"Hey, Dad !!"
Tidak ada angin maupun hujan tiba-tiba Kaizar di panggil ayah oleh dua bocah kembar yang kebetulan ia temui di sebuah mall.
"Jangan panggil aku Daddy, aku belum menikah." Tolak pria itu dengan tegas.
Namun sejak saat itu hidup Kaizar selalu di ganggu oleh ke dua bocah nakal itu.
Siapa sebenarnya mereka dan ada hubungan apa mereka dengan Elle sekretaris sekaligus partner ranjangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~29
Pagi itu Elle nampak menggunakan makeup pemberian bosnya kemarin, rupanya pria itu pandai juga memilih barang yang cocok untuknya.
Kemudian wanita itu memoles bibirnya dengan sebuah lipstik yang sedikit mencolok namun tidak terlihat norak dan kini penampilannya terlihat semakin menarik di pandang mata.
Ia memang jarang sekali menggunakan makeup, tapi sesekali ia juga ingin mencobanya seperti wanita di luaran sana.
"Baiklah, apa kalian sudah siap ?" Ucapnya pada kedua anak-anaknya.
"Sudah mommy." Sahut Austin dan Justin bersamaan, mereka nampak membawa tasnya masing-masing yang berisi pakaian dan juga snack.
Pagi ini Elle sengaja ijin setengah hari di kantornya karena harus mengantar mereka untuk melakukan pengobatan di rumah sakit. Beruntung ia memiliki bos yang tidak terlalu mengekang dan membebaskannya untuk libur asal pekerjaannya beres.
"Ga, bagaimana keadaan anak-anakku ?" Tanya Elle pada dokter Rangga yang baru selesai memeriksa keadaan kedua putranya.
Pria itu nampak menatap wanita itu sejenak, entah kenapa terlihat lebih menawan saat ini. Mungkin biasanya tanpa makeup tapi kali ini sedikit memoles wajahnya. Cantik, itulah kata pertama yang ada di pikirannya.
"Dua kali kemoterapi lagi baru kita lakukan tes lanjutan, semoga saja kankernya menghilang." Terangnya seraya menjauh dari anak-anaknya itu.
"Tapi bagaimana jika tidak menghilang ?" Elle ingin mencari kepastian, karena dengan pengobatan itu pun tak menjamin mereka sembuh seratus persen.
"Kita pakai cara kedua." Sahut pria itu lagi dan kini mengajak wanita itu keluar dari ruangan tersebut.
"Dengan donor sum-sum tulang belakang? Lalu bagaimana jika milikku tidak cocok ?" Elle terlihat pesimis.
Dokter Rangga langsung menggenggam tangan wanita itu. "El, katakan di mana ayah si kembar? Kita harus mengeceknya juga dan jika tidak cocok maka...." Pria itu nampak menghentikan ucapannya sejenak.
"Maka apa ?" Elle tak mengerti, tapi hatinya was-was saat ini.
"Kalian harus punya anak lagi dan kemungkinan sum-sum tulang belakang mereka akan cocok." Terang pria itu, meskipun berat hati tapi kesembuhan si kembar adalah yang utama bagi dokter sepertinya.
Elle nampak tersenyum sinis, bahkan ia tak tahu di mana pria yang telah menodainya dulu. Bagaimana rupa dan tubuhnya, apa seorang pria baik hati atau justru penjahat. Mungkin saja pria itu seorang pecundang yang sudah biasa lari dari tanggung jawab. Wanita itu benar-benar frustrasi saat ini.
Sementara itu di tempat lain, Kaizar yang baru datang ke kantornya nampak menekuk wajahnya. Hari ini ia sengaja datang sedikit terlambat karena asistennya sedang ijin hingga siang hari.
Entah apa yang wanita itu lakukan saat ini, tapi ia tak bisa ikut campur sesuai kontrak yang telah ia setujui sebelumnya.
"Ah sial." Umpatnya.
"Jam 8.40 dan kamu baru datang? Ingat ini belum resmi menjadi kantormu." Tegur Kendra sang kakak saat baru melihat adiknya datang.
"Aku hanya terlambat 40 menit, bukan seharian." Balas Kaizar, sebenarnya ia memang bangun kesiangan. Semalam ia susah tidur karena menahan hasratnya yang tak kunjung reda dan pada akhirnya ia bermain solo di pagi buta lalu segera tidur.
Ini semua gara-gara asistennya yang tiba-tiba mematikan ponselnya dan wanita itu harus mempertanggung jawabkan perbuatannya nanti.
"40 menit juga sangat berharga Kai, ku harap kamu bisa lebih menghargai waktu. Karena kelak saat perusahaan ini menjadi milikmu harus tetap berdiri seperti sekarang." Nasihat sang kakak, lantas berlalu dari hadapan pria itu.
Kaizar nampak menggerutu sembari menuju ruangannya dan saat melihat meja asistennya kosong moodnya pun semakin tak karuan.
"Cepatlah datang ke kantor !!" Perintahnya saat menghubungi wanita itu.
"Maaf pak, bukankah kemarin sudah saya bilang akan ijin sampai jam makan siang." Terang Elle dari ujung telepon.
"Lagipula semua pekerjaan sudah saya selesaikan dan langsung saya kirim ke email bapak." Imbuh wanita itu lagi.
Kaizar tak bisa lagi berkata-kata, lalu pria itu segera mengakhiri panggilannya sepihak. Sebenarnya ia ingin tahu apa yang sedang wanita itu lakukan, tapi rasa gengsinya lebih besar dari rasa penasarannya.
Sepertinya tanpa ia sadari hidupnya telah bergantung pada asistennya tersebut dan itu tak bisa di biarkan begitu saja. Kini moodnya benar-benar buruk dan ia tak bisa bekerja jika seperti ini.
"Terima kasih makan siangnya, Ga." Ucap Elle siang itu di sebuah restoran, tadinya ia yang hendak kembali ke kantor merasa tak enak menolak ajakan pria itu untuk makan siang bersama mengingat sudah sering sekali ia menolaknya.
"Santai saja, aku malah senang jika kita sering-sering seperti ini." Terang dokter Rangga dengan senang hati, sejak lama ia ingin mendekati wanita itu dan mungkin inilah saatnya.
"Kamu bekerjalah dengan tenang, masalah anak-anak jika sudah selesai nanti sore aku antar mereka pulang. Lagipula jangan kecewakan bosmu karena sudah baik hati memberikanmu ijin." Imbuh pria itu lagi, semoga kebaikannya bisa membuat wanita itu perlahan jatuh hati padanya.
Elle mengangguk lalu mereka segera meninggalkan tempat tersebut. "Kamu terlihat semakin cantik jika berdandan seperti itu, El." Puji dokter Rangga yang sejak tadi ingin memujinya.
"Benarkah? Terlalu mencolok ya ?" Elle merasa tidak percaya diri, jangan sampai penampilannya macam ondel-ondel.
"Tidak, aku suka warna bibirmu." Ujar pria itu seraya melirik ke arah bibir tipis wanita itu yang berwarna merah natural, ingin rasanya ia mencicipinya dan pasti rasanya manis pikirnya.
Hmm
Tiba-tiba seseorang berdehem hingga membuat keduanya yang sedang berada di parkiran langsung menoleh. "Jadi kamu ijin hanya ingin berkencan dengannya? Benar-benar tak profesional." Cibir Kaizar yang nampak sedang bersandar di bahu mobilnya, entah sejak kapan pria itu ada di sana karena sejak tadi Elle hanya fokus pada dokter Rangga.
"Kai? Jadi Ellena adalah karyawanmu ?" Dokter Rangga yang memang mengenal pria itu nampak sedikit terkejut.
"Hm." Kaizar mengangguk dengan angkuh.
"Ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan Kai, sebenarnya Elle..."
Elle langsung menggeleng hingga membuat dokter Rangga urung melanjutkan perkataannya, entah kenapa wanita itu menyembunyikan keadaannya dari pria itu. Bukankah lebih baik jika Kaizar mengetahui perihal anak-anaknya?
"Masuk !!" Kaizar membuka pintu mobilnya menyuruh sang asisten untuk segera masuk.
Elle tak punya pilihan, lalu wanita itu segera masuk meninggalkan dokter Rangga dan juga bosnya tersebut, sementara Kaizar menatap kesal teman kuliahnya itu lalu segera menyusul masuk ke dalam mobilnya.
Sepanjang jalan pria itu nampak menekuk wajahnya hingga membuat Elle enggan untuk memulai pembicaraan, lagipula pria itu tak berhak marah mengingat ini masih jam makan siang.
"Saya ijin sampai jam satu jika anda lupa." Ucapnya memberanikan diri dan ini masih pukul 12.45, itu berarti ia tidak terlambat karena perjalanan ke kantornya hanya membutuhkan waktu 10 menit.
"Kalian berkencan ?" Bukannya menjawab pria itu justru balik bertanya, entah kenapa darahnya seketika mendidih ketika melihat wanita itu sedang bersama temannya.
"Maksud bapak ?" Elle tak mengerti, karena hubungannya dengan dokter Rangga hanya teman tidak lebih.
"Kamu pikir bisa menipuku hah? Dua orang dewasa makan siang bersama di selingi candaan, apa itu bukan sebuah perselingkuhan ?" Sinis Kaizar di tengah mengemudikan mobilnya, sesekali pria itu menekan klakson dengan nyaring seiring suasa hatinya yang memburuk.
"Perkataan anda seperti sedang cemburu saja pak." Seloroh Elle dengan nada ejekan dan tentu saja itu membuat seorang Kaizar langsung melotot menatapnya.