Berawal dari pernikahan yang dipaksakan dan berujung rumah tangga yang di hancurkan oleh pelakor...
Apakah Anita akan menangis dan merebut kembali suaminya??
Ohh.. tidak harga diri itu penting menurut Anita jika memang suami nya lebih memilih pelakor itu yaa serahkan saja itung-itung membantu orang yang tidak mampu mencari mendamping hidupnya. Dan memberikan barang bekas nya pada orang lain selagi masih bisa di manfaatkan kenapa tidak?
Agar tak mubazir ucap Anita.
Jahat memang mulut Anita mengatakan jika suaminya adalah barang, tapi dengan begitu ia tau apa saja yang di lakukan suaminya di luaran sana.
Apalagi soal selingkuh dan KDRT yang pernah di lakukan oleh suaminya semakin membuatnya yakin untuk menyumbangkan suaminya itu kepada orang yang lebih membutuhkan.
Dan kalau dipikir selingkuh itu macam penyakit yang tak ada obatnya selain mati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Ada Tvyul
*****
"loh kok ngak ada?"
"pak kamu tau uang ku kah?"
"lah mana Bapak tau Mak, emang tarohnya di mana?"
"di dompet lah, apa jangan-jangan aduhh..." ucap Mak Sri menepuk jidatnya.
"lah kenapa mak?" tanya Pak Darman.
"di ambil Ardi ini uang ku, anak itu ya bukannya ngasih tapi malah nyolong. Nikah sampai dua kali kok malah yang ini tambah parah, apa istrinya ini ngak bisa ngomongi, apa ngak tau kalo Ardi ngambil uang? Apa memang mereka berdua kerja sama ya pak?" tanya mak Sri pada suaminya.
"ya Bapak ndak tau toh mak, wong Bapak loh baru pulang dari sawah kok ditanyain uang. Bapak juga ndak tau kalo Ardi kesini" ucap pak Darman pada istrinya.
Mak Sri ini sudah nikah ya gaes...
Sama Pak Darman bujang lapuk kampung sebelah, Pak Darman ini usianya sudah hampir kepala enam berbeda dua tahun dari Mak Sri tapi Mak Sri yang lebih tua.
"ya Allah punya anak kok yaa ngak ngasih tapi nyolong hu hu hu ...
Mana sudah ndak punya uang, gimana ini pak itu uang Mak e jual kelapa kemaren. Kok tau dia ya aku simpan uang di bawah bantal.di kasur kamar?" ucap Mak Sri.
"sudah Mak mau kayak apa lagi, wong dia sudah pergi juga. Ya mana Bapak ngerti kalo dia tau tempat Mak e simpan uang, dan Bapak juga nga tau kalo dia mau ngambil uang Mak e" ucap Pak Darman panjang lebar.
"hu hu hu hu.... Nasib punya anak di besarkan kok malah ndak tau terima kasih, dulu Ardi waktu sama Anita ndak pernah nyolong uang loh Pak. Kalo pun nyolong itu punya orang pas Anita di rumah orang tuanya ndak disini" ucap Mak Sri.
"loh berarti Ardi itu memang suka nyolong mak? Kok aku ndak tau?"
Mak Sri pun hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Pak Darman.
Mungkin di saat bersama Anita istrinya itu bisa mengerem perlakuan jelek Ardi.
Lalu dengan istri yang ke dua ini Ardi malah makin menjadi perlakuan jeleknya atau malah si istri mendukung dan membiarkan perlakuan si Ardi ini.
"berapa uang Mamak?"
"tiga juta".
" bawa sini biar aku yang pegang" ucap Putri.
Putri dan Ardi kini sudah sampai di rumah mereka, mereka menghitung uang hasil dari ngepet di rumah Mak Sri.
"enak aja aku yang ambil, lagian ini uang Mamak ku jadi hak ku lah bukan hak mu" ucap Ardi menjelaskan uang tersebut.
"kamu lupa kalo uang suami itu milik istri?" ucap Putri.
"ck... Ni satu juta aja ingat irit" ucap Ardi sembari melangkah kan kaki meninggalkan Putri.
*****
"bulek saran aku sih bulek harus menyimpan surat berharga yang bulek punya di tempat lain, aku hanya takut Ardi dan istrinya balik lagi trus ngambil surat itu tanpa bulek tau" ucap Bu Rete yang rumahnya tepat di samping rumah Mak Sri.
"iyo yo mak e Ayu, sek tak ambil tak titip ke sampean aja ya mak e Ayu"
Mak Sri bergegas pulang ke rumah mengambil sertifikat rumah yang sekarang ia tempati, ia pun khawatir jika Ardi kembali dan mengambil paksa surat penting itu.
Mau tinggal di mana lagi nantinya jika surat itu di ambil Ardi, mana tau kalau surat tersebut akan di gadai tanpa di tebus atau malah di jual oleh Ardi.
"nih mak e Ayu tak pasrahkan pean yoh, kalo sama sampean kan nga mungkin Ardi nyari-nyari" ucap Mak Sri sambil menyodorkan surat tersebut pada Bu Rete, dan Bu Rete pun menerimanya.
Di rasa lega dalam hati Mak Sri setelah menitip kan surat tersebut, dan Mak e Ayu pun segera bangkit dari duduk nya untuk menyimpan surat tersebut di tempat yang aman.
****
Beberapa bulan kemudian....
"mana mak surat tanahnya? Cepat kasih kan".
" ndak ada lo le, mak e ndak nyimpan" ucap Mak Sri.
Kini Ardi dan Putri berada di rumah Mak Sri, dan benar saja firasat Bu Rete bahwa Ardi akan kembali dan meminta surat tanah yang di miliki Mak Sri.
"Mak e Ayu...."
"eh kenapa di?" ucap Pak Malik suami Bu Rete.
"mana surat rumah mamak lek? Bawa sini"
" itu kan punya mamak mu bukan punya kamu, kamu ndak ada hak kecuali kamu sudah di pasrahkan untuk mengurus surat itu" ucap Pak Rete menjelaskan.
Ardi yang malas akan ceramah Pak Rete tersebut memilih kembali ke rumah Mak Sri.
"mana mak ambil suratnya" ucap Ardi dengan lantang dan ngotot hingga terlihat urat lehernya, selagi ia berteriak tangan nya pun meraih kursi kayu dan mengangkatnya seolah ingin menghantamkan pada tubuh tua Mak Sri.
Kelen ingat tentang Anita yang akan di hantam kursi? Ia kursi ini lah yang di pakai Ardi beruntung Kiky kecil berteriak waktu itu.
"bunuh saja mak e le kalau kamu tega, mamak ini lo yang sudah ngerawat kamu dari lahir" ucap Mak Sri.
"tahan jangan sampe kamu masuk penjara lagi, percuma ngak dapat uang tapi masuk penjara" ucap Putri menenangkan Ardi.
Iyaaa Ardi sudah pernah masuk penjara sebelum menikah dengan Anita dengan kasus narkoboi, mungkin Anita lupa menceritakannya.
Ardi memutuskan untuk pulang, karena apa yang ia ingin kan tidak ia dapatkan.
Sesampainya Ardi di rumah....
"jeng jeng..." ucap Ardi sambil mengeluarkan lembaran uang berwarna merah dari kantong jaketnya.
"iiih... Uang dari mana?" tanya Putri.
"punya mamak lah" ucap Ardi dengan mengibaskan lembaran merah tersebut pada wajahnya.
"minta dong" ucap Putri sembari menengadahkan tangannya pada Ardi.
"ck.... Bisanya cuman minta, nih" ucap Ardi sambil menyerahkan beberapa lembaran merah pada istrinya.
Putri pun tak menunggu ba bi bu langsung menarik lembaran merah yang memang di berikan untuknya.
"dah mau mandi panas" ucap Ardi meninggalkan Putri sendirian di teras rumah.
"satu, dua,.... Sepuluh. Satu juta lumayan" ucap Putri sambil mengibaskan lembaran tersebut, ia pun berpikir kapan Ardi mengambil uang itu? Dan di mana Mamaknya menyimpan? Kenapa Ardi selalu tau kalau Mamaknya itu punya uang?. Kata-kata itu tersimpan rapi di benak Putri, ia tak mau banyak cincong yang ada nanti Ardi tidak akan memberinya uang.
Di rumah Mak Sri...
"loh kok ndak ada? Aduh dasar m4liiiiiiiing, anak kurang 4jar ny0long duit ku lagi" ucap geram Mak Sri akan kelakuan Ardi yang setiap bertandang kerumahnya, pasti uang nya hilang.
Berbeda dengan Anita, saat Anita dan suaminya juga Kiky kecil berlebaran ke tempatnya uangnya tetap aman.
Bahkan Anita masuk ke dapur melewati kamarnya tapi aman-aman saja.
Atau memang Ardi membawa tvyul?