta umatnya.

Sesekali ekor matanya berkeliaran, menyisir area terminal. Mencari sosok perempuan yang Alex kirim melalui pesan whatsappnya.

Tanpa sengaja, Herman melihat seorang perempuan. Berjalan membawa tas hitam ditangannya. Menoleh ke sisi kanan, dan kiri jalan sambil memijit pelipisnya.

''Perempuan itu seperti foto yang Alex kirim." gumam Herman pada dirinya sendiri. Berjalan menghampiri Sukma, seraya melihat ponselnya bergantian.

Herman berjalan perlahan sambil mengamati ponselnya. Memastikan dengan jelas, jika perempuan itu orang yang sama persis yang ada dalam ponselnya.

"Hai, apa kau orang yang bernama Sukma?" sapa Herman memastikan.

"Iya, Saya Sukma.'' jawab gadis itu sedikit takut. Sukma merasakan tubuhnya begitu lemas. Pusing dikepalanya membuat perutnya bergejolak tidak karuan.

"Ikut Saya!" titah Herman. Tapi Sukma malah muntah disana, dan itu membuat Herman sangat kesal.

"Astaga! Kamu itu bikin malu saja!" pekik Herman jijik.

"Maaf, kepalaku pusing sekali. Aku sudah tidak tahan sejak di pesawat tadi." ucap Sukma takut. Herman, dan Sukma menjadi pusat perhatian para pengunjung bandara.

"Lihatlah! Semua orang membicarakan kita, karena ulahmu." Sukma melihat orang yang tengah berbisik kearahnya, dengan lawan bicaranya. Melihat dirinya dengan tatapan tidak suka.

"Cepat, bersihkan dirimu di toilet!" perintah Herman datar.

"Tapi Aku tidak tahu, dimana toiletnya." sahut Sukma polos.

"Ckkk, merepotkan sekali dia!" decak Herman berjalan lurus didepannya. Sukma pun mengekor dibelakang pungung Herman. Dan berhenti tepat di deretan pintu toilet. Sukma secepatnya masuk kedalam. Membuka kran air mencuci mulut dan wajahnya dengan air mengalir.

Basahan air seketika, membuatnya sedikit fresh setelah tadi mengalami mabuk udara.

"Ya, ampun. Jadi seperti ini rasanya mabuk. Hoeeekkk...!" gumam Sukma. Melihat pantulan wajahnya yang pucat di cermin.

"Lama sekali! Cepat keluar!" panggil Herman dari luar. "Semalam Si bos yang mabuk. Sekarang, malah calon asisten rumahnya juga ikut mabuk." gumam Herman heran.

Sukma membuka pintu toilet. Menatap wajah herman yang seperti balok es, sambil berucap. "Lama banget, perempuan!" decaknya sambil berlalu. Gadis itu kembali mengikuti langkah panjang pria didepannya.

Sukma masuk kedalam mobil, setelah Herman membukakan pintu belakang. Mereka duduk saling diam, tanpa ada obrolan dari keduanya. Mereka masih sama-sama canggung, karena baru kali pertama mereka bertemu.

Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang. Menyusuri jalan yang sedikit berkelok untuk sampai di mansion milik pengusaha asing. Pria bule asal jerman, tempat yang akan menjadi pundi rupiah untuknya.

"Bbagaimana caraku berkomunikasi, jika Aku saja tidak bisa bahasa inggris dengan baik?" tanya Sukma akhirnya. Memecah hening membuka obrolan.

Heman menarik sudut bibirnya, melirik Sukma melalui kaca spion didepannya. "Kamu bisa cari Saya di pos jaga. Saya akan bantu kamu apa yang kamu tidak tahu." jawab Herman. Sukma mengangguk paham melirik Herman dengan arah yang sama.

Mobil Mercedes Benz Uhlenhaut, sudah terparkir di depan garasi mansion. Itu artinya bosnya sudah sampai lebih dulu sebelum mereka datang.

"Herman, Is that girl our new assistant?" tanya Richard menuruni anak tangga. Yang Sukma tidak tahu apa yang pria bule itu katakan pada pria disebelahnya berdiri.

Sukma cukup terkesima, pada pria asing yang tengah turun menapaki anak tangga. Netranya tak terpalingkan, setelah melihat calon majikannya secara langsung. Pria tampan dengan postur tubuh lebih tinggi dari pria yang ada disebelahnya berdiri.

"Dia ngomong apa?" tanya Sukma, tanpa mengalihkan pandangannya menatap Richard.

Herman memutar bola matanya jengah. melihat cara Sukma, menatap bosnya itu. Dengan tatapan kampungannya.

"Dasar kampungan! Belum pernah liat orang bule?" omel Herman, mengikuti langkah Richard sampai di ruang tamu.

"Tuan, dia asisten baru kita." kata Herman memberitahu bosnya. Richard melirik sekilas kearah dimana Sukma. Yang masih menyapu pandangannya keseluruh mansion miliknya.

Gadis itu berdecak kagum, melihat betapa luasnya rumah yang menyerupai istana negara itu. Benar-benar seperti yang dia lihat di layar tivi.

"Siapa namanya, Herman?" tanya Richard tanpa merubah language. Selama Sukma belum mengerti, Herman akan menjadi penerjemah juga guru belajarnya dalam berbahasa inggris.

"Namanya Sukma, Tuan." jawab Herman.

"Sukma," ulang Richard"

"Ya, Tuan. Namanya Sukma Ajeng." Richard hanya bergumam sambil menekuni layar laptopnya.

"Panggil dia kesini!" titahnya.

"Baik, Tuan." Herman menghampiri Sukma yang masih berdiri menunggu aba-aba selanjutnya.

"Sukma, ikut Saya!" Gadis itu menoleh kebelang. Mengikuti arahan darinya.

"Tuan akan menanyakan beberapa pertanyaan denganmu. Jadi kamu jawab saja dengan bahasamu. Saya yang akan menerjemahkan, Saya juga yang akan mengajarimu sampai kamu paham."

"Ee...Iya. Saya mengerti." jawab Sukma gugup. Richard melihat menampilan Sukma dengan tatapan heran.

"She looks like a beggar," ujar Richard, melihat Sukma dari atas kebawah, dari bawah keatas. Herman melirik Sukma sekilas memberi jawaban atas penilaian bosnya.

"Dia memang perempuan kampung, Tuan. Rumahnya juga masih sangat sederhana." paparnya memberitahu.

"Sukma!" panggil Richard mulai bertanya padanya.

"Ya, Tuan." jawab Sukma cepat, dengan tatapan sedikit takut dan gugup. Melihat kedua netra biru milik pria bule didepannya. Cukup membuat jantung Sukma berdegup.

Richard melayangkan beberapa pertanyaan pada Sukma. Gadis itu pun menjawab, setelah Herman menerjemahkan kedalam bahasa yang mudah Sukma mengerti.

"Oke, good." akhir kalimat yang Richard ucapkan pada mereka. Sebelum dia kembali ke lantai atas.

"Sukma, Saya akan menunjukkan kamarmu. Bersihkan dirimu, dan istirahatlah. Kamu bisa mulai bekerja besok pagi."

"Iya." jawa Sukma singkat. Mengikuti langkah Herman.

"Ini adalah kamarmu, kamar mandinya ada di balik dinding dapur itu." kata Herman menunjukkan arah dengan jarinya.

Sukma hanya mengangguk paham sebagai jawaban. "Kamu bisa lihat-lihat dulu, atau berkeliling. Agar kamu hapal ruangan disini." tuturnya sekali lagi sebelum meninggalkan Sukma.

Gadis itu masuk mengelilingi kamarnya yang mewah. Decak kagum tak hentinya terucap dari mulut mungilnya.

"Bahkan kamar pembantu saja semewah ini, bagaimana dengan kamar pria bule tadi?" gumam Sukma bertanya pada dirinya sendiri. Melihat dan menyentuh barang yang ada di kamarnya.

Lemari plastik berwarna putih kombinasi. Cukup besar untuk menyimpan barang pribadinya. Yang hanya beberapa potong saja. Selebihnya barang pribadi miliknya yang sama sekali tidak ada nilai jualnya. Cuma jepit, dan ikat rambut serta perlengkapan mandi untuknya.

Sukma duduk di tepi ranjang sepelan mungkin. Meraba tepi seperai juga selimut berbahan lembut itu. Semua begitu bagus dan terlihat mewah dimatanya. Perlahan Sukma membaringkan tubuhnya diatas ranjang empuk. Tidak seperti kasur yang ada di rumahnya.

Kasar, permukaannya keras dan kamarnya pun sempit. Merasakan hawa sejuk kamarnya yang ber-ace. Membuat kedua matanya perlahan terpejam, karena tubuhnya yang letih selama perjalanan dari Jakarta. Membuat rasa kantuk itu menyerang lebih cepat.

1
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Sabar ya Richard, semua emang salah kamu yang telah merenggut kesucian Sukma dan saat ini Sukma depresi karena kehilangan mahkota yang sangat berharga, jika nanti Sukma udah sedikit tenang, maka jalan satu-satunya adalah kamu harus bertanggung jawab untuk menikahi Sukma apapun yang terjadi.
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Semoga Richard tanggungjawab setelah apa yang dia lakukan pada Sukma, apalagi selama ini juga Richard menyukai Sukma dan mereka berdua sama2 melakukan yang pertama, meskipun saat itu Richard memperkosa Sukma karena pengaruh obat yang diberikan Agatha.
Esther Alviah Ekawati Ndoen: saya juga alur cerita nya
NNM: Yang sudah mampir dikaryaku terima kasih semua salam sehat slu
total 3 replies
Esther Alviah Ekawati Ndoen
Kasihan Sukma, udh dirudapaksa majikan nya yg terpengaruh obat
Menci Ani
Mana ke lanjutan nya tor
NNM: mksh dukungan semangatnya pst diusahakan. karena siang capek kerja mlm nulis dah nguantukkkk berat..hhh mksh semua yg mampir disini.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!